-->

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 033/H/KR/2022

- 1 -

SALINAN

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR,

KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

NOMOR 033/H/KR/2022

TENTANG

CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

PADA KURIKULUM MERDEKA

CAPAIAN PEMBELAJARAN UNTUK PAUD (TK/RA/BA,KB, SPS, TPA) PADA KURIKULUM MERDEKA

CAPAIAN PEMBELAJARAN DI AKHIR JENJANG PENDIDIKAN ANAK USIA  DINI (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) 

A. Rasional Capaian Pembelajaran 

Penyusunan Capaian Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini  (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dapat dimaknai sebagai sebuah tanggapan  terhadap adanya kebutuhan untuk menguatkan peran PAUD  (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) sebagai fondasi jenjang pendidikan dasar.  Capaian Pembelajaran merupakan masukan kurikulum yang  digunakan oleh satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam  merancang pembelajaran sehingga dapat mencapai STPPA. Capaian  Pembelajaran memberikan kerangka pembelajaran yang memandu  pendidik di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam  memberikan stimulasi yang dibutuhkan oleh anak usia dini.  

Stimulasi dirancang dengan cara memperkaya lingkungan yang akan  menyuburkan interaksi anak dengan lingkungan di sekitar, termasuk  pendidik dan orangtua. Kurikulum berdasarkan pendekatan  konstruktivistik yang berasal dari teori Piaget dan Vygotsky juga  percaya bahwa pembelajaran perlu melibatkan anak dalam interaksi  aktif antara diri dan lingkungannya. Diharapkan proses stimulasi akan  memberikan dampak yang optimal pada peningkatan karakter, 

- 2 - 

keterampilan, maupun pengetahuan anak. Stimulasi tersebut  dilakukan pada semua aspek perkembangan anak, baik dari aspek  moral dan agama, fisik motorik, emosi dan sosial, bahasa, dan kognitif  melalui kegiatan bermain. Peran guru dan orang tua pada stimulasi  anak usia dini selaras dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu  guru dan orang tua berfungsi sebagai fasilitator, mentor, dan mitra  anak dalam proses perkembangannya. Selanjutnya guru perlu bekerja  sama dengan orang tua untuk memastikan keselarasan antara  pendidikan di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan di rumah  dalam keseharian anak.  

Secara umum, dapat dikatakan stimulasi bertujuan agar anak  bertumbuh kembang optimal secara holistik dan siap bersekolah.  Diharapkan mereka kelak membentuk pribadi yang dicita-citakan  dalam profil pelajar Pancasila, yaitu sebagai pelajar sepanjang hayat 

yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai  Pancasila. Proses membangun pengetahuan anak terjadi ketika ia  sedang bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif.  Proses tersebut berupa desain lingkungan belajar yang sesuai dari  satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) serta tantangan dan  dukungan yang diberikan bagi tiap anak oleh pendidik untuk  memastikan anak memperoleh kemampuan-kemampuan baru.  

Bermain bagi anak usia dini adalah belajar, yang didukung dengan  masukan dari orang lain yang lebih berpengalaman di sekitarnya  (pendidik, orang tua/wali, saudara yang lebih tua, dan sebagainya).  Anak bertindak dari perilaku bermain dan model yang dicontohkan oleh  orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua. Mereka mengajukan  pertanyaan untuk belajar lebih banyak, dan dapat dirangsang untuk  belajar lebih banyak melalui dukungan dari orang dewasa yang terlibat,  atau anak-anak yang lebih tua yang menanggapi minat anak,  menjelaskan berbagai hal, mengajari mereka kata-kata untuk berbicara  tentang apa yang mereka lakukan, dan mendorong anak untuk  mengeksplorasi lebih cermat, atau berpikir lebih dalam. Bermain secara  alami dan spontan yang berasal dari ide-ide anak merupakan kegiatan  belajar yang menyenangkan yang dengan dukungan yang tepat, akan  mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan bermakna bagi  anak tentang diri mereka dan dunianya. Melalui bermain, anak-anak 

- 3 - 

menampilkan hal-hal yang ia ketahui tentang dunianya yang  memberikan kesempatan yang tepat bagi pendidik atau orang tua/wali,  untuk menstimulasi anak mengambil langkah berikutnya, atau  mencoba tantangan berikutnya agar mereka belajar lebih banyak.  Stimulasi bermain yang berkualitas, yang selaras dengan minat anak  dan menantang secara tepat akan memberikan kesempatan kepada  anak untuk menunjukkan pengenalan tentang dirinya sebagai anak  Indonesia, dan mendemonstrasikan kemampuannya dalam  mengeksplorasi, memecahkan masalah, berpikir dan  mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Anak tersebut akan  memiliki kesadaran terhadap alam dan lingkungan, serta tumbuh dan  berkembang menjadi anak yang kreatif, bugar, sehat, serta dapat  berkomunikasi dan berekspresi dengan bahasa dan seni. 

Berikut adalah sejumlah rasional yang mendasari penyusunan Capaian  Pembelajaran di jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA):  

Pertama, memberikan lebih banyak ruang kemerdekaan bagi satuan  PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk menetapkan kebutuhan  pengajaran dan pembelajaran. Kebutuhan belajar mengajar PAUD  (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus didasarkan pada kebutuhan anak. Ini  membutuhkan pertimbangan kemampuan fisik, sosial, moral,  linguistik, dan kognitif anak serta penyediaan berbagai lingkungan  yang menantang dengan dukungan pendidik ke tiap anak yang  memadai untuk memastikan potensi belajar anak terwujud.  Lingkungan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu ramah dan dekat  dengan anak agar ia merasa cukup percaya diri untuk dapat bermain  dan menjelajah di dalamnya. Ini berarti pertimbangan harus diberikan  pada konteks sosial dan budaya anak dan sumber daya yang tersedia.  Orang tua/wali juga harus dilibatkan dalam kegiatan PAUD  (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), sehingga mereka dapat mendukung  pembelajaran anak tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka serta  anak dapat memperluas eksplorasi. Pertimbangan juga harus diberikan  pada sumber daya ekonomi dan masyarakat yang mungkin tersedia di  lingkungan rumah dan satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk  dapat memberikan dukungan yang memadai. 

Beragamnya keadaan sosial budaya ekonomi dan sumber daya  masyarakat Indonesia adalah sinyal bahwa penjabaran mengenai apa 

- 4 - 

yang perlu dipelajari di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus  tetap menyediakan ruang kemerdekaan bagi satuan pendidikan dan  ekosistemnya untuk menentukan bagaimana mereka akan  menggunakan sumber dayanya untuk mencapai tujuan pembelajaran.  Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) merupakan  fase fondasi, yang artinya fase ini merupakan pijakan pertama anak di  dunia pendidikan dan tujuannya adalah memfasilitasi tumbuh  kembang anak secara optimal, yang tidak hanya siap bersekolah,  namun lebih siap menempuh perjalanannya dalam berkembang dan  berperan di komunitas, negara, dan dunia. Selaras dengan semangat  Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, Capaian  Pembelajaran tidak preskriptif (secara mengikat memberikan ketentuan  baku) membatasi ragam laju dan kebutuhan anak dalam belajar  berdasarkan usia (karena anak unik dan tidak dapat dibandingkan  satu dengan yang lainnya) – dan juga tidak preskriptif membatasi  rangkaian pembelajaran yang dapat dilakukan satuan. 

Kedua, menguatkan transisi PAUD-SD. Kesinambungan pembelajaran  di PAUD dan sekolah dasar, adalah peran kunci mengingat periode  anak usia dini sebetulnya adalah usia 0-8 tahun (Shonkoff et al, 2016).  Capaian Pembelajaran Jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) 

berupaya untuk menempatkan kurikulum PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,  TPA) dan sekolah dasar dalam satu lajur pembelajaran (learning  progression) sehingga ujung capaian kurikulum adalah titik  berangkat di kelas 1 sekolah dasar, dan terus dibangun hingga usainya  fase A, di kelas 2 sekolah dasar. Hal ini yang diharapkan akan  mendukung kesiapan bersekolah anak dalam rentang usia tersebut.  

Kesiapan bersekolah dimaknai sebagai hadirnya hasil interaksi dari tiga  dimensi: peserta didik yang siap (ready children), keluarga siap (ready  family), dan sekolah yang siap (ready school) (UNICEF, 2012). Sesuai  dengan teori Bronfenbrenner (1979 dan 1989), ketiga dimensi ini  berada dalam sebuah ekosistem besar yang dipengaruhi oleh nilai  budaya serta kerangka kebijakan yang berlaku. Kesiapan bersekolah  merupakan kondisi yang terus dibangun berdasarkan kemitraan antara  satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), keluarga, sekolah dasar kelas  rendah.

- 5 - 

Komponen penting dari kesiapan bersekolah yang dapat didukung  satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) diantaranya adalah: 

Kematangan emosi yang cukup untuk mengatasi masalahnya  sehari-hari. 

Keterampilan sosial yang memadai untuk berinteraksi sehat dengan  teman sebaya.  

Kematangan kognitif yang cukup untuk berkonsentrasi saat  bermain-belajar. 

Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri yang  memadai untuk dapat berpartisipasi di lingkungan sekolah secara  mandiri.  

Keterampilan umum ini dipelajari di lingkungan dimana anak-anak  memiliki kesempatan untuk berinteraksi, dimana ada masalah masalah yang perlu mereka selesaikan ketika berinteraksi dengan  teman. Pendidik juga perlu siap mendukung anak-anak untuk terlibat  secara baik dengan orang lain, menyelesaikan perselisihan secara  konstruktif, dan mengelola emosi mereka. Pendidik juga perlu  mengajari anak cara mendengarkan dengan cermat, dan memberikan  stimulus untuk membangun konsentrasi dan keterampilan mengingat  anak untuk mendukung kesiapan bersekolah. 

Ketiga, menguatkan artikulasi penanaman literasi, matematika, sains,  teknologi, rekayasa, dan seni sejak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA).  Literasi dan matematika awal tersirat di dalam kurikulum terdahulu  namun dalam pelaksanaannya, masih ada satuan yang menghindari  penggunaan aspek pembelajaran ini ditengarai karena kekhawatiran  terjadinya schoolification (anak belajar secara klasikal di mana fokus  lebih ke muatan pembelajaran di ruangan kelas dalam waktu lama  dengan kertas dan pensil), sementara penting dalam pembelajarannya  anak usia dini untuk mengeksplorasi diri dan lingkungan. Pengenalan  pada sains, matematika, teknologi, rekayasa, dan seni dihadirkan di  PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk membantu anak memecahkan  masalah dan berkreasi. Kemampuan literasi dan matematika di sini  tidaklah diartikan sebagai keharusan membaca, menulis, atau  berhitung karena semua pendidikan di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,  TPA) kembali pada prinsip berpusat pada kebutuhan anak. Artinya,  kemampuan literasi dan matematika adalah kemampuan dasar yang 

- 6 - 

dibutuhkan anak untuk dapat memahami dunia, serta dapat  menggunakan kemampuan tersebut dalam kegiatan sehari-harinya.  Agar anak memiliki kemampuan literasi dan matematika awal dalam  makna yang luas, maka penggunaan metode drilling yang secara sempit  memaknai kemampuan ini sebagai kemampuan baca, tulis, hitung – 

harus dihindarkan. Hal yang diperlukan adalah pemahaman yang  meluas di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan komunitas  orang tua mengenai perkembangan literasi dini, matematika awal,  sains, teknologi, rekayasa, dan seni dalam PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,  TPA) yang mencakup pengembangan:  

Kemampuan menyimak dan mengolah informasi. 

Kemahiran berbahasa yang memadai untuk berpartisipasi dalam  percakapan sehari-hari, mengekspresikan gagasan, pendapat, dan  perasaan, menjelaskan berbagai peristiwa yang dekat dengan  kehidupan anak, mendengarkan secara efektif, dan merespons  dengan tepat. 

Kecintaan pada buku, yang dipupuk dengan mendengarkan  berbagai cerita serta teks informasi sederhana dan menarik  sehingga dapat mendorong anak untuk mengekspresikan  tanggapan mereka.  

Pengalaman langsung yang memadai dalam menghitung di  antaranya berbagai jenis jumlah kecil, menyortir objek yang  berbeda dengan cara yang berbeda, menggunakan bahasa  matematika untuk mengidentifikasi objek yang panjang, pendek,  berat, ringan, penuh, kosong, cepat, lambat, dan juga untuk  menjelaskan beberapa bentuk sederhana di lingkungan mereka;  dan 

Pengalaman yang cukup dalam mengeksplorasi berbagai elemen  lingkungan alam mereka serta alat-alat sederhana, teknologi dan  bahan konstruksi agar mereka terbiasa dan mampu  menggambarkan pengalaman mereka dan apa yang telah mereka  pelajari. 

Keterampilan awal ini dikembangkan melalui kegiatan belajar-bermain  dengan tetap memperhatikan keunikan anak. Setiap anak memiliki  minat yang berbeda dan tingkat keterampilan yang berbeda, oleh  karena itu pendidik perlu mengenali dan menanggapi hal ini. 

- 7 - 

Keterampilan keaksaraan awal PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus  fokus pada pengembangan keterampilan bahasa lisan. Anak perlu  meningkatkan perbendaharaan kata dan keterampilan berbicara serta  menyimak, dengan cara terlibat dalam percakapan dengan pendidik  dan orang tua/wali. Percakapan ini dimaksudkan untuk meningkatkan  kualitas bahasa lisan reseptif dan ekspresif anak. 

Demikian pula, untuk mengembangkan keterampilan matematika  awal, pendidik perlu terlibat dalam percakapan dengan setiap anak di  mana mereka membantu anak untuk memahami dan menggunakan  beberapa ide dan bahasa matematika sederhana yang berlaku dalam  kegiatan bermain. Pengalaman sains, teknologi, dan kerekayasaan yang 

sesuai untuk anak-anak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memerlukan penyediaan materi untuk dimainkan anak agar dapat  merangsang eksplorasi mereka. Setiap elemen lingkungan alam yang  menjadi bagian dari PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dapat menjadi  stimulus untuk mendorong anak berpikir secara ilmiah. Perangkat  mekanis sederhana yang dapat digunakan anak untuk bermain dengan  aman, atau bahan yang dapat digunakan untuk konstruksi  memungkinkan anak untuk mengeksplorasi elemen teknologi dan  kerekayasaan. Peran pendidik, sekali lagi, untuk terlibat dalam  percakapan empat mata dengan setiap anak, setiap hari mencari tahu  apa yang sedang dieksplorasi oleh anak, apa yang membuat mereka  penasaran dan menanyakan jenis pertanyaan yang akan mendorong  anak untuk mengeksplorasi lebih banyak dan memikirkan tentang  hasilnya. 

Keempat, lebih memberikan pijakan bagi anak untuk memahami  dirinya dan dunia. Hasil pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,  TPA) menekankan pentingnya untuk membantu anak-anak memahami  dan bangga akan identitas mereka, dan untuk memperkuat  pemahaman mereka tentang dunia dimulai dengan menjelajahi  lingkungan sekitarnya. Anak-anak membutuhkan kepercayaan diri dan  kepercayaan pada kemampuan mereka agar dapat secara efektif  menjelajahi dan belajar tentang dunia mereka. Mereka perlu merasa  bangga terhadap dirinya sendiri, budaya asal mereka, penampilan dan  cara hidup mereka. Pendidik perlu mendukung anak-anak untuk  mengembangkan identitas yang kuat dan positif dengan menghormati 

- 8 - 

dan menyambut masing-masing keunikan anak serta latar belakang  sosial dan budaya mereka. 

Relevansi PAUD sangat ditentukan oleh manfaat yang dirasakan secara  konkret oleh keluarga dan anak. Keluarga perlu melihat jejak serta  dampak dari partisipasi anak-anaknya di PAUD (Smith, 1996),  karenanya tujuan dari setiap pembelajaran perlu dikaitkan dengan  pengalaman anak sehari-hari dan kontekstual (selaras dengan nilai  sosial budaya lingkungan) sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa  dirinya adalah bagian dari lingkungannya serta meningkatkan  kompetensi dirinya untuk dapat berperan dalam kegiatan sehari 

hari. Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) secara  spesifik menekankan pentingnya pendampingan anak dalam  menemukan jati dirinya, serta menguatkan pemahaman anak terhadap  dunianya melalui eksplorasi terhadap lingkungan sekitar. 

B. Tujuan Capaian Pembelajaran 

Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah pembelajaran  yang mengintegrasikan semua aspek perkembangan anak dengan  penekanan pada kesejahteraannya. Tujuan capaian pembelajaran di  PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah memberikan arah yang sesuai  dengan usia perkembangan anak pada semua aspek perkembangan  anak (nilai agama-moral, fisik motorik, emosi-sosial, bahasa, dan  kognitif) dan menarasikan kompetensi pembelajaran yang diharapkan  dicapai anak pada akhir PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), agar anak  siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. 

C. Karakteristik Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memiliki  karakteristik yang memandang setiap anak dipandang unik dan  memiliki potensi (kelebihan/kekuatan) masing-masing sehingga  memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut melalui dalam  lingkungan yang dirancang dengan cermat di mana stimulasi bermain  diberikan dan pembelajaran disediakan oleh pendidik. Scaffolding  (perancah, dukungan belajar secara terstruktur) sangat penting  diberikan pendidik dengan cara terlibat dalam percakapan sehari-hari  dengan setiap anak, yang seiring waktu akan memberikan tantangan,  dukungan dan bimbingan bagi anak untuk mengembangkan  keterampilan motorik, keterampilan sosial dan nilai-nilai moral, 

- 9 - 

keterampilan bahasa lisan dan kemampuan anak untuk secara  produktif memikirkan dan mengeksplorasi lingkungan.  

Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu  memperhatikan beberapa karakteristik spesifik yaitu: 

1. Mendukung terbentuknya kesejahteraan diri (well-being) anak. 2. Menghargai dan menghormati anak. 

3. Mendorong rasa ingin tahu anak. 

4. Menyesuaikan dengan usia, tahap perkembangan, minat dan  kebutuhan anak. 

5. Memberikan stimulasi secara holistik integratif. 

6. Memberikan tantangan, bimbingan, dan dukungan pada  pembelajaran tiap anak melalui percakapan dan interaksi  bermakna dengan tiap anak. 

7. Melibatkan keluarga sebagai mitra. 

8. Memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar. 9. Menggunakan penilaian otentik (penilaian yang diperoleh  bersamaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran). 

D. Lingkup Capaian Pembelajaran 

Lingkup capaian pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)  mencakup tiga elemen stimulasi yang saling terintegrasi. Tiga elemen  stimulasi tersebut merupakan elaborasi aspek-aspek perkembangan  nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa,  dan nilai Pancasila serta bidang-bidang lain untuk optimalisasi tumbuh  kembang anak sesuai dengan kebutuhan pendidikan abad 21 dalam  konteks Indonesia. Tiap elemen stimulasi mengeksplorasi aspek-aspek  perkembangan secara utuh dan tidak terpisah. Ketiga elemen stimulasi  tersebut adalah: 1) Nilai agama dan budi pekerti, yang mencakup  kemampuan dasar-dasar agama dan akhlak mulia; 2) Jati diri  mencakup pengenalan jati diri anak Indonesia yang sehat secara emosi  dan sosial dan berlandaskan Pancasila, serta memiliki kemandirian  fisik. 3) Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni yang mencakup kemampuan memahami berbagai informasi 

dan berkomunikasi serta berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca.  Setiap elemen stimulasi harus digunakan sebagai dasar untuk 

- 10 - 

mengeksplorasi aspek perkembangan anak secara keseluruhan, bukan  secara terpisah.  

E. Rumusan Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) Pada akhir fase fondasi, anak menunjukkan kegemaran  mempraktikkan dasar-dasar nilai agama dan budi pekerti; kebanggaan  terhadap dirinya; dasar-dasar kemampuan literasi, matematika, sains,  teknologi, rekayasa, dan seni untuk membangun sikap positif terhadap  belajar dan kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar. 

Elemen Capaian Pembelajaran 

1. Nilai Agama dan Budi Pekerti:  

Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai mengenal dan  mempraktikkan ajaran pokok sesuai dengan agama dan  kepercayaanNya. Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga  kebersihan, kesehatan dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa  sayang terhadap dirinya dan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha  Esa. Anak menghargai sesama manusia dengan berbagai  perbedaannya dan mempraktikkan perilaku baik dan berakhlak  mulia. Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan  menunjukkan rasa sayang terhadap makhluk hidup yang  merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.  

2. Jati Diri: 

Anak mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi diri serta  membangun hubungan sosial secara sehat. Anak mengenal dan  memiliki perilaku positif terhadap diri dan lingkungan (keluarga,  sekolah, masyarakat, negara, dan dunia) serta rasa bangga sebagai  anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Anak menyesuaikan  diri dengan lingkungan, aturan, dan norma yang berlaku. Anak  menggunakan fungsi gerak (motorik kasar, halus, dan taktil) untuk  mengeksplorasi dan memanipulasi berbagai objek dan lingkungan  sekitar sebagai bentuk pengembangan diri.

- 1 - 

SALINAN 

LAMPIRAN II 

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR,  

KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN 

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,  

RISET, DAN TEKNOLOGI 

NOMOR 033/H/KR/2022 

TENTANG 

CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN  

ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN  

DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN  

MENENGAH PADA KURIKULUM MERDEKA 

CAPAIAN PEMBELAJARAN UNTUK SD/MI/PROGRAM PAKET A,  SMP/MTS/PROGRAM PAKET B, DAN SMA/MA/PROGRAM PAKET C  PADA KURIKULUM MERDEKA 

I.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI  PEKERTI 

A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti secara bertahap dan  holistik diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mantap  secara spiritual, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman akan  dasar-dasar agama Islam serta cara penerapannya dalam kehidupan  sehari-hari dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti secara umum harus  mengarahkan peserta didik kepada (1) kecenderungan kepada  kebaikan (al-anīfiyyah), (2) sikap memperkenankan (al-samah), (3)  akhlak mulia (makārim al-akhlāq), dan (4) kasih sayang untuk alam  semesta (ramat li al-ālamīn). Dengan Pendidikan Agama Islam dan  Budi Pekerti, dasar-dasar tersebut kemudian diterapkan oleh peserta  didik dalam beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., menjaga diri,  peduli atas kemanusiaan dan lingkungan alam. Deskripsi dari  penerapan ini akan tampak dalam beberapa elemen Pendidikan  Agama Islam dan Budi Pekerti terutama dalam akhlak pribadi dan  sosial, akidah, syari’at dan sejarah peradaban Islam.

- 2 - 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bisa menjadi pedoman bagi  peserta didik dalam menjaga diri dan menerapkan akhlak mulia  setiap hari. Berbagai persoalan di masyarakat seperti krisis akhlak,  radikalisme dan krisis lingkungan hidup dan lain-lain mempunyai  jawaban dalam tradisi agama Islam. Dengan mempelajari dan  menghayati Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, peserta didik  mampu menghindari segala perubahan negatif yang terjadi di dunia  sehingga tidak mengganggu perkembangan dirinya baik dalam  hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama warga negara,  sesama manusia, maupun alam semesta. 

Dengan konteks Indonesia pada abad 21 yang semakin kompleks,  pemahaman yang mendalam tentang agama sangat dibutuhkan,  terutama dalam menghormati dan menghargai perbedaan. Pelajaran  agama tidak hanya membahas hubungan manusia dengan Allah (abl  min Allāh), namun juga hubungan dengan diri sendiri, sesama warga  negara, sesama manusia (abl min al-nās) dan alam semesta. Untuk  itu, dibutuhkan pendekatan yang beragam dalam proses belajar  agama yang tidak hanya berupa ceramah, namun juga diskusi 

interaktif, proses belajar yang bertumpu pada keingintahuan dan  penemuan (inquiry and discovery learning), proses belajar yang  berpihak pada anak (student-centered learning), proses belajar yang  berbasis pada pemecahan masalah (problem based learning),  pembelajaran berbasis proyek nyata dalam kehidupan (project based  learning), dan proses belajar yang kolaboratif (collaborative learning).  Berbagai pendekatan ini memberi ruang bagi tumbuhnya  keterampilan yang berharga seperti budaya berpikir kritis, kecakapan  berkomunikasi dan berkolaborasi, dan menjadi peserta didik yang  kreatif. 

Melalui muatan materi yang disajikannya dalam 5 (lima) elemen  keilmuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti antara lain al Quran dan hadis, akidah, akhlak, fiqih, dan sejarah peradaban Islam,  pelajaran agama Islam dapat berkontribusi dan menguatkan  terbentuknya profil pelajar pancasila sebagai pelajar sepanjang hayat  (min al-mahdi ila al-ladi) yang beriman dan bertakwa, serta berakhlak  mulia, menyadari dirinya bagian dari penduduk dunia dengan 

- 3 - 

berkepribadian dan punya kompetensi global, mandiri, kreatif, kritis,  dan bergotong royong. 

B.Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada praktiknya, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi  Pekerti ditujukan untuk: 

1. memberikan bimbingan kepada peserta didik agar mantap  spiritual, berakhlak mulia, selalu menjadikan kasih sayang dan  sikap toleran sebagai landasan dalam hidupnya; 

2. membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang memahami  dengan baik prinsip-prinsip agama Islam terkait akhlak mulia,  akidah yang benar (‘aqīdah aīah) berdasar paham ahlus sunnah  wal jamā`ah, syariat, dan perkembangan sejarah peradaban  Islam, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik  dalam hubungannya dengan sang pencipta, diri sendiri, sesama  warga negara, sesama manusia, maupun lingkungan alamnya  dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia; 

3. membimbing peserta didik agar mampu menerapkan prinsip prinsip Islam dalam berfikir sehingga benar, tepat, dan arif dalam  menyimpulkan sesuatu dan mengambil keputusan; 

4. mengkonstruksi kemampuan nalar kritis peserta didik dalam  menganalisa perbedaan pendapat sehingga berperilaku moderat  (wasaiyyah) dan terhindar dari radikalisme ataupun liberalisme; 

5. membimbing peserta didik agar menyayangi lingkungan alam  sekitarnya dan menumbuhkan rasa tanggung jawabnya sebagai  khalifah Allah di bumi. Dengan demikian dia aktif dalam  mewujudkan upaya-upaya melestarikan dan merawat lingkungan  sekitarnya; dan 

6. membentuk peserta didik yang menjunjung tinggi nilai persatuan  sehingga dengan demikian dapat menguatkan persaudaraan  kemanusiaan (ukhuwwah basyariyyah), persaudaraan seagama  (ukhuwwah Islāmiyyah), dan juga persaudaraan sebangsa dan  senegara (ukhuwwah waaniyyah) dengan segenap kebinekaan  agama, suku dan budayanya.

- 4 - 

C.Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi  Pekerti 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup elemen  keilmuan yang meliputi (1) Al-Qur’an-Hadis, (2) Akidah, (3) Akhlak, (4)  Fikih, dan (5) Sejarah Peradaban Islam.  

Elemen-Elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi  Pekerti.

Elemen 

Deskripsi

Al-Qur’an dan  

Hadis

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menekankan kemampuan baca dan tulis Al-Qur’an  dan hadis dengan baik dan benar. Ia juga  mengantar peserta didik dalam memahami makna  secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan  kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.  Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti juga  menekankan cinta dan penghargaan tinggi kepada  Al-Qur’an dan Hadis Nabi sebagai pedoman hidup  utama seorang muslim.

Akidah 

Berkaitan dengan prinsip kepercayaan yang akan  mengantarkan peserta didik dalam mengenal Allah,  para malaikat, kitab-kitab Allah, para Nabi dan  Rasul, serta memahami konsep tentang hari akhir  serta qadā’ dan qadr. Keimanan inilah yang  kemudian menjadi landasan dalam melakukan amal  saleh, berakhlak mulia dan taat hukum.

Akhlak 

Merupakan perilaku yang menjadi buah dari ilmu  dan keimanan. Akhlak akan menjadi mahkota yang  mewarnai keseluruhan elemen dalam Pendidikan  Agama Islam dan Budi Pekerti. Ilmu akhlak  mengantarkan peserta didik dalam memahami  pentingnya akhlak mulia pribadi dan akhlak sosial,  dan dalam membedakan antara perilaku baik  (mamūdah) dan tercela (mażmūmah). Dengan  memahami perbedaan ini, peserta didik bisa  menyadari pentingnya menjauhkan diri dari  perilaku tercela dan mendisiplinkan diri dengan  perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari baik  dalam konteks pribadi maupun sosialnya. Peserta  didik juga akan memahami pentingnya melatih  (riyāah), disiplin (tahżīb) dan upaya sungguh sungguh dalam mengendalikan diri (mujāhadah).  Dengan akhlak, peserta didik menyadari bahwa  landasan dari perilakunya, baik untuk Tuhan,  dirinya sendiri, sesama manusia dan alam  sekitarnya adalah cinta (maabbah). Pendidikan  Akhlak juga mengarahkan mereka untuk  menghormati dan menghargai sesama manusia  sehingga tidak ada kebencian atau prasangka buruk  atas perbedaan agama atau ras yang ada. Elemen  akhlak ini harus menjadi mahkota yang masuk  pada semua topik bahasan pada mata pelajaran  Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, akhlak  harus menghiasai keseluruhan konten dan menjadi 

 

- 5 -

Elemen 

Deskripsi

buah dari pelajaran Pendidikan Agama Islam dan  Budi Pekerti .

Fikih 

Merupakan interpretasi atas syariat. Fikih  merupakan aturan hukun yang berkaitan dengan  perbuatan manusia dewasa (mukallaf) yang  mencakup ritual atau hubungan dengan Allah Swt. 

(‘ubudiyyah) dan kegiatan yang berhubungan  dengan sesama manusia (mu‘āmalah). Fikih  mengulas berbagai pemahaman mengenai tata cara  pelaksanaan dan ketentuan hukum dalam Islam  serta implementasinya dalam ibadah dan  mu‘āmalah.

Sejarah  

Peradaban Islam

Menguraikan catatan perkembangan perjalanan  hidup manusia dalam membangun peradaban dari  masa ke masa. Pembelajaran Sejarah Peradaban  Islam (SPI) menekankan pada kemampuan  mengambil hikmah dari sejarah masa lalu,  menganalisa pelbagai macam peristiwa dan  menyerap berbagai kebijaksanaan yang telah  dipaparkan oleh para generasi terdahulu. Dengan  refleksi atas kisah-kisah sejarah tersebut, peserta  didik mempunyai pijakan historis dalam  menghadapi permasalahan dan menghindari dari  terulangnya kesalahan untuk masa sekarang  maupun masa depan. Aspek ini akan menjadi  keteladanaan (‘ibrah) dan menjadi inspirasi generasi  penerus bangsa dalam menyikap dan  menyelesaikan fenomena sosial, budaya, politik,  ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain dalam rangka  membangun peradaban di zamannya.

 

- 6 - 

D.Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Setiap Fase 

1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) 

Pada akhir Fase A, pada elemen Al-Qur’an-Hadis peserta didik  dapat mengenal huruf hijaiyah dan harakatnya, huruf hijaiyah bersambung, dan mampu membaca surah-surah pendek Al-Qur’an  dengan baik. Dalam elemen akidah, peserta didik mengenal rukun iman, iman kepada Allah melalui nama-namanya yang agung  (asmaulhusna) dan mengenal para malaikat dan tugas yang  diembannya. Pada elemen akhlak, peserta didik terbiasa  mempraktikkan nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari dalam  ungkapan-ungkapan positif baik untuk dirinya maupun sesama manusia, terutama orang tua dan guru. Peserta didik juga  memahami pentingnya tradisi memberi dalam ajaran agama Islam. Mereka mulai mengenal norma yang ada di lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga terbiasa percaya diri mengungkapkan pendapat  pribadinya dan belajar menghargai pendapat yang berbeda. Peserta didik juga terbiasa melaksanakan tugas kelompok serta memahami  pentingnya mengenali kekurangan diri dan kelebihan temannya demi terwujudnya suasana saling mendukung satu sama lain. Dalam elemen fikih, peserta didik dapat mengenal rukun Islam dan  kalimah syahadatain, menerapkan tata cara bersuci, salat fardu,  azan, ikamah, zikir dan berdoa setelah salat. Dalam  pemahamannya tentang sejarah, peserta didik mampu  menceritakan secara sederhana kisah beberapa nabi yang wajib  diimani. 

Fase A Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Al-Qur’an dan Hadis 

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti  menekankan kemampuan mengenal huruf  hijaiyah dan harakatnya, huruf hijaiyah  bersambung, dan kemampuan membaca surah 

surah pendek Al-Qur’an dengan baik.

Akidah 

Peserta didik mengenal rukun iman kepada Allah  melalui nama-namanya yang agung  (asmaulhusna) dan mengenal para malaikat dan  tugas yang diembannya.

Akhlak 

Peserta didik terbiasa mempraktikkan nilai-nilai  baik dalam kehidupan sehari-hari dalam 

 

- 7 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

ungkapan-ungkapan positif baik untuk dirinya  maupun sesama manusia, terutama orang tua  dan guru. Peserta didik juga memahami  pentingnya tradisi memberi dalam ajaran agama  Islam. Mereka mulai mengenal norma yang ada  di lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga  terbiasa percaya diri mengungkapkan pendapat  pribadinya dan belajar menghargai pendapat  yang berbeda. Peserta didik juga terbiasa  melaksanakan tugas kelompok serta memahami  pentingnya mengenali kekurangan diri dan  kelebihan temannya demi terwujudnya suasana  saling mendukung satu sama lain.

Fikih 

Peserta didik mampu mengenal rukun Islam dan  kalimah syahadatain, menerapkan tata cara  bersuci, salat fardu, azan, ikamah, zikir dan  berdoa setelah salat.

Sejarah Peradaban  Islam

Peserta didik mampu menceritakan secara  sederhana kisah beberapa nabi yang wajib  diimani.

 

2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) 

Pada akhir Fase B, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik  mampu membaca surah-surah pendek atau ayat Al-Qur’an dan  menjelaskan pesan pokoknya dengan baik. Peserta didik mengenal  hadis tentang kewajiban salat dan menjaga hubungan baik dengan  sesama serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.  Pada elemen akidah peserta didik memahami sifat-sifat bagi Allah, 

beberapa asmaulhusna, mengenal kitab-kitab Allah, para nabi dan  rasul Allah yang wajib diimani. Pada elemen akhlak, peserta didik  menghormati dan berbakti kepada orang tua dan guru, dan  menyampaikan ungkapan-ungkapan positif (kalimah ayyibah) 

dalam keseharian. Peserta didik memahami arti keragaman sebagai  sebuah ketentuan dari Allah SWT. (sunnatullāh). Peserta didik  mengenal norma yang ada di lingkungan sekitarnya dan  lingkungan yang lebih luas, percaya diri mengungkapkan pendapat  pribadi, memahami pentingnya musyawarah untuk mencapai  kesepakatan dan pentingnya persatuan. Pada elemen fikih, peserta  didik dapat melaksanakan puasa, salat jumat dan salat sunah  dengan baik, memahami konsep baligh dan tanggung jawab yang  menyertainya (taklīf). Dalam pemahamannya tentang sejarah,  peserta didik mampu menceritakan kondisi Arab pra Islam, masa 

- 8 - 

kanak-kanak dan remaja Nabi Muhammad SAW. hingga diutus  menjadi Rasul, berdakwah, hijrah dan membangun Kota Madinah. 

Fase B berdasarkan elemen 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Al-Qur’an dan Hadis 

Peserta didik mampu membaca surah-surah  pendek atau ayat Al-Qur’an dan menjelaskan  pesan pokoknya dengan baik. Peserta didik  mengenal hadis tentang kewajiban salat dan  menjaga hubungan baik dengan sesama serta  mampu menerapkan dalam kehidupan sehari 

hari.

Aqidah 

Peserta didik memahami sifat-sifat bagi Allah, beberapa asmaulhusna, mengenal kitab-kitab  Allah, para nabi dan rasul Allah yang wajib  diimani.

Akhlak 

Pada elemen akhlak, peserta didik  menghormati dan berbakti kepada orang tua  dan guru, dan menyampaikan ungkapan ungkapan positif (kalimah ayyibah) dalam  keseharian. Peserta didik memahami arti  keragaman sebagai sebuah ketentuan dari  Allah SWT. (sunnatullāh). Peserta didik  mengenal norma yang ada di lingkungan  sekitarnya dan lingkungan yang lebih luas,  percaya diri mengungkapkan pendapat pribadi,  memahami pentingnya musyawarah untuk  mencapai kesepakatan dan pentingnya  persatuan.

Fikih 

Pada elemen fikih, peserta didik dapat  melaksanakan puasa, salat jumat dan salat  sunah dengan baik, memahami konsep balig  dan tanggung jawab yang menyertainya (taklīf).

Sejarah Peradaban  Islam

Dalam pemahamannya tentang sejarah, peserta  didik mampu menceritakan kondisi Arab pra  Islam, masa kanak-kanak dan remaja Nabi  Muhammad saw. hingga diutus menjadi rasul,  berdakwah, hijrah dan membangun Kota  Madinah.

 

3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) 

Pada akhir Fase C, pada elemen Al-Qur’an Hadits peserta didik  mampu membaca, menghafal, menulis, dan memahami pesan  pokok surah-surah pendek dan ayat Al-Qur’an tentang keragaman dengan baik dan benar. Pada elemen akidah, peserta didik dapat  mengenal Allah melalui asmaulhusna, memahami keniscayaan  peritiwa hari akhir, qadāʾ dan qadr. Pada elemen akhlak, peserta  didik mengenal dialog antar agama dan kepercayaan dan  menyadari peluang dan tantangan yang bisa muncul dari 

- 9 - 

keragaman di Indonesia. Peserta didik memahami arti ideologi  secara sederhana dan pandangan hidup dan memahami  pentingnya menjaga kesatuan atas keberagaman. Peserta didik  juga memahami pentingnya introspeksi diri untuk menjadi pribadi  yang lebih baik setiap harinya. Peserta didik memahami pentingnya  pendapat yang logis, menerima perbedaan pendapat, dan  menemukan titik kesamaan (kalimah sawā’) untuk mewujudkan  persatuan dan kerukunan. Peserta didik memahami peran manusia  sebagai khalifah Allah di bumi untuk menebarkan kasih sayang  dan tidak membuat kerusakan di muka bumi. Pada elemen fikih,  peserta didik mampu memahami zakat, infak, sedekah dan hadiah,  memahami ketentuan haji, halal dan haram serta mempraktikkan  puasa sunnah. Pada elemen sejarah, peserta didik menghayati  ibrah dari kisah Nabi Muhammad saw. di masa separuh akhir  kerasulannya serta kisah al-khulafā al-rāsyidin. 

Fase C Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Al-Qur’an dan Hadis 

Peserta didik mampu membaca, menghafal,  menulis, dan memahami pesan pokok surah surah pendek dan ayat Al-Qur’an tentang  keragaman dengan baik dan benar.

Aqidah 

Peserta didik dapat mengenal Allah melalui  asmaulhusna, memahami keniscayaan peritiwa  hari akhir, qadāʾ dan qadr.

Akhlak 

Peserta didik mengenal dialog antar agama dan  kepercayaan dan menyadari peluang dan  tantangan yang bisa muncul dari keragaman di  Indonesia. Peserta didik memahami arti ideologi  secara sederhana dan pandangan hidup dan  memahami pentingnya menjaga kesatuan atas  keberagaman. Peserta didik juga memahami  pentingnya introspeksi diri untuk menjadi  pribadi yang lebih baik setiap harinya. Peserta  didik memahami pentingnya pendapat yang  logis, menerima perbedaan pendapat, dan  menemukan titik kesamaan (kalimah sawāʾ)  untuk mewujudkan persatuan dan kerukunan.  Peserta didik memahami peran manusia  sebagai khalifah Allah di bumi untuk  menebarkan kasih sayang dan tidak membuat  kerusakan di muka bumi.

Fikih 

Pada elemen fikih, peserta didik mampu  memahami zakat, infak, sedekah dan hadiah,  memahami ketentuan haji, halal dan haram  serta mempraktikkan puasa sunnah.

 

- 10 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sejarah Peradaban  Islam

Pada elemen sejarah, peserta didik menghayati  ibrah dari kisah Nabi Muhammad saw. di masa  separuh akhir kerasulannya serta kisah al khulafā al-rāsyidin.

 

4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VII, dan IX SMP/MTs/  Program Paket B) 

Pada akhir Fase D, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik  memahami definisi Al-Qur’an dan Hadis Nabi dan posisinya sebagai  sumber ajaran agama Islam. Peserta didik juga memahami  pentingnya pelestarian alam dan lingkungan sebagai bagian yang  tidak terpisahkan dalam ajaran Islam. Peserta didik juga mampu  menjelaskan pemahamannya tentang sikap moderat dalam  beragama. Peserta didik juga memahami tingginya semangat  keilmuan beberapa intelektual besar Islam. Dalam elemen akidah,  peserta didik mendalami enam rukun Iman. Dalam elemen akhlak,  peserta didik mendalami peran aktivitas salat sebagai bentuk  penjagaan atas diri sendiri dari keburukan. Peserta didik juga  memahami pentingnya verifikasi (tabayyun) informasi sehingga dia  terhindar dari kebohongan dan berita palsu. Peserta didik juga  memahami definisi toleransi dalam tradisi Islam berdasarkan ayat ayat Al-Qur’an dan Hadis-Hadis Nabi. Peserta didik juga mulai  mengenal dimensi keindahan dan seni dalam Islam termasuk  ekspresi-ekspresinya. Dalam elemen ibadah, peserta didik  memahami internalisasi nilai-nilai dalam sujud dan ibadah salat,  memahami konsep muāmmalah, riba, rukhsah, serta mengenal  beberapa mazhab fikih, dan ketentuan mengenai ibadah qurban.  Dalam elemen sejarah, peserta didik mampu menghayati  penerapan akhlak mulia dari kisah-kisah penting dari Bani  Umayyah, Abbasiyyah, Turki Usmani, Syafawi dan Mughal sebagai  pengantar untuk memahami alur sejarah masuknya Islam ke  Indonesia. 

Fase D Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Al-Qur’an dan Hadis 

Peserta didik memahami definisi Al-Qur’an dan  Hadis Nabi dan posisinya sebagai sumber  ajaran agama Islam. Peserta didik juga  memahami pentingnya pelestarian alam dan  lingkungan sebagai bagian yang tidak 

 

- 11 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

terpisahkan dalam ajaran Islam. Peserta didik  juga mampu menjelaskan pemahamannya  tentang sikap moderat dalam beragama.  Peserta didik juga memahami tingginya  semangat keilmuan beberapa intelektual besar  Islam.

Akidah 

Peserta didik mendalami enam rukun Iman.

Akhlak 

Peserta didik mendalami peran aktivitas salat  sebagai bentuk penjagaan atas diri sendiri dari  keburukan. Peserta didik juga memahami  pentingnya verifikasi (tabayyun) informasi  sehingga dia terhindar dari kebohongan dan  berita palsu. Peserta didik juga memahami  definisi toleransi dalam tradisi Islam  berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis 

Hadis Nabi. Peserta didik juga mulai mengenal  dimensi keindahan dan seni dalam Islam  termasuk ekspresi-ekspresinya.

Fikih 

Peserta didik memahami internalisasi nilai-nilai  dalam sujud dan ibadah salat, memahami  konsep muʿāmalah, riba, rukhsah, serta  mengenal beberapa mazhab fikih, dan  ketentuan mengenai ibadah qurban.

Sejarah Peradaban  Islam

Peserta didik mampu menghayati penerapan  akhlak mulia dari kisah-kisah penting dari Bani  Umayyah, Abbasiyyah, Turki Usmani, Syafawi  dan Mughal sebagai pengantar untuk  memahami alur sejarah masuknya Islam ke  Indonesia.

 

5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) 

Pada akhir Fase E, dalam elemen Al-Qur’an dan Hadis, peserta  didik mampu menganalisis ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang  perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta  larangan pergaulan bebas dan zina; dapat membaca Al-Qur’an  dengan tartil, menghafal dengan fasih dan lancar ayat Al-Qur’an  serta Hadis tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan  dan etos kerja serta bahaya dari pergaulan bebas dan zina; dapat  menyajikan konten dan paparan tentang perintah untuk  berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan  pergaulan bebas dan zina; meyakini bahwa sikap kompetitif dalam  kebaikan dan etos kerja serta menghindari pergaulan bebas dan  perbuatan zina adalah perintah agama; dan membiasakan sikap  kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta menghindari  pergaulan bebas dan perbuatan zina dengan lebih berhati-hati dan  menjaga kehormatan diri.

- 12 - 

Dalam elemen aqidah, peserta didik menganalisis makna syuab al īmān (cabang-cabang iman), pengertian, dalil, macam dan  manfaatnya; mempresentasikan makna syuab al-īmān (cabang cabang iman), pengertian, dalil, macam dan manfaatnya; meyakini  bahwa dalam iman terdapat banyak cabang-cabangnya; serta  menerapkan beberapa sikap dan karakter sebagai cerminan cabang  iman dalam kehidupan.  

Dari elemen akhlak, peserta didik menganalisis manfaat  menghindari akhlak mażmūmah; membuat karya yang  mengandung konten manfaat menghindari sikap mażmūmah;  meyakini bahwa akhlak mażmūmah adalah larangan dan akhlak  mahmūdah adalah perintah agama; serta membiasakan diri untuk  menghindari akhlak mażmūmah dan menampilkan akhlak  mahmūdah dalam kehidupan sehari-hari.  

Dalam elemen fikih, peserta didik mampu menganalisis  implementasi fikih muāmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah (lima  prinsip dasar hukum Islam; menyajikan paparan tentang fikih  muāmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah meyakini bahwa ketentuan  fikih muāmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah adalah ajaran agama;  serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan, kepedulian, dan  kepekaan sosial.  

Dalam elemen sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu  menganalisis sejarah dan peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam  di Indonesia; dapat membuat bagan timeline sejarah tokoh ulama  penyebar ajaran Islam di Indonesia dan memaparkannya; meyakini  bahwa perkembangan peradaban di Indonesia adalah sunatullah  dan metode dakwah yang santun, moderat, bi al-ikmah wa al 

mau‘iat al-asanah adalah perintah Allah SWT; membiasakan  sikap kesederhanaan dan kesungguhan mencari ilmu, tekun,  damai, serta semangat menghargai adat istiadat dan perbedaan  keyakinan orang lain. 

Fase E Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Al-Qur’an dan Hadis 

Peserta didik mampu menganalisis ayat Al Qur’an dan hadis tentang perintah untuk  berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja 

 

- 13 -

Elemen 

Capaian Pembelajaran

serta larangan pergaulan bebas dan zina; dapat  membaca Al-Qur’an dengan tartil, menghafal  dengan fasih dan lancar ayat Al-Qur’an serta  Hadis tentang perintah untuk berkompetisi  dalam kebaikan dan etos kerja serta bahaya  dari pergaulan bebas dan zina; dapat  menyajikan konten dan paparan tentang  perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan  dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas  dan zina; meyakini bahwa sikap kompetitif  dalam kebaikan dan etos kerja serta  menghindari pergaulan bebas dan perbuatan  zina adalah perintah agama; dan  membiasakan sikap kompetitif dalam kebaikan  dan etos kerja serta menghindari pergaulan  bebas dan perbuatan zina dengan lebih berhati hati dan menjaga kehormatan diri.

Aqidah 

Peserta didik menganalisis makna syuab al īmān (cabang-cabang iman), pengertian, dalil,  macam dan manfaatnya; mempresentasikan  makna syuab al-īmān (cabang-cabang iman),  pengertian, dalil, macam dan manfaatnya;  meyakini bahwa dalam iman terdapat banyak  cabang-cabangnya; serta menerapkan  beberapa sikap dan karakter sebagai cerminan  cabang iman dalam kehidupan.

Akhlak 

Peserta didik menganalisis manfaat  menghindari akhlak mażmūmah; membuat  karya yang mengandung konten manfaat  menghindari sikap mażmūmah; meyakini  bahwa akhlak mażmūmah adalah larangan dan  akhlak mamūdah adalah perintah agama;  serta membiasakan diri untuk menghindari  akhlak mażmūmah dan menampilkan akhlak 

mamūdah dalam kehidupan sehari-hari.

Fikih 

Peserta didik mampu menganalisis  implementasi fikih muāmalah dan al-kulliyyāt  al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam;  menyajikan paparan tentang fikih muāmalah 

dan al-kulliyyāt al-khamsah meyakini bahwa  ketentuan fikih muāmalah dan al-kulliyyāt al khamsah adalah ajaran agama; serta  menumbuhkan jiwa kewirausahaan,  kepedulian, dan kepekaan sosial.

Sejarah Peradaban  Islam

Peserta didik mampu menganalisis sejarah dan  peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam di  Indonesia; dapat membuat bagan timeline sejarah tokoh ulama penyebar ajaran Islam di  Indonesia dan memaparkannya; meyakini  bahwa perkembangan peradaban di Indonesia  adalah sunatullah dan metode dakwah yang  santun, moderat, bi al-ikmah wa al-mau‘iat al asanah adalah perintah Allah Swt.;  membiasakan sikap kesederhanaan dan  kesungguhan mencari ilmu, tekun, damai

 

- 14 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

serta semangat menghargai adat istiadat dan  perbedaan keyakinan orang lain.

 

6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program  Paket C) 

Pada akhir Fase F dalam elemen Al-Qur’an dan Hadits, peserta  didik dapat menganalisis Al-Qur’an dan Hadits tentang berfikir  kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara  kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi  beragama; mempresentasikan pesan-pesan Al-Qur’an dan Hadits  tentang pentingnya berfikir kritis (critical thinking), ilmu  pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan  manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama;  membiasakan membaca Al-Qur’an dengan meyakini bahwa berfikir  kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara  kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi  beragama adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa ingin  tahu, berfikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan  ilmu pengetahuan, dan teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta  damai, semangat kebangsaan, dan tanggung jawab, sabar, tabah,  pantang menyerah, tawakal, dan selalu berprasangka baik kepada  Allah Swt. dalam menghadapi ujian dan musibah, cinta tanah air,  dan moderasi dalam beragama. 

Dalam elemen akidah, peserta didik menganalisis cabang-cabang  iman, keterkaitan antara iman, Islam dan ihsan, serta dasar-dasar,  tujuan dan manfaat ilmu kalam; mempresentasikan tentang  cabang-cabang iman, dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam;  meyakini bahwa cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman,  Islam dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam  adalah ajaran agama; membiasakan sikap tanggung jawab,  memenuhi janji, menyukuri nikmat, memelihara lisan, menutup  aib orang lain, jujur, peduli sosial, ramah, konsisten, cinta damai,  rasa ingin tahu dan pembelajar sepanjang hayat. 

Dari elemen akhlak, peserta didik dapat memecahkan masalah  perkelahian antarpelajar, minuman keras (miras), dan narkoba 

- 15 - 

dalam Islam; menganalisis adab menggunakan media sosial dalam  Islam, menganalisis dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan  keras kepala dalam kehidupan sehari hari, sikap inovatif dan etika  berorganisasi; mempresentasikan cara memecahkan masalah  perkelahian antarpelajar dan dampak pengiringnya, minuman  keras (miras), dan narkoba; menganalisis adab menggunakan  media sosial dalam Islam, dampak negatif sikap munafik, keras  hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari hari; meyakini  bahwa agama melarang melakukan perkelahian antarpelajar,  minuman keras, dan narkoba, munafik, keras hati, dan keras  kepala, meyakini bahwa adab menggunakan media sosial dalam  Islam dapat memberi keselamatan bagi individu dan masyarakat  dan meyakini bahwa sikap inovatif dan etika berorganisasi  merupakan perintah agama; membiasakan sikap taat pada aturan,  peduli sosial, tanggung jawab, cinta damai, santun, saling  menghormati, semangat kebangsaan, jujur, inovatif, dan rendah  hati. 

Dalam elemen fikih, peserta didik mampu menganalisis ketentuan  pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan  dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad; mempresentasikan  tentang ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah,  ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad;  menerapkan ketentuan khutbah, tablig, dan dakwah, ketentuan  pernikahan dalam Islam, mawaris, dan meyakini bahwa ijtihad  merupakan salah satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap  menebarkan Islam ramat li al-ālamīn, komitmen, bertanggung  jawab, menepati janji, adil, amanah, terbuka terhadap ilmu  pengetahuan, dan menghargai perbedaan pendapat. 

Dalam elemen sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu  menganalisis peran dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran  Islam di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di dunia, dan  peran organisasi-organisasi Islam di Indonesia; mempresentasikan  peran dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam di  Indonesia, perkembangan peradaban Islam di dunia, dan peran  ormas (organisasi masyarakat) Islam di Indonesia; mengakui  keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia, meyakini kebenaran 

- 16 - 

perkembangan peradaban Islam pada masa modern, peradaban  Islam di dunia, meyakini pemikiran dan pergerakan organisasi organisasi Islam berdasarkan ajaran agama; membiasakan sikap  gemar membaca, menulis, berprestasi, dan kerja keras, tanggung  jawab, bernalar kritis, semangat kebangsaan, berkebinekaan  global, menebarkan Islam ramat li al-ālamīn, rukun, damai, dan  saling bekerjasama. 

Fase F Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Al-Qur’an dan Hadis 

Peserta didik dapat menganalisis Al-Qur’an dan  Hadis tentang berfikir kritis, ilmu pengetahuan  dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan  manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan  moderasi beragama; mempresentasikan pesan 

pesan Al-Qur’an dan Hadits tentang pentingnya  berfikir kritis (critical thinking), ilmu  pengetahuan dan teknologi, toleransi,  memelihara kehidupan manusia, musibah,  ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama;  membiasakan membaca Al-Qur’an dengan  meyakini bahwa berfikir kritis, ilmu  pengetahuan dan teknologi, toleransi,  memelihara kehidupan manusia, musibah,  ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama  adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa  ingin tahu, berfikir kritis, kreatif, dan adaptif  terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,  dan teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta  damai, semangat kebangsaan, dan tanggung  jawab, sabar, tabah, pantang menyerah,  tawakal, dan selalu berprasangka baik kepada  Allah Swt. dalam menghadapi ujian dan  musibah, cinta tanah air, dan moderasi dalam  beragama.

Akidah 

Peserta didik menganalisis cabang-cabang  iman, keterkaitan antara iman, Islam dan  ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat  ilmu kalam; mempresentasikan tentang  cabang-cabang iman, dasar-dasar, tujuan dan  manfaat ilmu kalam; meyakini bahwa cabang 

cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam  dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan  manfaat ilmu kalam adalah ajaran agama;  membiasakan sikap tanggung jawab,  memenuhi janji, menyukuri nikmat,  memelihara lisan, menutup aib orang lain,  jujur, peduli sosial, ramah, konsisten, cinta  damai, rasa ingin tahu dan pembelajar  sepanjang hayat.

Akhlak 

Peserta didik dapat memecahkan masalah  perkelahian antarpelajar, minuman keras  (miras), dan narkoba dalam Islam; menganalisis  adab menggunakan media sosial dalam Islam, 

 

- 17 -

Elemen 

Capaian Pembelajaran

menganalisis dampak negatif sikap munafik,  keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan  sehari hari, sikap inovatif dan etika  berorganisasi; mempresentasikan cara  memecahkan masalah perkelahian antarpelajar  dan dampak pengiringnya, minuman keras  (miras), dan narkoba; menganalisis adab  menggunakan media sosial dalam Islam,  dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan  keras kepala dalam kehidupan sehari hari;  meyakini bahwa agama melarang melakukan  perkelahian antarpelajar, minuman keras, dan  narkoba, munafik, keras hati, dan keras kepala,  meyakini bahwa adab menggunakan media  sosial dalam Islam dapat memberi keselamatan  bagi individu dan masyarakat dan meyakini  bahwa sikap inovatif dan etika berorganisasi  merupakan perintah agama; membiasakan  sikap taat pada aturan, peduli sosial, tanggung  jawab, cinta damai, santun, saling  menghormati, semangat kebangsaan, jujur,  inovatif, dan rendah hati.

Fikih 

Peserta didik mampu menganalisis ketentuan  pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah,  ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris,  dan konsep ijtihad; mempresentasikan tentang  ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan  dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam,  mawaris, dan konsep ijtihad; menerapkan  ketentuan khutbah, tabligh, dan dakwah,  ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris,  dan meyakini bahwa ijtihad merupakan salah  satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap  menebarkan Islam ramat li al-ālamīn,  komitmen, bertanggung jawab, menepati janji,  adil, amanah, terbuka terhadap ilmu  pengetahuan, dan menghargai perbedaan  pendapat.

Sejarah Peradaban  Islam

Peserta didik mampu menganalisis peran dan  keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran  Islam di Indonesia, perkembangan peradaban  Islam di dunia, dan peran organisasi-organisasi  Islam di Indonesia; mempresentasikan peran  dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran  Islam di Indonesia, perkembangan peradaban  Islam di dunia, dan peran ormas (organisasi  masyarakat) Islam di Indonesia; mengakui  keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia,  meyakini kebenaran perkembangan peradaban  Islam pada masa modern, peradaban Islam di  dunia, meyakini pemikiran dan pergerakan  organisasi-organisasi Islam berdasarkan ajaran  agama; membiasakan sikap gemar membaca,  menulis, berprestasi, dan kerja keras, tanggung  jawab, bernalar kritis, semangat kebangsaan,  berkebinekaan global, menebarkan Islam  ramat li al-ālamīn, rukun, damai, dan saling  bekerjasama.

 

- 18 - 

I.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI  PEKERTI  

A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik  menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang  Maha Esa serta berakhlak mulia. Dengan demikian, pendidikan  agama dapat menjadi perekat bangsa dan memberikan anugerah yang  sebesar-sebesarnya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. 

Pendidikan agama memberikan penekanan pada pembentukan iman,  takwa, dan akhlak mulia menyiratkan bahwa pendidikan agama  bukan hanya bertujuan mengasah kecerdasan spiritual dan iman  juga aspek ketaatan pada ajaran agama. Namun lebih dari itu,  pendidikan agama harus mampu membentuk manusia yang  manusiawi. Jadi, mengukur keberimanan peserta didik tidak hanya  dilihat dari ketakwaan dan ketaatan pada ajaran agama serta  pengetahuan secara kognitif melainkan apakah peserta didik telah  menjadi manusia yang manusiawi.  

Hal tersebut sesuai dengan fungsi Pendidikan Agama Kristen yang  memberikan pengajaran akan pengetahuan dan kehidupan iman  serta perilaku yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus yang terdapat  dalam Alkitab. Pengajaran yang diberikan merupakan pengembangan 

pendidikan yang diarahkan bagi pembinaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agama diyakini sebagai acuan pembentukan sikap, moral, karakter, spiritualitas, berpikir dan  bertindak sesuai keyakinan imannya. Berbagai harapan tersebut dapat dicapai melalui proses internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan pribadi,keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Nilai  moderasi beragama diimplementasikan dalam sikap keterbukaan,  kebebasan berpikir, sadar akan keterbatasan, kerendahan hati, dan berpikir untuk kemanusiaan. Ajaran Kristen dalam nuansa moderasi beragama sangat dibutuhkan untuk menginternalisasikan karakter kekristenan yang toleran, terbuka, humanis,penuh kasih dan damai  yang sejati. Keadaan ini bersandingan dengan tujuan pendidikan nasional yang diarahkan pada berkembangnya potensi peserta didik  agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

- 19 - 

Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Moderasi beragama merupakan wadah untuk menumbuhkan toleransi dalam kehidupanbermasyarakat, bagi terwujudnya “Tri-Kerukunan Umat Agama” di Indonesia, yakni: kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat  

beragama dengan pemerintah. Nilai-nilai moderasi beragama  senantiasa mejadi sikap penting bagi umat beragama melaksanakan  tugas panggilan dalam interaksi dengan sesama.Seluruh eksistensi  orang percaya dipanggil dan diutus melaksanakan pekerjaan Tuhan  di dunia. Komponen esensial kepribadian manusia adalah nilai 

(values) dan kebajikan (virtues). Kondisi ini merupakan dasar  pengembangan kehidupan manusia yang memiliki peradaban, kebaikan, dan kebahagiaan secara individual maupun sosial.  Pelayanan pendidikan agama Kristen sebagai perpanjangan tangan gereja yang berfungsi sebagai penyemaian iman kristiani,  pengembangan kedewasaan spiritualitas, dan jadi pelaku firman (bnd.  Yakobus 1:22) serta menghasilkan buah (Yoh. 16:16). 

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, disajikan dalam bentuk  mata pelajaran pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang  mengacu pada capaian pembelajaran yang telah ditetapkan oleh  Pemerintah. Penyusunan capaian pembelajaran mata pelajaran  Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti didasarkan pada dua  elemen, yaitu: Allah Tritunggal dan Nilai-nilai Kristiani. Dua elemen  tersebut masih sangat umum dan belum dapat menggambarkan  substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen secara spesifik. 

Secara sepesifik, kedua dua elemen dijabarkan menjadi empat elemen  yaitu: Allah Berkarya, Manusia dan Nilai-nilai Kristiani, Gereja dan  Masyarakat Majemuk, Alam dan Lingkungan Hidup, yang dapat  mengakomodir seluruh substansi pembelajaran Pendidikan Agama  Kristen dan Budi Pekerti pada jenjang SD/Program Paket A,  SMP/Program Paket B, dan SMA/Program Paket C. Masing-masing  elemen dan sub elemen merupakan pilar dalam pengembangan  Capaian Pembelajaran dan materi pembelajaran. 

- 20 - 

B.Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti  Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bertujuan  untuk membantu peserta didik: 

1. Mengenal serta mengimani Allah yang berkarya menciptakan alam semesta dan manusia; 

2. Mengimani keselamatan kekal dalam karya penyelamatan Yesus Kristus; 

3. Mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai penolong dan pembaru hidup manusia; 

4. Mewujudkan imannya dalam perbuatan hidup setiap hari dalam  interaksi dengan sesamadan memelihara lingkungan hidup; 5. Memahami hak dan kewajibannya sebagai warga gereja dan warga  negara serta cinta tanah air; 

6. Membangun manusia Indonesia yang mampu menghayati  imannya secara bertanggung jawab dan berakhlak mulia serta menerapkan prinsip moderasi beragama dalam masyarakat majemuk; 

7. Membentuk diri menjadi anak-anak dan remaja Kristen yang  memiliki kedewasaan berpikir, berkata-kata dan bertindak sehingga menampakkan karakter kristiani; 

8. Membentuk sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan  intern dan antara umat beragama, serta umat beragama dengan  pemerintah; 

9. Memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam  berpikir dan bertindak berdasarkan Firman Allah; dan 10. Mewujudkan peran nyata di tengah keluarga, sekolah, gereja, dan  masyarakat Indonesia yang majemuk. 

C.Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi  Pekerti  

Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha yang dilakukan secara  terencana dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan RohKudus dapat  memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus  yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan  lingkungan. Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan kebenaran dan 

- 21 - 

tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas dalam konteks masyarakat majemuk.  Masyarakat Indonesia yang majemuk dipandang sebagai berkat  Tuhan dan dalam konteks pemahaman iman Kristen merupakan  medan layan bagi orang Kristen untuk membangun kehidupan  bersama yang adil dan setara. Panggilan iman orang Kristen ini secara  historis telah dibangun sejak proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, karakteristik Pendidikan Agama Kristen yang kontekstual harus menegaskan peran hidup orang beriman dalam mewujudkan tanggungjawabnya membangun bangsa Indonesia yang berketuhanan, bersatu, setara, dan berkeadilan, serta menghargai kemajemukan dalam masyarakat dan bangsa Indonesia. 

Pendidikan Agama Kristen harus mampu menyikapi perkembangan  zaman, sehingga peserta didik mampu menyelesaikan dan menjawab  segala problematika yang dihadapi. Dengan demikian, Pendidikan Agama Kristen harus memiliki muatan pembelajaran kontekstual, artinya materi yang ada di dalam Pendidikan Agama Kristen selalu  dikaitkan dengan situasi dan konteks agar dapat menjelaskan kasus kasus yang dialami dalam kehidupan nyata. Fakta yang diperoleh dari  kajian bagi program pendidikan Kristen, yaitu: 1) Pelaku telah diberi karunia Roh; 2) Bertujuan mendewasakan umat melayani; 3)  Menghasilkan dan hubungan harmonis; 4) Bersifat kebenaran  teologis; 5) Penuh kasih karunia dan kebenaran; 6) Saling membantu dan berkembang secara harmonis. 

Pendidikan Agama Kristen di Indonesia berlangsung dalam keluarga,  gereja dan lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di lembaga pendidikan formal menjadi tanggung jawab utama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen,  Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan  Gereja. Oleh karena itu kerjasama yang bersinergi antara lembaga lembaga tersebut perlu terus dibangun. 

Berdasarkan karakteristik Pendidikan Agama Kristen dan Budi  Pekerti disusun empat elemen yang mengikat capaian pembelajaran  dan materi dalam satu kesatuan yang utuh pada semua jenjang.  Secara holistik capaian pembelajaran dan lingkup materi mengacu 

- 22 - 

pada empat elemen tersebut yang selalu diintegrasikan dengan  Alkitab.  

Elemen dan deskripsi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 

No. 

Elemen 

Deskripsi

1. 

Allah Berkarya 

Pada elemen Allah berkarya peserta didik belajar  untuk memahami Allah yang diimaninya sebagai  Pencipta, Pemelihara, Penyelamat, dan  Pembaru. Manusia diciptakan menurut gambar  Allah yang diberi mandat untuk membangun,  memanfaatkan, dan memelihara ciptaan Allah  bagi kesejahteraan manusia. Allah memelihara  manusia dengan menciptakan flora dan fauna  bagi keseimbangan ekosistem dan kebutuhan  manusia. Allah hadir dalam berbagai peristiwa  kehidupan. Allah melengkapi manusia dengan  kemampuan berpikir, berkarya dan  mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,  dan seni. Manusia diselamatkan melalui  pengorbanan Yesus Kristus. Manusia menjalani  kehidupan sebagai makhluk sosial yang  berbudaya, mengembangkan demokrasi, dan  hak azasi manusia. Allah membarui manusia  melalui karya Roh Kudus. 

2. 

Manusia dan  

Nilai-nilai  

Kristiani

Pada elemen manusia dan nilai-nilai kristiani  peserta didik belajar tentang hakikat manusia  sebagai ciptaan Allah yang terbatas. Dalam  keterbatasannya, manusia diberi hak dan  tanggung jawab. Memahami dan menerapkan  nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari 

hari, melalui sikap rendah hati, peduli terhadap  sesama, menerapkan kasih, setia dan keadilan.  dalam kehidupan. Perwujudan nilai-nilai  kristiani juga nampak melalui sikap kritis  terhadap berbagai bentuk diskriminasi,  menghargai perbedaan, rukun, toleran serta  menerapkan disiplin hidup dalam masyarakat  majemuk.

3. 

Gereja dan  

Masyarakat  

Majemuk

Pada elemen gereja dan masyarakat majemuk  peserta didik belajar tentang hidup bergereja  dan bermasyarakat serta memahami tanggung  jawab terhadap gereja, bangsa dan negara.  Peserta didik memahami makna kehadiran  gereja bagi umat Kristen dan dunia serta  mengkritisi berbagai bentuk pelayanan gereja.  Mensyukuri keragaman suku, budaya bangsa,  dan agama sebagai anugerah Allah.  Mengembangkan kehidupan harmonis dalam 

 

- 23 - 

No. 

Elemen 

Deskripsi

kehidupan bersama melalui sikap terbuka,  toleran, dan inklusif terhadap sesama dalam masyarakat majemuk. Memahami model-model  dialog dan kerja sama antar umat beragama  dalam rangka moderasi beragama.

4. 

Alam dan  

Lingkungan Hidup

Pada elemen alam dan lingkungan hidup,  peserta didik belajar membangun hubungan  yang harmonis dengan alam, memelihara dan  melestarikan alam sebagai wujud syukur  kepada Allah. Pada elemen ini peserta didik  mensyukuri bahwa Allah Mahakuasa hadir  melalui alam ciptaan. Menyadari bahwa  manusia diberi tugas oleh Allah untuk mengolah  dan memelihara alam dengan mengkritisi  tindakan manusia yang merusak alam dan  menerapkan sikap ugahari. 

 

Elemen dan Sub Elemen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 

No 

Elemen 

Sub Elemen

1. 

Allah Berkarya 

Allah Pencipta

Allah Pemelihara

Allah Penyelamat

Allah Pembaharu

2. 

Manusia dan Nilai-nilai  Kristiani

Hakikat Manusia

Nilai-nilai Kristiani

3. 

Gereja dan Masyarakat  Majemuk

Tugas Panggilan Gereja

Masyarakat Majemuk

4. 

Alam dan Lingkungan  

Hidup

Alam Ciptaan Allah

Tanggung Jawab Manusia  

Terhadap Alam

 

Implementasi elemen dan sub elemen di atas, proses penalarannya bersumber dari Kitab Suci. Peserta didik belajar membaca dan  merenungkan Kitab Suci yang berisi pengajaran iman Kristen sebagai  acuan dalam kehidupan. 

D.Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan  Budi Pekerti setiap Fase 

Capaian pembelajaran (CP) ditempatkan dalam fase-fase menurut  usia dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan dalam kelas mulai  dari fase A hingga fase F. 

1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) Peserta didik memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

- 24 - 

yang istimewa serta berterima kasih pada Allah dengan cara  merawat tubuh, memelihara lingkungan sekitarnya, menjaga  kerukunan di rumah dan sekolah, serta toleran dengan sesama  yang berbeda dengan dirinya. Diharapkan peserta didik mampu 

memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya di dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan terdekatnya. Pada kelas awal  tingkat SD/Program Paket A peserta didik tentang Allah masih cukup abstrak. Karena itu, peserta didik membutuhkan visualisasi atau perwujudan dari sesuatu yang dapat menunjukkan siapa Allah itu. Mereka akan lebih mudah  memahami siapa Allah dengan melihat keberadaan dirinya.  Dengan demikian Allah yang mereka kenal adalah Allah yang  menciptakan manusia dan semua anggota tubuh untuk dipakai  dengan benar sesuai dengan fungsinya yaitu untuk tujuan mulia. 

Fase A Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen 

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase A

1. Allah  

Berkarya

Allah Pencipta 

Memahami Allah menciptakan dirinya sebagai pribadi yang istimewa dalam hubungannya dengan keluarga, teman, guru sebagai orang-orang terdekat dan membangun interaksi yang baik melalui tindakan sederhana

Allah  

Pemelihara

Memahami pemeliharaan Allah pada dirinya melalui kehadiran orang tua, keluarga, teman, dan guru serta melakukan tindakan nyata sebagai wujud syukur

Allah  

Penyelamat

-

Allah Pembaru 

-

2. Manusia  dan Nilai 

nilai  

Kristiani

Hakikat  

Manusia

Memahami dirinya yang memiliki berbagai anggota tubuh dan bermanfaat untuk tujuan mulia, serta bersyukur pada Allah melalui tindakan nyata memelihara tubuhnya.

Nilai-nilai  

Kristiani

Bergaul dengan semua orang, menghargai perbedaan, menjaga kerukunan di rumah dan di sekolah

3. Gereja dan  Masyarakat  Majemuk

Tugas  

Panggilan  

Gereja

Menerima tugas panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani

Masyarakat  

Majemuk

Mensyukuri keragaman suku, budaya,  bangsa, dan agama sebagai anugerah Allah

4. Alam dan  Lingkungan

Alam Ciptaan  Allah

Mensyukuri Allah hadir dalam seluruh  alam ciptaan





- 25 - 

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase A

Hidup 

Tanggung  

Jawab Manusia  Terhadap Alam

Melakukan tindakan sederhana dalam  upaya tanggung jawab terhadap alam  dan lingkungan sekitarnya

 

2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A) 

Setelah mempelajari mengenai Allah Maha kasih yang berkarya  dalam dirinya pribadi, keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial  masyarakat yang terdekat dengannya, peserta didik juga belajar  mengenal karya Allah melalui ciptaan lainnya. Manusia dan  seluruh ciptaan yang ada di alam memerlukan pemeliharaan  Allah. Langit dan bumi beserta isinya, tumbuhan, hewan  peliharaan, hewan yang bebas di alam, benda langit pada saat  siang dan malam, berbagai gejala alam seperti cuaca, peristiwa  siang dan malam, angin, hujan, petir semua dalam pemeliharaan  Allah. Dengan mempelajari semua kebesaran Allah itu, peserta  didik hendaknya memiliki sikap mengasihi sesama, memelihara  lingkungan, takluk, tunduk, dan taat pada kuasa Allah serta  percaya kepada-Nya. 

Fase B Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase B

1. Allah  

Berkarya

Allah Pencipta 

Memahami Allah menciptakan, manusia  (perempuan dan laki-laki), flora dan  fauna, dan melakukan tindakan nyata  sebagai wujud syukur

Allah  

Pemelihara

Memahami pemeliharaan Allah pada  manusia secara umum dan dirinya  melalui kehadiran orang tua, keluarga,  dan guru serta melakukan tindakan  nyata sebagai wujud syukur

Allah  

Penyelamat

-

Allah Pembaru 

-

2. Manusia  dan Nilai 

nilai  

Kristiani

Hakikat  

Manusia

Memahami dirinya memiliki berbagai  anggota tubuh yang bermanfaat serta  menunjukkan sikap bertanggung jawab  menjaga tubuh untuk tetap sehat

Nilai-nilai  

Kristiani

Mengasihi dan bergaul dengan semua  orang, menghargai perbedaan, menjaga kerukunan, dan menerapkan hidup disiplin di rumah dan di sekolah

3. Gereja dan  Masyarakat  Majemuk

Tugas  

Panggilan  

Gereja

Menerima tugas panggilan gereja untuk  bersekutu, bersaksi, dan melayani

 

- 26 - 

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase B

Masyarakat  

Majemuk

Mensyukuri keragaman suku, budaya,  bangsa, dan agama sebagai anugerah Allah

4. Alam dan  Lingkungan Hidup

Alam Ciptaan  Allah

Mensyukuri Allah hadir dalam seluruh  alam ciptaan dan berbagai fenomena alam

Tanggung Jawab Manusia 

Terhadap Alam

Melakukan tindakan sederhana dalam  upaya tanggung jawab terhadap alam  dan lingkungan sekitarnya

 

3. Fase C (Umumnya untuk kelas IV dan V SD/Program Paket A)  

Peserta didik mengakui kemahakuasaan Allah yang hadir melalui  berbagai peristiwa dalam kehidupannya. Dengan mengakui  kemahakuasaan Allah, peserta didik memahami Allah yang  Mahakuasa itu mengampuni dan menyelamatkan manusia  melalui Yesus Kristus. Pemahaman terhadap keselamatan yang  diberikan Allah kepada manusia memotivasi peserta didik untuk  memahami arti pertobatan dan hidup dalam pertobatan. Hidup  dalam pertobatan ditunjukkan melalui bersahabat dengan semua  orang, berbela rasa, tolong-menolong tanpa membeda-bedakan  suku bangsa, budaya, dan agama, serta memelihara alam dan  lingkungan.  

Selanjutnya pada fase ini, peserta didik memahami bahwa Allah  Pencipta hadir dalam kehidupan masyarakat. Pemahaman itu  diwujudkan dengan mempraktikkan sikap peduli kepada sesama.  Peserta didik juga belajar dari teladan tokoh-tokoh Alkitab yang  berkaitan dengan pertobatan dan menjadi manusia baru. Dalam  terang manusia baru peserta didik menerapkan nilai-nilai  Kristiani dalam interaksi dengan sesama untuk membangun  kepekaan terhadap bentuk-bentuk ketidakadilan termasuk  didalamnya ketidakadilan terhadap mereka yang berkebutuhan  khusus, ketidakadilan terhadap alam dan lingkungan hidup. Fase  ini merupakan fase akhir dari pendidikan di SD/Program Paket A,  peserta didik mempersiapkan diri untuk masuk ke jenjang  SMP/Program Paket B. Oleh karena itu peserta didik dibekali  dengan pemahaman mendasar tentang Allah yang tidak pernah  absen dari kehidupan manusia. Pemahaman ini memberikan  penguatan pada peserta didik untuk lebih mendalami kasih Allah 

- 27 - 

dalam hidupnya. Kelak ketika di SMA/Program Paket C mereka  dapat bertumbuh menjadi manusia yang dewasa secara holistik. 

Fase C Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen 

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase C

1. Allah  

Berkarya

Allah Pencipta 

Memahami Allah Pencipta berkarya  dalam kehidupan keluarga, sekolah, dan  masyarakat

Allah  

Pemelihara

Memahami Allah memelihara seluruh  umat manusia termasuk mereka yang  berkebutuhan khusus, serta menyukuri  pemeliharaan Allah dalam hidup  manusia

Allah  

Penyelamat

Memahami Allah menyelamatkan  manusia dalam diri Yesus Kristus dan  mensyukuri keselamatan yang sudah diterimanya

Allah Pembaru 

Memahami Allah membarui hidup  manusia dan mempraktikkan sikap  hidup manusia baru

2. Manusia  dan Nilai 

nilai  

Kristiani

Hakikat  

Manusia

Memahami bahwa manusia berdosa  karena itu membutuhkan pertobatan

Nilai-nilai  

Kristiani

Memahami nilai-nilai kristiani dalam  interaksi antar manusia serta bersikap  kritis terhadap berbagai bentuk diskriminasi

3. Gereja dan  Masyarakat Majemuk

Tugas  

Panggilan  

Gereja

Memahami makna pelayanan terhadap  sesama sebagai tanggung jawab orang  beriman dan mempraktikkannya dalam kehidupan

Masyarakat  

Majemuk

Memahami keberagaman suku bangsa,  budaya, dan agama dalam masyarakat majemuk

4. Alam dan  Lingkunga 

n Hidup

Alam Ciptaan  Allah

Memahami dan menyukuri  kemahakuasaan Allah dalam berbagai fenomena alam

Tanggung  

Jawab Manusia Terhadap Alam

Melakukan tindakan nyata dalam  memelihara alam dan lingkungan  sekitar sebagai wujud tanggung jawab  orang beriman

 

4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program  Paket B) 

Peserta didik memahami karya Allah dalam Yesus Kristus yang  menyelamatkan umat manusia dan dunia. Manusia berada dalam  kuasa pemeliharaan Allah. Allah memelihara, menyelamatkan  manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus, dan memperbarui  oleh kuasa Roh Kudus. Peserta didik menyadari bahwa karya  Allah yang dirasakan dalam hidupnya harus diwujudkan dalam  ucapan syukur. Pernyataan syukur diwujudkan dalam bentuk 

- 28 - 

kasih terhadap Allah dan sesama manusia. Peserta didik  mempraktikkan sikap hidup sebagai orang benar, beriman, dan  berpengharapan. Pada fase ini peserta didik mampu mewujudkan  pemahaman iman melalui pengakuan akan Allah Penyelamat yang  berkarya dalam seluruh aspek kehidupan. Sikap hidup sebagai  orang yang telah diselamatkan mewujud dalam kasih, sukacita,  damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,  kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).  

Sebagai implementasi dari keselamatan, manusia terhisap dalam  persekutuan dengan Allah, terpanggil untuk bersaksi dan  melayani. Hal ini tampak ketika peserta didik hidup sebagai  manusia yang dapat mempertanggungjawabkan pikiran,  perkataan dan perbuatan sebagai pribadi dan bagian dari  komunitas di sekolah, keluarga, gereja, dan masyarakat. Peserta  didik mampu memahami karya Allah melalui dan dalam  pertumbuhan gereja. Dalam interaksi antar sesama dan berkarya  dalam berbagai situasi, peserta didik akan memelihara  lingkungan hidup sebagai amanah untuk menjaga keutuhan  ciptaan dan wujud tanggung jawab umat yang diselamatkan. 

Fase D Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase D

1. Allah  

Berkarya

Allah Pencipta 

Memahami Karya Allah dalam hidup  manusia yang mengubah masa depan  manusia dan dunia secara keseluruhan,  mensyukuri perkembangan IPTEK dan  bertanggungjawab terhadap IPTEK,  memahami karya Allah melalui berbagai  perubahan yang dihadirkan gereja.

Allah  

Pemelihara

Memahami dan menyajikan bukti-bukti  Allah memelihara seluruh ciptaan-Nya,  bahwa hidup manusia yang dinamis  berada dalam kuasa dan pemeliharaan  Allah, meyakini bahwa Allah  memelihara, memberi isnpirasi  kehidupan dan mensyukuri  pemeliharaan Allah sepanjang  kehidupan.

Allah  

Penyelamat

Mengakui bahwa hanya Allah yang  dapat mengampuni dan menyelamatkan  manusia dalam Yesus Kristu dan meneladani Yesus dalam hidup beriman  melalui berbagai aktifitas.

Allah Pembaru 

Bersikap sebagai orang yang dipimpin  dan dibaharui oleh Roh Kudus dan  menerapkan makna hidup beriman dan 

 

- 29 - 

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase D

berpengharapan dalam menghadapi  berbagai tantangan.

2. Manusia  dan Nilai 

nilai  

Kristiani

Hakikat  

Manusia

Memahami teladan Yesus Kristus dan  menerapkan-nya dalam kehidupan bagi  sesama manusia, memahami berbagai  bentuk fenomena dan tantangan  pergaulan remaja masa kini.

Nilai-nilai  

Kristiani

Menerapkan nilai-nilai kristiani dalam  kehidupan sehari-hari, bersikap rendah  hati, dan peduli terhadap sesama.

3. Gereja dan  Masyarakat  Majemuk

Tugas Panggilan  Gereja

Memahami karya Allah dalam  pelayanan gereja yang membawa  pembaruan bagi dunia secara  keseluruhan, memperkenalkan misi  pelayanan gereja masa kini serta  memahami makna kehadiran gereja  bagi umat Kristen dan bagi dunia,  memahami berbagai bentuk pelayanan  gereja masa kini dan mengkritisinya.

Masyarakat  

Majemuk

Mengembangkan sikap terbuka,  toleran, dan inklusif terhadap sesama  dalam masyarakat majemuk,  memahami model-model dialog dan  kerja sama antar agama dalam rangka  moderasi beragama serta  merencanakan kegiatan sederhana yang  dapat menunjukkan sikap hidup  inklusif dalam masyarakat majemuk.

4. Alam dan  Lingkunga 

n Hidup

Alam Ciptaan  Allah

Memahami bahwa pemeliharaan Allah  terus berlangsung terhadap alam dan  manusia dalam segala situasi dan  manusia meresponsnya melalui  tanggung jawab dan berbagai aktifitas  memelihara alam.

Tanggung  

Jawab Manusia  Terhadap Alam

Memahami bahwa manusia diberi tugas  oleh Allah untuk mengolah serta  memelihara alam dan lingkungan  hidup.

 

5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C) 

Peserta didik bertumbuh sebagai manusia dewasa secara holistik,  baik secara biologis, sosial maupun spiritual dan keyakinan iman.  Aktualisasi pribadi yang dewasa harus didukung oleh kesadaran  akan kemahakuasaan Allah. Rasa bersyukur dan kritis dalam  menghadapi berbagai persoalan hidup termasuk dalam menyikapi  konsekuensi logis perkembangan ilmu pengetahuan dan  teknologi. Sejalan dengan pertumbuhan menjadi dewasa, maka  peserta didik memiliki hidup baru dalam Kristus. Menjadi  manusia baru dibuktikan dengan cara mengembangkan 

- 30 - 

kesetiaan, kasih, keadilan dan bela rasa terhadap sesama serta  memiliki perspektif baru terhadap pemeliharaan dan  perlindungan terhadap alam. Praktik hidup sebagai manusia  dewasa yang sudah hidup baru diwujudkan juga dalam  pemahamannya terhadap keluarga dan sekolah sebagai lembaga  pendidik utama. Hidup sebagai manusia dewasa juga dibuktikan  melalui komitmen dan praktik hidup yang berpihak pada  penyelamatan alam. Terus membaharui diri dan membangun  pemahaman yang komprehensive mengenai nilai-nilai iman  Kristen yang diwujudkan dalam praktik kehidupan. 

Fase E Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen 

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase E

2. Allah  

Berkarya

Allah Pencipta 

Menganalisis pertumbuhan diri sebagai  pribadi dewasa melalui cara berpikir,  berkata dan bertindak

Allah  

Pemelihara

Memahami bentuk-bentuk pemeliharaan Allah dalam kehidupan

Allah  

Penyelamat

Memahami nilai-nilai iman Kristen  dalam keluarga serta menjabarkan  peran keluarga dan orang tua sebagai  pendidik utama

Allah Pembaru 

Mengakui bahwa Allah membarui hidup  orang beriman 

2. Manusia  

dan Nilai 

nilai  

Kristiani

Hakikat  

Manusia

Menganalisis indikator manusia yang  bertumbuh menjadi dewasa

Nilai-nilai  

Kristiani

Menerapkan prinsip kesetiaan, kasih  dan keadilan dalam kehidupan sosial  yang lebih luas

3. Gereja dan  Masyaraka 

t Majemuk

Tugas Panggilan  Gereja

Menganalisis issu-issu ras, etnis dan  gender dalam rangka mewujudkan  keadilan

Masyarakat  

Majemuk

Memahami sekolah sebagai lembaga  pendidik

4. Alam dan  Lingkungan Hidup

Alam Ciptaan  Allah

Memahami berbagai bentuk tindakan  pencegahan kerusakan alam

Tanggung  

Jawab Manusia  Terhadap Alam

Mengkritisi tindakan manusia dalam  tanggungawabnya memelihara alam  ciptaan Allah

 

6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C) 

Pada fase F peserta didik telah mencapai tahap sebagai manusia  dewasa dan memiliki hidup baru, maka pada fase ini, peserta didik  terus berproses menjadi lebih dewasa terutama dalam  menjalankan tanggung jawab sosial kemasyarakatan. Identitas  peserta didik sebagai remaja Indonesia yang beragama Kristen 

 

- 31 - 

ditampakkan melalui tanggung jawab sebagai anggota gereja dan  warga negara. Pada fase ini peserta didik memiliki tanggung jawab  sosial kemasyarakatan yang lebih luas, Yaitu: turut serta  memperjuangkan keadilan, kebenaran, kesetaraan, demokrasi,  hak azasi manusia, serta moderasi beragama. Peserta didik  menjadi pembawa damai sejahtera dalam kehidupan tanpa  kehilangan identitas. Peserta didik memahami, menghayati, dan  mewujudkan kedewasaan iman yang ditunjukkan melalui  kemampuan peserta didik beradaptasi dalam berbagai kondisi.  Aktualisasi kedewasaan didukung kesadaran akan adanya Allah  yang berkarya, mencipta, memelihara, menyelamatkan dan  membarui manusia serta dunia sebagai kesadaran akan harkat  kemanusiaan dan penerapan nilai-nilai kristiani.  

Fase F Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen 

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase F

1. Allah  

Berkarya

Allah Pencipta 

Mengalisis perkembangan kebudayaan,  ilmu pengetahuan dan teknologi,  memahami demokrasi dan HAM sebagai  anugerah Allah dan menjabarkannya 

dalam praktik

Allah  

Pemelihara

Mensyukuri dan mengembangkan talenta pemberian Allah dan  menggunakannya untuk kepentingan  bangsa

Allah  

Penyelamat

Menganalisis tantangan dalam  kehidupan keluarga dan membangun  komunikasi yang baik serta  mewujudkan nilai-nilai demokrasi dan  HAM pada konteks lokal dan global

Allah Pembaru 

Memahami bahwa Allah membaharui, memulihkan kehidupan keluarga, gereja dan bangsa 

2. Manusia dan  Nilai-nilai  

Kristiani

Hakikat  

Manusia

Mewujudkan tanggung jawabnya  sebagai manusia dewasa serta  memahami keadilan sebagai dasar  demokrasi dan HAM.

Nilai-nilai  

Kristiani

Memahami nilai iman sebagai landasan  hidup berkeluarga, bersikap proaktif  dalam keluarga dan masyarakat serta  memahami makna damai sejahtera  menurut Alkitab dan memjadi pembawa  damai sejahtera dalam kehidupan

3. Gereja dan  Masyarakat  

Majemuk

Tugas  

Panggilan  

Gereja

Menelaah karakter tokoh-tokoh dialog  antar umat beragama yang  mengabdikan hidupanya bagi  persaudaraan dan solidaritas serta  menganalisis issu-issu ras, etnis, dan  gender dalam rangka mewujudkan 

keadilan.





- 32 -

Elemen 

Sub Elemen 

Capaian Fase F

Masyarakat  

Majemuk

Melakukan transformasi sosial dalam  lingkup masyarakat majemuk, serta  berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial  kemasyarakatan dalam rangka 

mewujudkan moderasi beragama

3. Alam dan  Lingkungan  

Hidup

Alam Ciptaan  Allah

Memahami prinsip pemeliharaan dan  pelestarian alam serta keutuhan ciptaan Allah.

Tanggung  

Jawab  

Manusia  

Terhadap Alam

tanggung jawab memelihara alam dan  memahami mewujudkannya dalam  tindakan serta menerapkan sikap ugahari demi kelestarian alam.

 

- 33 - 

I.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI  PEKERTI  

A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti  Pendidikan pada dasarnya merupakan tanggungjawab utama dan  pertama orangtua, demikian pula dalam hal pendidikan iman anak. Pendidikan iman pertama-tama harus dimulai dan dilaksanakan di  lingkungan keluarga, tempat dan lingkungan dimana anak mulai  mengenal dan mengembangkan iman. Pendidikan iman yang dimulai  dalam keluarga perlu dikembangkan lebih lanjut dalam Gereja (Umat  Allah), dengan bantuan pastor paroki, katekis dan guru Pendidikan  Agama Katolik di sekolah.  

Negara juga mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi agar  pendidikan iman bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan agama  dan kepercayaan masing-masing. Salah satu bentuk dukungan  negara adalah dengan menyelenggarakan pendidikan iman (agama)  secara formal di sekolah yaitu Mata Pelajaran Pendidikan Agama  Katolik dan Budi Pekerti.  

Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mendorong  peserta didik menjadi pribadi beriman yang mampu menghayati dan  mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran  Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti membekali peserta didik  dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang bersumber dari  Kitab Suci, Tradisi, Ajaran Gereja (Magisterium), dan pengalaman  iman peserta didik. Kurikulum Pendidikan Agama Katolik dan Budi  Pekerti diharapkan mampu mengembangkan kemampuan  memahami, menghayati, mengungkapkan dan mewujudkan iman  para peserta didik. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan  Budi Pekerti disusun secara terencana dan berkesinambungan dalam  rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk  memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa  sesuai ajaran iman Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan  penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Hal ini  dimaksudkan juga untuk menciptakan hubungan antar umat  beragama yang harmonis dalam masyarakat Indonesia yang majemuk  demi terwujudnya persatuan nasional.

- 34 - 

B.Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti  Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan: 

1. agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap  membangun hidup yang semakin beriman (beraklak mulia); 2. membangun hidup beriman Kristiani yang berarti membangun  kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan  tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi  dan peristiwa penyelamatan, situasi dan perjuangan untuk  perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan,  persaudaraan dan kesetiaan, dan kelestarian lingkungan hidup;  dan 

3. mendidik pesera didik menjadi manusia paripurna yang  berkarakter mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan  berkebinekaan global sesuai dengan tata paham dan tata nilai yang  diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus Kristus sehingga nilai-nilai  yang dihayati dapat tumbuh dan membudaya dalam sikap dan  perilaku peserta didik. 

C.Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi  Pekerti  

Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti  diorganisasikan dalam lingkup empat elemen konten dan empat  kecakapan. Empat elemen konten tersebut adalah:

Elemen 

Deskripsi

Pribadi Peserta Didik 

Elemen ini membahas tentang diri sebagai  laki-laki atau perempuan yang memiliki  kemampuan dan keterbatasan kelebihan  dan kekurangan, yang dipanggil untuk  membangun relasi dengan sesama serta  lingkungannya sesuai dengan Tradisi  Katolik.

Yesus Kristus 

Elemen ini membahas tentang pribadi Yesus  Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan  Kerajaan Allah, seperti yang terungkap  dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan  Perjanjian Baru, agar peserta didik berelasi  dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya.

 

- 35 - 

Elemen 

Deskripsi

Gereja 

Elemen ini membahas tentang makna  Gereja agar peserta didik mampu  mewujudkan kehidupan menggereja.

Masyarakat 

Elemen ini membahas tentang perwujudan  iman dalam hidup bersama di tengah  masyarakat sesuai dengan Tradisi Katolik.

 

Kecakapan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi  Pekerti adalah memahami, menghayati, mengungkapkan, dan  mewujudkan. Dengan memiliki kecakapan memahami, peserta didik  diharapkan memiliki pemahaman ajaran iman Katolik yang otentik.  Kecakapan menghayati membantu peserta didik dapat menghayati  iman Katoliknya sehingga mampu mengungkapkan iman dalam  berbagai ritual ungkapan iman dan pada akhirnya mampu  mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.  Kecakapan ini merupakan dasar pengembangan konsep belajar  Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. 

D.Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan  Budi Pekerti setiap Fase 

1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) 

Pada akhir Fase A, peserta didik mengenal dirinya sebagai bagian  dari keluarga, sekolah, dan lingkungan di sekitarnya, yang mampu  mensyukuri dirinya sebagai ciptaan Tuhan, melalui kebiasaan doa  sebagai anggota Gereja, mewujudkan imannya dengan cara  melakukan perbuatan baik, sesuai dengan teladan Yesus dan  tokoh-tokoh Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian  Baru. 

Fase A Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Pribadi Peserta  

Didik

Peserta didik mampu mengenal dirinya sebagai  pribadi yang dicintai Tuhan; yang memiliki anggota  tubuh yang sangat berguna serta memahami cara  merawatnya; mengenal temannya, lingkungan rumah  dan sekolah tempat dirinya berkembang.  

Peserta didik mampu mengenal diri, lingkungan  keluarga, serta teman-temannya, agar memiliki  kebiasaan bekerja sama dengan anggota keluarga  dan teman.

 

- 36 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Yesus Kristus 

Peserta didik menyadari bahwa bumi langit dan  seluruh isinya adalah ciptaan Tuhan, serta  menyadari bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan  yang istimewa.  

Peserta didik mengenal tokoh-tokoh iman di dalam  Perjanjian Lama (Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub);  mengenal kisah kelahiran Tuhan Yesus dan tiga  orang Majus, serta mengenal masa kanak-kanak  Yesus yang menetap di Nasaret, dipersembahkan di  Bait Allah dan diketemukan di Bait Allah.

Gereja 

Peserta didik mampu mengungkapkan iman dalam  hidup sehari-hari, dengan cara membuat tanda salib,  berdoa Bapa Kami, berdoa salam Maria dan doa  Kemuliaan.  

Peserta didik mampu mewujudkan imannya dengan  melaksanakan perintah Allah, berjuang melawan  godaan serta membiasakan diri berdoa pujian,  syukur dan permohonan.

Masyarakat 

Peserta didik mewujudkan imannya di tengah  masyarakat melalui kebiasaan hidup rukun dengan  tetangga serta mengembangkan kebiasaan bergotong  royong merawat lingkungan.

 

2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A) 

Pada akhir Fase B, peserta didik mengenal dirinya sebagai bagian  dari keluarga, sekolah, dan lingkungan di sekitarnya (baik fisik  maupun non fisik), mampu mensyukuri dirinya sebagai ciptaan  Tuhan, melalui kebiasaan doa sebagai anggota Gereja, serta  terpanggil untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki  (seperti menyampaikan pendapat, bermusyawarah, dll) dan  mewujudkan imannya dengan cara melakukan perbuatan baik,  membangun semangat persatuan, sesuai dengan teladan Yesus dan  tokoh-tokoh Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian  Baru. 

Fase B Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Pribadi Peserta  

Didik

Peserta didik mampu mengenal diri sebagai pribadi  yang tumbuh dan berkembang dan mampu  melakukan kebaikan. 

Peserta didik mampu mengenal diri sebagai pribadi  yang unik, sehingga memunculkan rasa syukur dan  mau mengembangkan keunikan dirinya bersama  orang lain atau lingkungannya.

 

- 37 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Yesus Kristus 

Peserta didik mengenal Allah yang menyelamatkan  manusia sebagaimana tercermin pada tokoh Perjanjian  Lama (Kisah Yusuf, Kisah Musa dan Kisah Yosua); dan di  dalam diri Yesus yang dibaptis, Yesus yang memberi  makan lima ribu orang dan Yesus yang mengampuni. 

Peserta didik memahami kisah-kisah suci dalam  Perjanjian Lama (Sepuluh perintah Allah sebagai pedoman  hidup, Bangsa Israel memasuki tanah terjanji, Allah  memberkati para pemimpin Israel: Samuel, Saul dan  Daud); dan Perjanjian Baru (kisah Yesus mewartakan  Kerajaan Allah melalui Perumpamaan dan mukjizat-Nya).

Gereja 

Peserta didik mengenal sakramen-sakramen dalam  Gereja (sakramen baptis, sakramen ekaristi dan  sakramen tobat). 

Peserta didik mampu mengungkapkan doa syukur,  doa pribadi, doa bersama, serta mewujudkan  semuanya itu melalui sikap dan tindakan dalam  hidup sehari-hari.

Masyarakat 

Peserta didik mewujudkan imannya di tengah  masyarakat melalui kebiasaan menghormati  pemimpin masyarakat, menghargai tradisi  masyarakat serta melestarikan lingkungan alam. 

Peserta didik memiliki rasa hormat kepada orang tua,  menghormati hidup, dan menghormati milik orang  lain.

 

3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A) 

Pada akhir Fase C, peserta didik memahami dirinya sebagai citra  Allah, sebagai laki-laki atau perempuan, dan mampu  mensyukurinya dengan melibatkan diri dalam kehidupan  menggereja (melalui kebiasaan doa dan perayaan sakramen Baptis,  Ekaristi dan Tobat, sebagai tanda keselamatan Allah), dan  mewujudkan imannya dalam kehidupan bermasyarakat dengan  menunjukkan rasa bangga sebagai warga negara Indonesia dengan  menjunjung tinggi hati nurani, serta membangun semangat dialog  antar agama dan kepercayaan, sesuai dengan ajaran Gereja dan  teladan Yesus Kristus. 

Fase C Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Pribadi Peserta  

Didik

Peserta didik mampu memahami diri sebagai  perempuan atau laki-laki sebagai citra Allah, yang  sederajat dan saling melengkapi. 

Peserta didik mampu memahami hak dan kewajiban  sebagai warga negara dan bangga sebagai bangsa  Indonesia, menyadari diri sebagai warga dunia, 

 

- 38 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

sehingga terdorong melakukan kegiatan dialog antar  umat beragama dan berkepercayaan.

Yesus Kristus 

Peserta didik mengenal tokoh-tokoh Perjanjian Lama  (Daud sebagai pemimpin, Salomo yang bijaksana dan  Ester perempuan pemberani) dan tokoh Perjanjian  Baru (Maria dan Elisabet); meneladan Yesus yang  taat kepada Allah, Yesus yang mengajarkan  pengampunan dan memanggil orang berdosa;  memahami Yesus yang menderita, wafat, dan  bangkit, serta mengutus Roh Kudus untuk  menguatkan para rasul, dan semua orang yang  percaya. 

Peserta didik mengenal kisah jatuh bangun Israel di  bawah bimbingan nabi Elia, nabi Amos pejuang  keadilan, nabi Yesaya yang menubuatkan  kedatangan juru selamat, mengenal kisah Yesus yang  mewartakan kerajaan Allah dengan kata-kata,  tindakan, dan seluruh pribadi-Nya.

Gereja 

Peserta didik mewujudkan iman dalam hidup sehari hari, dengan cara terlibat dalam hidup menggereja,  hidup bersama yang dijiwai Roh Kudus. 

Peserta didik memahami Gereja yang Satu, Kudus,  Katolik, dan Apostolik, serta persekutuan para  kudus.

Masyarakat 

Peserta didik terlibat dalam pelestarian lingkungan,  dan mengembangkan sikap jujur. 

Peserta didik dapat bertindak menurut hati nurani,  menegakkan keadilan, dan mewujudkan semuanya  ini dalam hidupnya sehari-hari sebagai orang  beriman kristiani.

 

4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP/Program  Paket B) 

Pada akhir Fase D, peserta didik menyadari dan mensyukuri diri  sebagai citra Allah, sebagai laki-laki atau perempuan, yang memiliki  kemampuan dan keterbatasan, untuk mengembangkan diri melalui  peran keluarga, sekolah, teman, masyarakat dan Gereja dengan  meneladani pribadi Yesus Kristus, sehingga terpanggil untuk  mengungkapkan imannya dalam kehidupan menggereja (melalui  kebiasaan doa, perayaan sakramen dan terlibat secara aktif di  dalam kehidupan menggereja); serta mewujudkan imannya dalam  hidup bermasyarakat (melaksanakan hak dan kewajiban, bersikap  toleran, dan menghormati martabat manusia).

- 39 - 

Fase D Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Pribadi Peserta  

Didik

Peserta didik mampu memahami manusia sebagai  citra Allah yang unik, dan sederajat, baik sebagai  perempuan ataupun laki-laki, yang memiliki  kemampuan dan keterbatasan, sehingga bangga dan  bersyukur. 

Peserta didik menyadari dirinya yang tumbuh dan  berkembang berkat peran keluarga, teman, sekolah  dan Gereja. 

Yesus Kristus 

Peserta didik mengenal dan memahami pribadi Yesus  yang berbelas kasih dan pengampun sehingga  mampu membangun relasi dengan-Nya. 

Peserta didik mampu memahami pribadi dan karya  Yesus sebagai pemenuhan janji Allah, yang  mewartakan Kerajaan Allah melalui sabda, tindakan,  dan mukjizat-Nya; yang memanggil dan mengutus  para murid-Nya, mengalami sengsara, wafat dan  kebangkitan serta naik ke surga, selanjutnya  mengutus Roh Kudus yang memberi daya dan  kekuatan bagi para murid.

Gereja 

Peserta didik memahami Gereja sebagai komunitas  yang hidup, yang melakukan berbagai karya, dan  menjadi tanda dan sarana keselamatan serta  mewujudkan sakramen keselamatan, melalui  sakramen Inisiasi dan Sakramen Penyembuhan.  Pada akhirnya Peserta didik dapat mewujudkan  dalam hidupnya sehari-hari sebagai murid-murid  Yesus dan anggota Gereja. 

Peserta didik mampu memahami makna Sakramen  Perkawinan, Sakramen Tahbisan, dan membangun  masa depan.

Masyarakat 

Peserta didik mewujudkan imannya melalui upaya  membangun kehidupan bersama berlandaskan pada  Kebebasan sebagai Anak-anak Allah dan Sabda  Bahagia. 

Peserta didik mengimani Allah sebagai sumber  keselamatan yang sejati dan menanggapinya dalam  kebersamaan dengan jemaat serta meneladan Maria;  beriman di tengah masyarakat dengan mewujudkan  hak dan kewajiban sebagai anggota Gereja dan  masyarakat, menghargai keluhuran martabat  manusia dengan mengembangkan budaya 

kehidupan, mengembangkan keadilan dan kejujuran,  bersahabat dengan alam; beriman dengan  membangun persaudaraan dengan semua orang  berdasar sikap Gereja Katolik terhadap agama dan 

kepercayaan lain sehingga dapat membangun  kebersamaan. Akhirnya peserta didik dapat  mewujudkan makna iman dalam perilaku hidupnya 

 

- 40 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

sehari-hari, karena iman tanpa perbuatan adalah  mati.

 

5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C) 

Pada akhir Fase E, peserta didik memahami dirinya sebagai pibadi  yang unik, sebagai laki-laki dan perempuan yang memiliki  kesetaraan sebagai Citra Allah; yang memiliki suara hati, sehingga  mampu bersikap kritis dan bertanggung jawab terhadap pengaruh  media massa, ideologi dan gaya hidup yang berkembang saat ini;  memahami Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium sebagai  sumber untuk mengenal pribadi Yesus dan karya-Nya; memahami  peran Roh Kudus dan Allah Tri Tunggal; meneladan Yesus sebagai  idola, sahabat sejati, Putera Allah dan Juru selamat serta  membangun hidup yang berpolakan pribadi Yesus Kristus dalam  mewujudkan imannya di tengah masyarakat. 

Fase E Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Pribadi Peserta  

Didik

Peserta didik mampu memahami dirinya sebagai  pibadi yang unik, setara antara laki-laki dan  perempuan, serta memiliki kean sebagai Citra Allah;  memiliki suara hati sehingga mampu bersikap kritis  dan bertanggung jawab terhadap pengaruh media  massa, ideologi dan gaya hidup yang berkembang saat  ini. 

Yesus Kristus 

Peserta didik memahami Kitab Suci Perjanjian Lama  dan Perjanjian Baru, Tradisi Suci dan Magisterium  sebagai sumber untuk mengenal pribadi Yesus dan  karya-Nya yang mewartakan dan memperjuangkan  Kerajaan Allah, sengsara, wafat, kebangkitan dan  kenaikan Yesus ke surga; memahami peran Roh  Kudus dan Allah Tri Tunggal. Pada akhirnya peserta  didik mampu meneladan Yesus sebagai idola, sahabat  sejati, Putera Allah dan Juru selamat serta  membangun hidup yang berpolakan pribadi Yesus  Kristus sebagai perwujudan imannya di tengah  masyarakat.

Gereja 

-

Masyarakat 

-

 

- 41 - 

6. Fase F (Umumnya untuk kelas X dan XII SMA/Program Paket C) 

Pada akhir Fase F, peserta didik memahami arti, makna, dan sifat  Gereja; karya pastoral Gereja; peran hierarki dan awam; ajaran  sosial dan Hak Asasi Manusia; mengembangkan budaya kasih,  menghormati kehidupan; memahami makna panggilan hidup, nilai 

nilai penting dalam masyarakat, menghargai keberagaman,  membangun dialog dan kerjasama; mewujudkan sifat serta karya  pastoral Gereja di dalam kehidupan sehari-hari di tengah keluarga,  Gereja dan masyarakat. 

Fase F Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Pribadi Peserta  

Didik

Peserta didik mampu memahami makna panggilan  hidup (berkeluarga, membiara, karya/profesi).

Yesus Kristus 

-

Gereja 

Peserta didik mampu memahami arti dan makna  Gereja, sifat Gereja (Satu, Kudus, Katolik, Apostolik),  peran hierarki dan awam dalam Gereja, karya pastoral  Gereja (Liturgia, Kerygma, Martyria, Koinonia,  Diakonia).

Masyarakat 

Peserta didik mampu memahami hubungan Gereja  dan dunia, Ajaran Sosial Gereja, Hak Asasi Manusia  dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja;  mengembangkan budaya kasih, menyadari hidup itu  milik Allah (contoh kasus moral aktual: aborsi, bunuh  diri, euthanasia dan hukuman mati), memilih gaya  hidup sehat (bebas dari HIV/AIDS dan obat terlarang).  Pada akhirnya peserta didik dapat mengambil bagian  dalam mewujudkan sifat-sifat dan karya pastoral  Gereja dalam hidupnya serta menjadi agen dalam  pengembangan moral hidup kristiani dalam  masyarakat.  

Peserta didik mampu memperjuangkan nilai-nilai  penting dalam masyarakat yang bermartabat seturut  ajaran Yesus; menghargai keberagaman dalam  masyarakat sebagai anugerah Allah, membangun  dialog dan kerja sama antar umat beragama dan  berkepercayaan serta berperan dalam pembangunan  bangsa Indonesia, sebagai perwujudan imannya dalam  hidup sehari-hari di tengah keluarga, Gereja dan  masyarakat.

 

- 42 - 

I.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI  PEKERTI  

A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sangat  cepat menumbuhkan budaya-budaya baru dalam kehidupan  berbangsa dan bernegara. Perkembangan yang pesat tersebut  menimbulkan perubahan pada perilaku yang dapat mempengaruhi  berbagai aspek kehidupan. Pendidikan agama merupakan pendidikan  yang berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang unggul  dan mempunyai moralitas yang mulia. Pendidikan Agama Hindu  memiliki berbagai konsep yang dapat memberikan kendali atau  kontrol pada umatnya untuk mengendalikan diri dari pengaruh  negatif pada perkembangan zaman.  

Kehidupan sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep  Dharma Negara dan Dharma Agama, yang telah tertuang dalam  pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, tersurat  dan tersirat baik secara langsung maupun tidak langsung,  mendukung keutuhan NKRI, diantaranya:  

1. Agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan antara manusia dengan Sang Hyang Widhi, hubungan  manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam  lingkungan; 

2. Agama Hindu selalu menanamkan pada setiap umat tentang  ajaran tri kaya parisudha (berpikir baik, berkata baik, dan berbuat  baik).  

Selain itu banyak konsepsi ajaran Hindu yang terkait nilai-nilai  ketuhanan, kemanusiaan, cinta tanah air, musyawarah, dan keadilan  sosial seperti: sraddha dan bhakti, tat twam asi, wasudhaiwa  kutumbakam, asah-asih-asuh, dan seterusnya yang berkaitan dengan  kearifan lokal Hindu di Nusantara. 

Kurikulum rumpun Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti  berfokus pada:  

1. Pertama, Kitab Suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu  yang menekankan kepada pemahaman nilai-nilai kebenaran  (satyam), kesucian (siwam) dan keindahan (sundaram);

- 43 - 

2. Kedua, Sraddha dan Bhakti yang terkait dengan aspek keimanan  dan ketaqwaan terhadap Hyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa  sebagai sumber ciptaan alam semesta beserta isinya; 

3. Ketiga, Susila yang merupakan konsepsi tentang akhlak mulia  dalam ajaran agama Hindu yang menekankan pada penguasaan  etika dan moral yang baik sehingga tercipta insan-insan Hindu  yang sādhu (bijaksana), siddha (kerja keras), śuddha (bersih),  dan siddhi (cerdas); 

4. Keempat, Acara yang merupakan implementasi dari Weda yang  merupakan praktik keagamaan (ibadah) dalam agama Hindu  sesuai dengan kearifan lokal Hindu di nusantara; 

5. Kelima, Sejarah Agama Hindu yang menekankan kepada sejarah  perkembangan agama dan kebudayaan Hindu di lokal, nasional,  dan internasional.  

Kecakapan yang diharapkan adalah peserta didik mampu mengenal,  mengetahui, memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran agama  Hindu dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga,  masyarakat, bangsa dan negara yang selaras dengan nilai-nilai  Pancasila dalam rangka membangun hubungan manusia dengan  Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.  Kecakapan ini diharapkan dapat menciptakan kerukunan intern  beragama, antar umat beragama, dan kerukunan secara luas dalam  bingkai kebangsaan serta tumbuhnya sikap toleransi terhadap suku,  agama, ras, dan antar-golongan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.  

B.Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan  Budi Pekerti 

Tujuan dari pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama  Hindu dan Budi Pekerti adalah agar peserta didik mampu: 

1. Menjiwai dan menghayati nilai-nilai universal pesan moralitas  yang terkandung dalam Weda;  

2. Menunjukkan sikap dan perilaku yang dilandasi sraddha dan  bhakti (beriman dan bertaqwa), menumbuhkembangkan dan  meningkatkan kualitas diri antara lain: percaya diri, rasa ingin  tahu, santun, disiplin, jujur, mandiri, peduli, toleransi,  bersahabat, dan bertanggung jawab dalam hidup bermasyarakat, 

- 44 - 

serta mencerminkan pribadi yang berbudi pekerti luhur dan cinta  tanah air;  

3. Menumbuhkan sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya (jujur), ahimsa (tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi), rajin, bertanggungjawab, tekun, mandiri, mampu  bekerjasama, gotong royong dengan lingkungan sosial dan alam;  

4. Memahami Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti (tattwa dan  keimanan), Susila (etika), Acara dan Sejarah Agama Hindu secara  faktual, konseptual, substansial, prosedural dan meta kognitif  dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang  berwawasan ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan,  permusyawaratan, dan keadilan sesuai dengan perkembangan  peradaban dunia;  

5. Berpikir dan bertindak efektif secara sekala (konkret) dan niskala (abstrak) melalui puja bhakti (sembahyang, japa, dan doa), chanda  (dharmagita, nyanyian Tuhan, kidung, tembang, suluk, kandayu,  bhajan, dan sejenisnya), meditasi, upacara-upakara, tirthayatra (perjalanan suci), yoga, dharma wacana, dan dharma tula; 

6. Berperan aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat  berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Hindu di Nusantara serta  membangun masyarakat yang damai dan inklusif dengan  menunjung tinggi nilai-nilai toleransi, gotong royong, berkeadilan  sosial, berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, dan  memenuhi kewajiban sebagai warganegara untuk mewujudkan  kehidupan yang selaras, serasi, dan harmonis.  

C.Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi  Pekerti 

Karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi  Pekerti adalah: 

1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti  diorganisasikan dalam 5 elemen (strand) kecakapan dan konten. 

2. Elemen kecakapan yang ada dalam Mata Pelajaran Pendidikan  Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri dari: empati, komunikasi,  refleksi, berpikir kritis, kreatif, dan kolaborasi.

- 45 -

No. 

Elemen Kecakapan 

Deksripsi Elemen Kecakapan

Empati 

Empati adalah kepedulian terhadap diri  sendiri, lingkungan dan situasi di mana  dia berada. Hal ini diwujudkan dengan  sikap saling menghormati dan menghargai  orang lain serta alam di mana dia berada  sehingga tercipta rasa kesetiakawanan  tanpa batas dengan menunjung tinggi  prinsip tat twam asi dan wasudhaiwa  kutumbakam

Komunikasi 

Komunikasi merupakan interaksi baik  verbal maupun non-verbal untuk  menunjang hubungan baik personal,  antar personal maupun intra personal.  Hal ini ditunjukkan dengan pembelajaran 

agama Hindu yang berorientasi pada  ajaran Tri Hita Karana (jalinan hubungan  antara manusia dengan Tuhan, sesama  manusia dan alam) dengan mengemban  prinsip tri kaya parisudha (berpikir,  berkata dan berbuat yang baik)

Refleksi 

Refleksi adalah melihat kenyataan sebagai  bagian dari upaya pembelajaran untuk  meningkatkan kemampuan diri, kepekaan  sosial dalam kaitannya dengan  kemampuan personal. Hal ini tampak  pada pembelajaran agama Hindu yang  mengarahkan peserta didik untuk  menjadi orang yang mulat sarira  (introspeksi diri) dengan menasehati  dirinya sendiri (dama) untuk kebaikan  dan kualitas diri dalam kehidupan  sehingga bisa mengatasi permasalahan  hidup

Berpikir kritis 

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk  berpikir secara logis (nyaya), reflektif  (dhyana), sistematis (kramika) dan  produktif (saphala) yang diaplikasikan  dalam menilai situasi untuk membuat  pertimbangan dan keputusan yang baik.  Hal ini diwujudkan pada pembelajaran  agama Hindu yang mengarahkan peserta  didik untuk menganalisis sesuatu dalam  situasi dan kondisi apa pun guna  mencapai kebenaran baik dalam lingkup  diri sendiri, orang lain dan masyakarakat  luas sebagai bentuk penerapan nilai-nilai  prasada atau berpikir dan berhati suci  serta tanpa pamrih.

 

- 46 - 

No. 

Elemen Kecakapan 

Deksripsi Elemen Kecakapan

Kreatif 

Kreatif artinya dapat mengkreasikan atau  memiliki kemampuan untuk menciptakan  sesuatu yang baru. Hal ini diwujudkan  dalam pembelajaran Agama Hindu yang  mengarahkan peserta didik untuk  berkreasi dan mengupayakan agar nilai 

nilai Agama Hindu dapat dipahami secara  fleksibel sesuai kearifan lokal Hindu di  Nusantara berdasarkan prinsip desa,  kala, dan patra (tempat, waktu, dan  kondisi). 

Kolaborasi 

Kolaborasi merupakan suatu bentuk  proses sosial, di mana didalamnya  terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan  untuk mencapai tujuan bersama dengan  saling membantu dan saling memahami  aktivitas masing-masing. Hal ini tampak  pada pembelajaran agama Hindu yang  mengarahkan peserta didik untuk dapat  hidup berdampingan satu dengan yang  lain, saling bekerjasama dan bergotong 

royong

 

3. Elemen konten dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu  dan Budi Pekerti terdiri dari: Kitab Suci Weda, Sraddha dan  Bhakti, Susila, Acara, dan Sejarah. Adapun penjelasan dari  masing-masing elemen konten ini sebagai berikut.

No. 

Elemen Konten 

Deksripsi Elemen Konten

Kitab Suci Weda (Sebagai  Sumber Ajaran Hindu)

Kitab Suci Weda adalah sumber  ajaran agama Hindu yang berasal  dari wahyu Tuhan (Hyang Widhi  Wasa). Kitab Suci Weda ini bersifat  sanatana dan nutana dharma (abadi  dan fleksibel sesuai kearifan lokal  yang ada), apauruseya (bukan  karangan manusia), dan anadi  ananta (tidak berawal dan tidak  berakhir). Secara umum kodifikasi  Kitab Suci Weda oleh Maharsi Wyasa  terdiri dari 2 bagian utama yaitu: 

a. Weda Sruti 

Weda Sruti adalah wahyu yang  didengarkan secara langsung oleh  para maharsi. Weda Sruti terbagi  menjadi: Rg Weda, Yajur Weda, Sama  Weda, dan Atharwa Weda, yang 

 

- 47 -

No. 

Elemen Konten 

Deksripsi Elemen Konten

masing-masing memiliki kitab  Mantra, Brahmana, Aranyaka, dan  Upanisad; 

b. Weda Smerti 

Weda Smerti adalah Weda yang  berdasarkan ingatan Maharsi dan  tafsir atau penjelasan dari Weda  Sruti. Weda Smerti terdiri dari:  Wedangga (Siksa, Nirukta, Jyotisa,  Chanda, Wyakarana, dan Kalpa) dan  Upaweda (Arthasastra, Ayurweda,  Gandharwaweda, Dhanurweda), dan  Nibanda. Peserta didik diharapkan  dapat memahami dan menghayati  alur sejarah kitab suci Weda,  pembagiannya, pemahaman dari  masing-masing kitab Suci Weda serta  menerapkan nilai-nilai ajaran Weda  dalam kehidupan sehari-hari.

Sraddha dan Bhakti,  (Sebagai pokok keimanan  dan ketaqwaan Hindu)

Sraddha dan Bhakti adalah pokok  keimanan Hindu yang berisi ajaran  tattwa atau ajaran kebenaran untuk  meyakinkan umat Hindu agar  memiliki rasa bhakti. Dalam  berbagai teks Jawa Kuna dan bahasa  daerah di Nusantara, istilah tattwa menunjuk pada prinsip-prinsip  kebenaran tertinggi. Tattwa agama  Hindu di Indonesia merupakan hasil  konstruksi dari ajaran filosofis yang  terkandung dalam kitab Suci Weda.  Peserta didik dalam proses  pembelajaran diharapkan dapat:  meyakini ajaran Panca Sraddha untuk menumbuhkan rasa bhakti  serta mengamalkan nilai-nilai  kebenaran, kesucian dan  keharmonisan dalam masyarakat  lokal, nasional, dan internasional. 

Susila (Sebagai Konsepsi  dan Aplikasi Akhlak Mulia  dalam Hindu)

Susila adalah ajaran etika dan  moralitas dalam kehidupan untuk  kesejahteraan dalam tatanan  masyarakat lokal, nasional, dan  internasional. Peserta didik mampu  menerapkan nilai-nilai Susila  berdasarkan wiweka, prinsip tri hita  karana, tri kaya parisudha, tat twam  asi, dan wasudaiwa kutumbhakam

 

- 48 -

No. 

Elemen Konten 

Deksripsi Elemen Konten

Selain itu, peserta didik peka  terhadap persoalan-persoalan sosial  yang berkembang di bermasyarakat  dan berpartisipasi aktif dalam  pembangunan yang berkelanjutan

Acara (Sebagai Penerapan  Praktik Keagamaan atau  Ibadah dalam Hindu)

Acara merupakan praktik  keagamaan Hindu yang diterapkan  dalam bentuk pelaksanaan yajna  atau korban suci sesuai dengan  kearifan lokal Hindu di Nusantara.  Peserta didik dapat memahami dan  menerapkan nilai-nilai acara agama  dalam berbagai bentuk aktifitas  keagamaan Hindu sesuai kearifan  lokal dan budaya setempat antara  lain berupa ritual dan seni yang  harus dilestarikan sebagai kekayaan  budaya bangsa. 

Sejarah Agama Hindu 

Sejarah adalah kajian tertulis tentang  peristiwa yang benar-benar terjadi  pada masa lampau. Peserta didik  mampu mengenal, mengetahui,  memahami dan menganalisis tokoh  dan peristiwa pada masa lampau  yang terkait dengan perkembangan  agama dan kebudayaan Hindu.  Selanjutnya peserta didik mampu  meneladani nilai-nilai ketokohan  Hindu yang relevan dengan  kehidupan masyarakat lokal,  nasional, dan internasional.  Pembelajaran sejarah agama Hindu  diharapkan dapat membentuk jati  diri peserta didik sebagai bagian dari  bangsa Indonesia yang menjujung  tinggi nilai luhur budaya local,  nasional, dan internasional untuk  mempererat jalinan persaudaraan,  persatuan dan kesatuan bangsa  tanpa membedakan suku, agama,  ras, dan antargolongan. 

 

- 49 - 

D.Capaian Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan Agama  Hindu dan Budi Pekerti 

1. Fase A (Umumnya Kelas I dan II SD/Program Paket A) 

Pada akhir Fase A, peserta didik meneladani tokoh yang ada dalam  Ramayana dan Mahabharata. Dan membiasakan berdoa dan  bersembahyang dan mengenal ciptaan Hyang Widhi Wasa. Selain  itu, mampu mengenal ajaran tri kaya parisudha dan perilaku orang  suci dalam kehidupan serta mengenal sarana persembahyangan. 

Fase A Berdasarkan Elemen 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sraddha dan Bhakti 

Peserta didik mengenal aspek Keyakinan dan  Ketuhanan ini peserta didik dapat mengenal  ciptaan Hyang Widhi Wasa. 

Susila 

Peserta didik dapat mengenal nilai-nilai tri kaya  parisudha dan perilaku orang suci di keluarga,  lingkungan sekolah dan lingkungan tempat  tinggal.

Acara 

Peserta didik mengenal bentuk korban suci yang  ada dalam Hindu. Dalam hal ini peserta didik  mampu mengembangkan keingintahuan tentang  korban suci yang biasa dilakukan di lingkungan  keluarga.

Kitab suci Weda 

peserta didik dapat mengenal dan menunjukan  karakter tokoh pada cerita Ramayana dan  Mahabharata yang sering dijumpai di lingungan  keluarga dan sekolah.

Sejarah 

Peserta didik mampu mengenal kerajan Hindu di  Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui  nama tokoh dan kerajaan bercorak Hindu di  Nusantara.

 

2. Fase B (Umumnya Kelas III dan IV SD/Program Paket A)  

Pada akhir Fase B peserta didik mampu mengetahui nilai-nilai  dalam kitab Ramayana dan Purana yang berwawasan kearifan  lokal. Selanjutnya mengenal aspek panca sraddha dengan  memahami ajaran Tri Murti sebagai perwujudan Hyang Widhi Wasa  sekaligus menunjukan kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai cadhu  śakti. Selain itu pada aspek susila peserta didik memahami sad ripu 

sebagai perilaku yang harus dihindari, memahami ajaran subha dan  asubha karma. Hal lain terkait dengan penghormatan terhadap 

- 50 - 

bentuk tempat suci Agama Hindu yang ada di seluruh Indonesia  sebagai bentuk penghayatan nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu  juga dapat mengambil keteladanan dari tokoh yang ada dalam  sejarah Hindu.  

Fase B Berdasarkan Elemen 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sraddha dan Bhakti 

Peserta didik mampu menunjukan  kemahakuasaan Hyang Widhi Wasa sebagai  pencipta alam semesta pada aspek trimurti dan  caduśakti

Susila 

Peserta didik mampu memahami baik tri  parartha dan subha asubha karma serta sifat  wiweka (membedakan baik dan buruk),  sehingga mampu menentukan aspek susila  dalam ajaran Hindu untuk keselamatan diri  dan lingkungan tempat tinggal.

Acara 

Peserta didik dapat mengenal hari suci dan  tempat suci sebagai dasar pelaksanaan panca  yājña yang merupakan bagian integral dari  pelaksanaan kehidupan sosial agama Hindu

Kitab suci Weda 

Peserta didik dapat mengenal mitologi Hindu  dalam Purana dan nilai-nilai dalam Ramayana.

Sejarah 

Peserta didik mampu menceritakan kembali  latar tokoh pada kerajaan tersebut dan  meneladaninya dalam kehidupan baik di  keluarga, sekolah dan lingkungan tempat  tinggal.

 

3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD/Program Paket A)  

Pada akhir Fase C, peserta didik dapat memahami kitab suci Weda.  Selain itu, mengetahui alam semesta beserta dengan isinya serta  huku keadilan tertinggi di alam semesta. Kemudian, peserta didik  memahami ajaran catur guru dan catur asrama sebagai aspek susila  dalam kehidupan. Selain itu, dapat memahami panca yājña dalam  kehidupan dan aspek sejarah perkembangan Hindu di Indonesia.  

Fase C Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sraddha dan Bhakti 

Peserta didik memahami konsep ketuhanan  dalam bentuk unsur panca mahabhuta dan  hukum sebab akibat. Hal ini juga dapat  diaktualisaiskan dalam kehidupan. Hal ini 

 

- 51 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

dilakukan untuk melatih dirinya untuk  memahami akan kecintaanya kepada Hyang  Widhi dan menerapkanya dalam kehidupan  keluarga, sekolah. 

Susila 

Peserta didik dapat menjabarkan Hindu pada  aspek catur asrama dan catur guru dalam  ajaran etika Hindu dengan isu yang teraktual  untuk lebih memahami moralitas dalam  bingkai sosial dan kenegaraan.

Acara 

Peserta didik dapat mengetahui korban suci  atau lebih dikenal dengan panca yājña dan  manggalaning yājña sebagai bagian integral  dari pelaksanaan kehidupan sosial agama  Hindu

Kitab suci Weda 

Peserta didik dapat Mengetahui nilai-nilai  dalam Mahabharata dan subbagian dari Weda  Sruti dan Smrti sebagai pedoman dalam  penerapan agama kaitannya dengan IPTEKS  untuk menyelaraskan dharma agama dan  dharma negara.

Sejarah 

Peserta didik dapat mengetahui sejarah Hindu  di Indonesia sebelum dan setelah  kemerdekaan. Peserta didik dapat  menjabarkan dinamika yang terjadi dalam  perkembangannya. Hal ini dilakukan Sebagai  pedoman dalam kehidupan, menghargai  sejarah dan pelestarian agama dan budaya. 

 

4. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B) 

Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menguraikan upaweda,  wedangga dan jyotisa dalam kerangka pemahaman umat Hindu  pada kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peserta didik memahami  konsep atman serta kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai asta  aiswarya yang berkaitan dengan jalan menuju Hyang Widhi.  Kemudian, peserta didik dalam aspek susila mampu memahami  konsep tri hita karana, catur purusartha, panca yama, dan nyama bratha untuk membentuk karakter dalam rangka pembentukan jati  diri. Selain itu, peserta didik mampu memahami sejarah  perkembangan Agama Hindu di Asia, yang dalam penjabarannya  memuat tentang ajaran Weda, kepemimpinan, ritual keagamaan  (yājña). Dan peserta didik juga mampu memahami budaya hidup 

- 52 - 

sehat dari sudut pandang kitab suci Weda serta dharma gita sesuai  dengan kearifan lokal. 

Fase D Berdasarkan Elemen 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sraddha dan Bhakti 

Peserta didik dapat, menerapkan dan  mengaplikasikan asta asiwarya dan catur  marga dalam kehidupan sosial keagamaan.  Hal ini dilakukan untuk melatih dirinya untuk  memahami akan kecintaanya kepada Hyang  Widhi Wasa dan menerapkanya dalam  kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat. 

Susila 

Peserta didik dapat menerapkan, menilai dari  tri hita karana, catur purusartha dan panca  yama dan nyama sebagai aplikasi nilai-nilai  susila untuk diterapkan dalam kehidupan  untuk keseimbangan manusia dengan Tuhan,  manusia dengan manusia dan manusia  dengan alam agar terbentuk pribadi yang  unggul.

Acara 

Peserta didik dapat menganalisis dan  mengidentifikasi bentuk kearifan lokal  kaitannya dengan nilai-nilai budaya bangsa  dan kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk  melestarikan budaya daerah dan penerapan  nilai keagamaan Hindu di Nusantara. 

Kitab suci Weda 

Peserta didik dapat menganalisis kitab suci  Hindu bagian upaweda, wedangga dan jyotisa  dengan penerapan tri kerangka Hindu (tattwa,  susila dan acara) sebagai pedoman kehidupan  pada lingkup keluarga.

Sejarah 

Peserta didik dapat menganalisis kontribusi  sejarah Hindu dalam perkembangan kekinian.  Peserta didik dapat menjadikan sejarah  sebagai sumber pembelajaran positif pada  kehidupan kekinian dan berupaya  melestarikan peninggalan sejarah dan  kebudayaan Hindu di Indonesia. 

 

5. Fase E (Umumnya Kelas X SMA/Program Paket C) 

Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menganalisis ajaran  dharmasastra dalam kehidupan, punarbhawa untuk memperbaiki  kualitas diri. Selanjutnya, peserta didik mampu menganalisa  hakekat yājña yang terkandung dalam Ramayana. Selain itu, pada  aspek susila peserta didik mampu memahami ajaran catur warna

- 53 - 

Kemudian, serta memahami sejarah perkembangan kebudayaan  peninggalan Hindu di Asia. 

Fase E Berdasarkan elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sraddha dan Bhakti 

Peserta didik dapat menerapkan prinsip prinsip ajaran punarbhawa sebagai aspek  untuk memperbaiki kualitas diri. Hal ini  dilakukan untuk melatih dirinya untuk  memahami akan kecintaanya kepada Hyang  Widhi dan menerapkanya dalam kehidupan  keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan  Negara. 

Susila 

Peserta didik dapat menerapkan, menilai dan  menciptakan dari nilai-nilai susila Hindu  tentang catur warna untuk diterapkan dalam  kehidupan untuk keseimbangan manusia  dengan Tuhan, manusia dengan manusia  dan manusia dengan alam agar terbentuk  pribadi yang unggul.

Acara 

Peserta didik dapat menganalisis,  mengidentifikasi dan membuat kreatifitas yajna dalam Ramayana dan bentuk kearifan  lokal kaitannya dengan nilai-nilai budaya  bangsa dan kebangsaan. Hal ini dilakukan  untuk melestarikan budaya daerah dan  penerapan nilai keagamaan Hindu di  Nusantara. Serta mewujudkan tri  kerukunan umat beragama agar tercipta  kehidupan harmonis. 

Kitab suci Weda 

Peserta didik dapat menerapkan,  menganalisis menilai kitab suci Hindu  bagian dharmasastra sebagai sumber  hukum Hindu dengan penerapan tri  kerangka Hindu (tattwa, susila dan acara)  sebagai pedoman kehidupan pada lingkup  masyarakat. 

Sejarah 

Peserta didik dapat menganalisis,  mengkreasikan serta kontribusi sejarah  Hindu dalam perkembangan kekinian.  Peserta didik dapat menjadikan sejarah  sebagai sumber pembelajaran positif pada  kehidupan kekinian dan berupaya  melestarikan peninggalan sejarah dan  kebudayaan Hindu di Asia. 

 

- 54 - 

6. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII SMA/Program Paket C) 

Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menganalisis ajaran  upanisad, dharsana. Moka sebagai tujuan akhir menurut agama  Hindu, ajaran Yogacara dalam Hindu. Selanjutnya, peserta didik  mampu menganalisa hakekat yājña yang terkandung dalam  Mahabharata. Selain itu, pada aspek susila peserta didik mampu  memahami ajaran triguna serta pilar keluarga Sukhinah menuju  keluarga yang rukun, bahagia, sejahtera, dan damai. Kemudian,  serta memahami sejarah perkembangan kebudayaan peninggalan  Hindu di dunia.  

Fase F Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sraddha dan Bhakti 

Peserta didik dapat menalar, menganalisis  tentang darsana dan moka. Hal ini  dilakukan untuk melatih dirinya untuk  memahami akan kecintaanya kepada Hyang  Widhi Wasa dan menerapkan dalam  kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat,  bangsa dan Negara serta warga global. 

Susila 

Peserta didik dapat menerapkan, menilai dan  menciptakan dari nilai-nilai susila Hindu  pada lingkup keluarga sukinah dan triguna untuk diterapkan dalam kehidupan untuk  keseimbangan manusia dengan Tuhan,  manusia dengan manusia dan manusia  dengan alam agar terbentuk pribadi yang  unggul.

Acara 

Peserta didik dapat menganalisis,  mengidentifikasi dan membuat kreatifitas  bentuk yajna dalam Mahabharata dan  yogacara sesuai dengan kearifan lokal  kaitannya dengan nilai-nilai budaya bangsa  dan kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk  melestarikan budaya daerah dan penerapan  nilai keagamaan Hindu di Nusantara. Serta  mewujudkan tri kerukunan umat beragama  agar tercipta kehidupan harmonis. 

Kitab suci Weda 

Peserta didik dapat menerapkan,  menganalisis menilai kitab suci Hindu  bagian upanisad dan kodifikasi Weda dalam  Hindu dengan penerapan tri kerangka Hindu  (tattwa, susila dan acara) sebagai pedoman  kehidupan pada lingkup berbangsa. 

 

- 55 -

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sejarah 

Peserta didik dapat menganalisis,  mengkreasikan serta kontribusi sejarah  Hindu dalam perkembangan kekinian.  Peserta didik dapat menjadikan sejarah  sebagai sumber pembelajaran positif pada  kehidupan kekinian dan berupaya  melestarikan peninggalan sejarah dan  kebudayaan Hindu di Dunia. 

 

- 56 - 

I.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI  PEKERTI 

A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti membentuk peserta  didik menjadi Pelajar Pancasila yang memiliki pengetahuan,  keterampilan, serta sikap dan kepribadian yang berakhlak mulia dan  berkebinekaan global berlandaskan pada nilai-nilai agama Buddha  serta nilai-nilai Pancasila dasar negara. Muatan materi belajar dari  agama merupakan nilai-nilai agama Buddha yang terintegrasi dalam  ajaran moralitas, meditasi, serta kebijaksanaan, yang diselaraskan  dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara. Pendidikan Agama Buddha  dan Budi Pekerti secara holistik menginternalisasi peserta didik  dengan nilai-nilai agama Buddha diselaraskan dengan nilai-nilai  Pancasila dasar negara melalui pembelajaran nilai, pembelajaran  berpusat pada siswa, teladan, dan pembiasaan. Belajar dari agama  Buddha akan membentuk mental peserta didik dengan kesadaran  dapat mengamalkan cara hidup, dalam keterhubungannya dengan  Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, diri sendiri, sesama manusia,  negara dan bangsa yang majemuk, makhluk lain, dan lingkungan  alam. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti membantu peserta  didik menumbuhkembangkan karakter, dan potensi diri dengan  menyelami empat pengembangan holistik sebagai entitas Pendidikan  Agama Buddha yang mencakup pengembangan fisik, pengembangan  moral atau sosial, pengembangan mental, serta pengembangan  pengetahuan atau kebijaksanaan. 

B.Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti bertujuan untuk  mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menerima dan  menghayati nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar  negara yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan,  teknologi, dan seni. Secara khusus, melalui Mata Pelajaran  Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, peserta didik  diharapkan dapat:

- 57 - 

1. Mengembangkan rasa ingin tahu terhadap nilai-nilai agama  Buddha yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara  sebagai fondasi moral sehingga dapat memengaruhi cara hidup  sebagai individu, anggota masyarakat yang majemuk, warga  negara, dan bagian alam semesta; 

2. Memiliki kesadaran untuk mengembangkan pribadi, menjaga  moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan selaras dengan nilai-nilai  Pancasila dasar negara dalam kehidupan nyata, sebagai  perwujudan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan  Tiratana, mencintai diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,  dan negaranya; 

3. Mengembangkan keterampilan belajar inovasi, berpikir kritis,  kreatif, dan mandiri sebagai individu, anggota masyarakat, bagian  alam semesta, dan warga negara yang baik berdasarkan nilai-nilai  agama Buddha; 

4. Menghormati, menghargai, dan menjaga kemajemukan  (kebinekaan) agama atau kepercayaan dan kearifan lokal, serta  gotong-royong dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia  sebagai warga Indonesia dan warga dunia. 

C.Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi  Pekerti 

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti berorientasi untuk  membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan  global berlandaskan nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai  Pancasila yang terintegrasi dalam ajaran moralitas, meditasi, dan  kebijaksanaan. Menurut Grimmitt (2000) belajar dari agama  melibatkan peserta didik dalam mengevaluasi yang telah mereka  pelajari tentang agama, baik secara impersonal maupun personal.  Mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti  diarahkan untuk mempelajari konten Pendidikan Agama Buddha  pada penerapan esensi nilai, tidak hanya berada pada ranah  pengetahuan keagamaan. Auto kritik terhadap ajaran agama Buddha  dimungkinkan terjadi, akan tetapi diarahkan pada pengembangan  kondisi batin sesuai dengan entitas Pendidikan Agama Buddha dan  Budi Pekerti.

- 58 - 

Proses pelaksanaan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti  harus didukung oleh pendidik dan lingkungan sosial yang  membudayakan pengembangan kebijaksanaan dan cinta kasih serta  dilakukan melalui tiga tahapan Pendidikan Agama Buddha dan Budi  Pekerti yang terintegrasi yaitu antara mempelajari teori, 

mempraktikkan teori, dan memperoleh hasil dari mempraktikkan  teori. Tiga tahapan tersebut merupakan tahapan belajar dharma atau  Buddhasasana yang dalam proses Pendidikan Agama Buddha dan  Budi Pekerti dilakukan peserta didik dengan: (1) belajar dari nilai-nilai  agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara melalui  internalisasi nilai oleh pendidik dan lingkungan dengan menerapkan  pembelajaran nilai dan pembelajaran berpusat pada siswa, melalui  teladan, dan pembiasaan untuk mengamalkan nilai-nilai; (2) praktik  nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara  dengan menerima dan menghayatinya; dan (3) mencapai hasil belajar  nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara yaitu  menjadi Pelajar Pancasila yang berakhlak mulia dan berkebinekaan  global dengan memiliki empat pengembangan holistik mencakup  pengembangan fisik, pengembangan moral atau sosial,  pengembangan mental, dan pengembangan pengetahuan atau  kebijaksanaan.  

Pengembangan fisik adalah perilaku peserta didik yang  dikembangkan dalam keterhubungannya dengan lingkungan fisik  dan lingkungan alam. Pengembangan dilakukan menggunakan indra  dan pikiran dengan penuh kesadaran melalui kegiatan ritual,  meditasi, maupun aktivitas fisik lainnya untuk memperhatikan  jasmani dan perilaku secara bijaksana dalam keterhubungannya  dengan lingkungan dan alam. Melalui pengembangan fisik, peserta  didik memiliki dasar keterampilan hidup dan perilaku yang baik,  menghayati kebenaran, mampu menghayati kehidupan secara bijak,  dan penuh perhatian terhadap aktivitas jasmani.  

Pengembangan moral atau sosial adalah perilaku baik yang  dikembangkan dalam keterhubungan peserta didik dengan  lingkungan sosial yang berbeda, negara dan bangsa yang majemuk,  dan makhluk lain. Pengembangan moral dan sosial merupakan  perilaku yang berlandaskan ajaran moralitas dan disiplin yang 

- 59 - 

tercermin melalui ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian  benar, dan kebijaksanaan sebagai bentuk keterampilan hidup di  lingkungan sosial. 

Pengembangan mental adalah kesadaran yang dikembangkan melalui  usaha benar, perhatian, dan meditasi, didukung kegiatan ritual, dan  menghayati ajaran kebenaran. Pengembangan mental menghasilkan  konsentrasi, kesadaran, kesehatan mental, kecerdasan emosional, 

senang belajar, dan kemauan meningkatkan kualitas diri maupun  batin. Pengembangan mental peserta didik tercermin melalui ucapan  dan perilaku yang berlandaskan pikiran cinta kasih, belas kasih,  simpati, dan keseimbangan batin. Perilaku peserta didik yang  memiliki mental sehat akan memiliki rasa terima kasih, murah hati,  malu berbuat jahat, takut akibat perbuatan jahat, bersikap hormat,  lemah lembut, tidak serakah, semangat, sabar, jujur, dan bahagia  dalam keterhubungannya dengan diri sendiri, lingkungan sosial, dan  lingkungan alam.  

Pengembangan pengetahuan atau kebijaksanaan adalah  pengembangan pengetahuan terhadap nilai-nilai agama Buddha yang  dikembangkan melalui pandangan benar dan berdasarkan keyakinan  yang bijaksana terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, dan hukum  kebenaran. Pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan  diarahkan pada kemampuan berpikir kritis dan berpikir benar bagi  peserta didik yang berfungsi untuk mengikis keserakahan, kebencian,  dan kebodohan batin. Pengembangan pengetahuan dan  kebijaksanaan tercermin dari pengalaman keagamaan peserta didik  yang mampu memaknai hidup, memaknai diri sendiri, mengontrol  emosi, penuh kesadaran, membedakan baik dan buruk, mampu  berkomunikasi, serta mampu mengelola dan memecahkan  permasalahan dalam semua aspek kehidupan, berlandaskan  pengetahuan terhadap nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai  Pancasila dasar negara.  

Nilai-nilai agama Buddha menjadi fondasi peserta didik untuk  memiliki empat pengembangan, sehingga menjadiv peserta didik yang  berakhlak mulia dan berkebinekaan global. Secara operasional,  proses dan tahapan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 

- 60 - 

untuk membentuk peserta didik menjadi Pelajar Pancasila dicapai  melalui tiga elemen berikut.

Elemen 

Deskripsi

Sejarah 

Elemen sejarah memuat sejarah dan kisah sebagai sarana  untuk menyampaikan nilai-nilai sejarah agama Buddha, nilai nilai Pancasila dasar negara, nilai-nilai sejarah Negara  Kesatuan Republik Indonesia, dan nilai-nilai kebudayaan  Indonesia. Pengetahuan pada elemen sejarah bersumber dari  kitab suci agama Buddha, kitab komentar, kitab subkomentar,  kronik, biografi, autobiografi, tinggalan sejarah, tinggalan  budaya, dan sumber sejarah lainnya. Sejarah dan kisah agama  Buddha mencakup sejarah penyiaran agama, sejarah kitab  suci agama Buddha, kisah kehidupan Buddha, kisah  kehidupan Bodhisattva, kisah kehidupan siswa utama, kisah  kehidupan penyokong dan pendukung agama Buddha, kisah  kehidupan tokoh inspiratif Buddhis, identitas agama Buddha,  dan identitas diri sebagai bagian dari agama Buddha. Nilai 

nilai sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia mencakup  nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai musyawarah dalam pendirian  bangsa, tokoh pendiri bangsa, serta keterhubungannya  dengan identitas diri sebagai bagian keluarga, bagian  lingkungan sosial, bagian lingkungan tempat tinggal di wilayah  NKRI, serta identitas diri yang terbentuk oleh budaya dan  bahasa sebagai bagian dari keragaman budaya bangsa. Nilai 

nilai dalam elemen sejarah menjadi sumber internalisasi,  sumber teladan, dan sumber kesadaran peserta didik dalam  mengamalkan nilai-nilai Pancasila dasar negara serta dalam  mengekspresikan emosi keagamaannya secara bijaksana.  Hasil belajar dari elemen sejarah tercermin melalui cara  berpikir, berucap, bersikap bijaksana sebagai bentuk  pengembangan fisik, moral dan sosial, mental, serta  pengetahuan dan kebijaksanaan yang terbuka terhadap  kemajemukan dan keragaman budaya agama Buddha maupun  budaya bangsa.

Ritual 

Elemen ritual merupakan sarana internalisasi pengetahuan  tentang keragaman dan nilai-nilai ritual dari berbagai aliran  atau tradisi dalam agama Buddha serta keragaman agama dan  kepercayaan di Indonesia. Pengetahuan keragaman dan nilai 

nilai ritual dalam agama Buddha secara holistik menjadi  landasan pengamalan nilai-nilai Pancasila dasar negara,  sarana memperkuat keyakinan, pengembangan keterampilan  keagamaan, dan pembentukan mental, kesadaran moral,  disiplin, serta sikap religius peserta didik. Pengalaman nyata  elemen ritual diwujudkan dalam kegiatan ibadah, hidup  berkesadaran, upacara, perayaan, ziarah, menggunakan  peralatan ritual dan upacara, melibatkan diri dalam  menjalankan tradisi dalam aliran atau tradisi agama Buddha.  Kegiatan ritual dalam kegiatan sehari-hari merupakan wujud  akhlak mulia dilandasi keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha 

 

- 61 -

Elemen 

Deskripsi

Esa dan Tiratana serta sebagai bentuk ekspresi emosi dan  pengamalan keagamaan peserta didik. Sikap religius  mendukung peserta didik dalam mengembangkan moralitas,  meditasi, dan kebijaksanaan dalam keterhubungannya dengan  Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, diri sendiri, agamanya,  lingkungan sosial, negara, dan lingkungan alam. Elemen ritual  yang berhubungan dengan keragaman ritual atau tradisi  dalam agama Buddha serta keragaman agama dan  kepercayaan di Indonesia merupakan sarana memperteguh  pengamalan Pancasila dasar negara, serta untuk  menumbuhkan sikap inklusif peserta didik yang bersikap  terbuka terhadap kemajemukan dan perbedaan. Pengetahuan  dan pemahaman terhadap elemen ritual diperdalam melalui  pengalaman langsung melalui kunjungan dan dialog  antaraliran atau antartradisi agama Buddha, serta  antaragama dan kepercayaan di Indonesia, sehingga terbentuk  peserta didik yang bersikap terbuka dan bijaksana dalam  menghargai dan menghormati keragaman intern agama  Buddha dan antarumat beragama.

Etika 

Elemen etika merupakan etika Buddhis selaras dengan nilai nilai Pancasila dasar negara yang minimal mencakup etika  sosial, etika ekonomi, dan etika alam. Elemen etika berfungsi  sebagai sarana membentuk peserta didik yang berakhlak  mulia dan berkebinekaan global serta sebagai pedoman bagi  peserta didik untuk hidup dengan mengembangkan secara  holistik antara pengembangan fisik, moral dan sosial, mental,  serta pengetahuan dan kebijaksanaan. Secara filosofis, etika  Buddhis merupakan hasil proses pencarian makna kehidupan  berdasarkan nilai-nilai dari Buddha Dhamma, hukum  kebenaran yang terdiri dari Empat Kebenaran Mulia, Hukum  Kelahiran Kembali, Hukum Karma, Hukum Tiga Corak  Universal, dan Hukum Sebab Musabab yang Saling  Bergantungan, yang diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila  dasar negara. Nilai-nilai kunci agama Buddha yang selaras  dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai fondasi  dalam mengamalkan etika Buddhis adalah kemurahan hati,  moralitas, perbuatan baik, kediaman luhur, jalan bodhisattva,  sila bodhisattva, meditasi, kebijaksanaan, nilai-nilai Buddha  Dhamma lainnya, dan nilai-nilai musyawarah dalam pendirian  bangsa. Melalui elemen etika, peserta didik dapat  mengklasifikasikan dan memilih nilai etis untuk diamalkan  dalam keterhubungannya dengan diri sendiri, lembaga sosial  keagamaan, lingkungan sosial yang beragam dan majemuk,  makhluk lain, kehidupan global, isu-isu sosial, isu ekonomi,  dan isu lingkungan alam yang dilandasi oleh moralitas,  meditasi, dan kebijaksanaan.

 

- 62 - 

D.Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan  Budi Pekerti Setiap Fase 

1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) Pada akhir Fase A, peserta didik mengabstraksi informasi dan  menerima dengan cinta kasih identitas dirinya dan identitas  keluarganya serta memiliki keterbukaan untuk menghargai  perbedaan identitas dan budaya teman-temannya di lingkungan  sekolah, rumah, dan rumah ibadah; menghayati sifat-sifat  bijaksana dan nilai-nilai kebajikan dari kehidupan para  Bodhisattva, para Buddha, atau tokoh inspiratif Buddhis dalam  menyayangi diri sendiri dengan menjaga kesehatan fisik dan batin  di rumah dan di sekolah serta dalam membiasakan diri untuk  bersikap hormat dan menjaga ucapan di lingkungan sekolah,  rumah, dan masyarakat; menerima keteladanan Bodhisattva dalam  kisah Jataka dengan menghargai sesama manusia di lingkungan  terdekatnya dan lingkungan tempat tinggalnya. Peserta didik  menerima keragaman identitas dan simbol-simbol keagamaan  agama Buddha serta agama dan kepercayaan lain di lingkungan  rumah dan sekolahnya; menyadari bahwa ia merupakan bagian dari  suatu kelompok dengan anggota yang beragam identitas agama dan  kepercayaannya di lingkungan rumah dan sekolahnya; menghargai  keragaman simbol keagamaan di lingkungan rumah dan  sekolahnya dengan melakukan kegiatan pengamatan atau  kunjungan. Peserta didik menerima dan menjalankan nilai-nilai  kediaman luhur dan Pancasila dasar negara berlandaskan pada  kesadaran terhadap nilai-nilai umum Hukum Karma dalam  menjalankan aturan dan sopan santun di lingkungan rumah,  sekolah, dan rumah ibadah; memenuhi kebutuhan pergaulan dan  kebutuhan mempertahankan hidup dalam hubungannya dengan  orang terdekatnya; membantu antarsesama di lingkungan rumah,  sekolah, dan rumah ibadah; dan melakukan musyawarah  sederhana untuk mufakat di lingkungan sekolahnya. 

Fase A Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sejarah 

Pada akhir fase A, peserta didik mengabstraksi informasi dan  menerima dengan cinta kasih identitas dirinya dan identitas  keluarganya serta memiliki keterbukaan untuk menghargai 

 

- 63 - 

perbedaan identitas dan budaya teman-temannya di lingkungan  sekolah, rumah, dan rumah ibadah; menghayati sifat-sifat  bijaksana dan nilai-nilai kebajikan dari kehidupan para  Bodhisattva, para Buddha, atau tokoh inspiratif Buddhis dalam  menyayangi diri sendiri dengan menjaga kesehatan fisik dan batin  di rumah dan di sekolah serta dalam membiasakan diri untuk  bersikap hormat dan menjaga ucapan di lingkungan sekolah,  rumah, dan masyarakat; menerima keteladanan Bodhisattva  dalam kisah Jataka dengan menghargai sesama manusia di  lingkungan terdekatnya dan lingkungan tempat tinggalnya.

Ritual 

Pada akhir fase A, peserta didik menerima keragaman identitas  dan simbol-simbol keagamaan agama Buddha serta agama dan  kepercayaan lain di lingkungan rumah dan sekolahnya;  menyadari bahwa ia merupakan bagian dari suatu kelompok  dengan anggota yang beragam identitas agama dan  kepercayaannya di lingkungan rumah dan sekolahnya;  menghargai keragaman simbol keagamaan di lingkungan rumah  dan sekolahnya dengan melakukan kegiatan pengamatan atau  kunjungan.

Etika 

Pada akhir fase A, peserta didik menerima dan menjalankan nilai nilai kediaman luhur dan Pancasila dasar negara berlandaskan  pada kesadaran terhadap nilai-nilai umum Hukum Karma dalam  menjalankan aturan dan sopan santun di lingkungan rumah,  sekolah, dan rumah ibadah; memenuhi kebutuhan pergaulan dan  kebutuhan mempertahankan hidup dalam hubungannya dengan  orang terdekatnya; membantu antarsesama di lingkungan  rumah, sekolah, dan rumah ibadah; dan melakukan musyawarah  sederhana untuk mufakat di lingkungan sekolahnya.

 

2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A) Pada akhir Fase B, peserta didik mengenal informasi dan mengolah  dengan cinta kasih identitas Buddha Gotama sebagai dasar  keyakinan terhadap agama Buddha, serta memiliki keterbukaan  untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya orang lain di  lingkungan tempat tinggalnya; meneladan sifat-sifat Pangeran  Siddharta dalam menghargai sesama manusia dan dalam  menyelesaikan masalah pergaulan di lingkungan terdekatnya, serta  menghargai lingkungan sekolah dan lingkungan rumah ibadah; dan  kebijaksanaan serta keterbukaan Bodhisattva terhadap keragaman  di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya dan bahasa  dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai pembentuk identitas  diri di lingkungan terdekatnya. Peserta didik menyusun rencana  dan menjalankan secara rutin doa Buddhis dalam kegiatan sehari-

- 64 - 

hari disertai keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana;  menjaga persatuan dan kesatuan melalui keterlibatannya dalam  doa antaragama dan kepercayaan lain di lingkungan sekolahnya  sebelum melakukan kegiatan sehari-hari; serta mengenali dan  menghargai identitas masing-masing aliran atau tradisi dalam  agama Buddha dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan  dengan berperan serta mendukung kegiatan keagamaan aliran atau  tradisi agama Buddha. Peserta didik mengklasifikasikan dan  menjalankan nilai-nilai Pancasila Buddhis, kesempurnaan  (parami), dan sila Bodhisattva berlandaskan pada kesadaran  terhadap nilai-nilai sederhana Hukum Sebab Akibat yang Saling  Bergantungan dalam melaksanakan aturan dan sopan santun di  rumah, sekolah, dan rumah ibadah; memenuhi kebutuhan  pergaulan dan kebutuhan mempertahankan hidup dalam  hubungannya dengan orang terdekatnya; membantu antarsesama  di lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah; dan melakukan  musyawarah sederhana untuk mufakat dalam menyelesaikan  masalah sosial di lingkungan sekolahnya serta masalah kebersihan  dan kelestarian lingkungan sekitar. 

Fase B Berdasarkan Elemen

Elemen 

Capaian Pembelajaran

Sejarah 

Pada akhir fase B, peserta didik mengenal informasi dan mengolah  dengan cinta kasih identitas Buddha Gotama sebagai dasar  keyakinan terhadap agama Buddha, serta memiliki keterbukaan  untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya orang lain di  lingkungan tempat tinggalnya; meneladan sifat-sifat Pangeran  Siddharta dalam menghargai sesama manusia dan dalam  menyelesaikan masalah pergaulan di lingkungan terdekatnya, serta  menghargai lingkungan sekolah dan lingkungan rumah ibadah;  dan kebijaksanaan serta keterbukaan Bodhisattva terhadap  keragaman di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya  dan bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai  pembentuk identitas diri di lingkungan terdekatnya.

Ritual 

Pada akhir fase B, peserta didik menyusun rencana dan  menjalankan secara rutin doa Buddhis dalam kegiatan sehari-hari  disertai keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana;  menjaga persatuan dan kesatuan melalui keterlibatannya dalam  doa antaragama dan kepercayaan lain di lingkungan sekolahnya  sebelum melakukan kegiatan sehari-hari; serta mengenali dan  menghargai identitas masing-masing aliran atau tradisi dalam  agama Buddha dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan 

 

- 65 - 

Elemen 

Capaian Pembelajaran

dengan berperan serta mendukung kegiatan keagamaan aliran atau  tradisi agama Buddha.

Etika 

Pada akhir fase B, peserta didik mengklasifikasikan dan  menjalankan nilai-nilai Pancasila Buddhis, kesempurnaan  (parami), dan sila Bodhisattva berlandaskan pada kesadaran  terhadap nilai-nilai sederhana Hukum Sebab Akibat yang Saling  Bergantungan dalam melaksanakan aturan dan sopan santun di  masyarakat; dan melakukan musyawarah sederhana untuk  mufakat dalam menyelesaikan masalah sosial di lingkungan  sekolahnya serta masalah kebersihan dan kelestarian lingkungan  sekitar.

 

3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A) Pada akhir Fase C, peserta didik menyimpulkan informasi dan  meneladan sifat-sifat tokoh pendiri bangsa dalam mempertahankan  NKRI dengan bersikap bijaksana dan terbuka terhadap keragaman  budaya di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya dan  bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai pembentuk  identitas dirinya di masyarakat; meneladan sifat-sifat Buddha,  Bodhisattva dan nilai-nilai moral dari kisah kehidupan Pangeran  Siddharta dalam berterima kasih, menghadapi hambatan untuk  meraih kesuksesan, dan masalah kehidupan bermasyarakat,  berbangsa, dan bernegara melalui musyawarah untuk  mendapatkan kesepakatan. Peserta didik menyusun rencana dan  menghargai keragaman cara dan peralatan puja dari berbagai aliran  atau tradisi agama Buddha dengan dilandasi keyakinan kepada  Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana; dan menunjukkan sikap  bersatu dalam perbedaan dengan berperan serta melakukan dialog  antaraliran atau antartradisi agama Buddha serta antar agama dan  kepercayaan lain; menghormati pelaksanaan ibadah umat dari  berbagai aliran atau tradisi agama Buddha, serta umat dari agama  dan kepercayaan lain; dan menunjukkan sikap bersatu dalam  perbedaan dengan berperan serta mendukung kegiatan puja dari  berbagai aliran atau tradisi agama Buddha, serta kegiatan ibadah  agama dan kepercayaan lain di sekolah maupun di lingkungan  tempat tinggalnya. Peserta didik menyimpulkan dan mengamalkan  nilai-nilai Buddha Dhamma, Pancasila Buddhis dan nilai-nilai 

 

0 Response to "KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 033/H/KR/2022"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel