KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 033/H/KR/2022
- 1 -
SALINAN
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN STANDAR,
KURIKULUM,
DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN
PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
NOMOR
033/H/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN
JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
PADA
KURIKULUM MERDEKA
CAPAIAN
PEMBELAJARAN UNTUK PAUD (TK/RA/BA,KB, SPS, TPA) PADA KURIKULUM MERDEKA
CAPAIAN
PEMBELAJARAN DI AKHIR JENJANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA)
A. Rasional Capaian
Pembelajaran
Penyusunan
Capaian Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) dapat dimaknai sebagai sebuah tanggapan terhadap adanya kebutuhan
untuk menguatkan peran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) sebagai fondasi
jenjang pendidikan dasar. Capaian Pembelajaran merupakan masukan
kurikulum yang digunakan oleh satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
dalam merancang pembelajaran sehingga dapat mencapai STPPA. Capaian
Pembelajaran memberikan kerangka pembelajaran yang memandu pendidik di
satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam memberikan stimulasi yang
dibutuhkan oleh anak usia dini.
Stimulasi
dirancang dengan cara memperkaya lingkungan yang akan menyuburkan
interaksi anak dengan lingkungan di sekitar, termasuk pendidik dan
orangtua. Kurikulum berdasarkan pendekatan konstruktivistik yang berasal
dari teori Piaget dan Vygotsky juga percaya bahwa pembelajaran perlu
melibatkan anak dalam interaksi aktif antara diri dan lingkungannya.
Diharapkan proses stimulasi akan memberikan dampak yang optimal pada
peningkatan karakter,
- 2 -
keterampilan,
maupun pengetahuan anak. Stimulasi tersebut dilakukan pada semua aspek
perkembangan anak, baik dari aspek moral dan agama, fisik motorik, emosi
dan sosial, bahasa, dan kognitif melalui kegiatan bermain. Peran guru dan
orang tua pada stimulasi anak usia dini selaras dengan pemikiran Ki
Hadjar Dewantara yaitu guru dan orang tua berfungsi sebagai fasilitator,
mentor, dan mitra anak dalam proses perkembangannya. Selanjutnya guru
perlu bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan keselarasan
antara pendidikan di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan di
rumah dalam keseharian anak.
Secara
umum, dapat dikatakan stimulasi bertujuan agar anak bertumbuh kembang
optimal secara holistik dan siap bersekolah. Diharapkan mereka kelak
membentuk pribadi yang dicita-citakan dalam profil pelajar Pancasila,
yaitu sebagai pelajar sepanjang hayat
yang
kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
Proses membangun pengetahuan anak terjadi ketika ia sedang bermain dan
berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif. Proses tersebut berupa
desain lingkungan belajar yang sesuai dari satuan PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) serta tantangan dan dukungan yang diberikan bagi tiap anak oleh
pendidik untuk memastikan anak memperoleh kemampuan-kemampuan
baru.
Bermain
bagi anak usia dini adalah belajar, yang didukung dengan masukan dari
orang lain yang lebih berpengalaman di sekitarnya (pendidik, orang
tua/wali, saudara yang lebih tua, dan sebagainya). Anak bertindak dari
perilaku bermain dan model yang dicontohkan oleh orang dewasa atau
anak-anak yang lebih tua. Mereka mengajukan pertanyaan untuk belajar
lebih banyak, dan dapat dirangsang untuk belajar lebih banyak melalui
dukungan dari orang dewasa yang terlibat, atau anak-anak yang lebih tua
yang menanggapi minat anak, menjelaskan berbagai hal, mengajari mereka
kata-kata untuk berbicara tentang apa yang mereka lakukan, dan mendorong
anak untuk mengeksplorasi lebih cermat, atau berpikir lebih dalam.
Bermain secara alami dan spontan yang berasal dari ide-ide anak merupakan
kegiatan belajar yang menyenangkan yang dengan dukungan yang tepat,
akan mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan bermakna bagi
anak tentang diri mereka dan dunianya. Melalui bermain, anak-anak
- 3 -
menampilkan
hal-hal yang ia ketahui tentang dunianya yang memberikan kesempatan yang
tepat bagi pendidik atau orang tua/wali, untuk menstimulasi anak
mengambil langkah berikutnya, atau mencoba tantangan berikutnya agar
mereka belajar lebih banyak. Stimulasi bermain yang berkualitas, yang
selaras dengan minat anak dan menantang secara tepat akan memberikan
kesempatan kepada anak untuk menunjukkan pengenalan tentang dirinya
sebagai anak Indonesia, dan mendemonstrasikan kemampuannya dalam
mengeksplorasi, memecahkan masalah, berpikir dan mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila. Anak tersebut akan memiliki kesadaran terhadap
alam dan lingkungan, serta tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
kreatif, bugar, sehat, serta dapat berkomunikasi dan berekspresi dengan
bahasa dan seni.
Berikut
adalah sejumlah rasional yang mendasari penyusunan Capaian Pembelajaran
di jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA):
Pertama,
memberikan lebih banyak ruang kemerdekaan bagi satuan PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) untuk menetapkan kebutuhan pengajaran dan pembelajaran.
Kebutuhan belajar mengajar PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus didasarkan
pada kebutuhan anak. Ini membutuhkan pertimbangan kemampuan fisik,
sosial, moral, linguistik, dan kognitif anak serta penyediaan berbagai
lingkungan yang menantang dengan dukungan pendidik ke tiap anak
yang memadai untuk memastikan potensi belajar anak terwujud. Lingkungan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu ramah dan dekat dengan anak agar ia
merasa cukup percaya diri untuk dapat bermain dan menjelajah di dalamnya.
Ini berarti pertimbangan harus diberikan pada konteks sosial dan budaya
anak dan sumber daya yang tersedia. Orang tua/wali juga harus dilibatkan
dalam kegiatan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), sehingga mereka dapat
mendukung pembelajaran anak tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka
serta anak dapat memperluas eksplorasi. Pertimbangan juga harus diberikan
pada sumber daya ekonomi dan masyarakat yang mungkin tersedia di
lingkungan rumah dan satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk dapat
memberikan dukungan yang memadai.
Beragamnya
keadaan sosial budaya ekonomi dan sumber daya masyarakat Indonesia adalah
sinyal bahwa penjabaran mengenai apa
- 4 -
yang
perlu dipelajari di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus tetap
menyediakan ruang kemerdekaan bagi satuan pendidikan dan ekosistemnya
untuk menentukan bagaimana mereka akan menggunakan sumber dayanya untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) merupakan fase fondasi, yang artinya fase ini merupakan pijakan
pertama anak di dunia pendidikan dan tujuannya adalah memfasilitasi
tumbuh kembang anak secara optimal, yang tidak hanya siap
bersekolah, namun lebih siap menempuh perjalanannya dalam berkembang
dan berperan di komunitas, negara, dan dunia. Selaras dengan semangat
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, Capaian Pembelajaran tidak
preskriptif (secara mengikat memberikan ketentuan baku) membatasi ragam
laju dan kebutuhan anak dalam belajar berdasarkan usia (karena anak unik
dan tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya) – dan juga tidak
preskriptif membatasi rangkaian pembelajaran yang dapat dilakukan
satuan.
Kedua,
menguatkan transisi PAUD-SD. Kesinambungan pembelajaran di PAUD dan
sekolah dasar, adalah peran kunci mengingat periode anak usia dini
sebetulnya adalah usia 0-8 tahun (Shonkoff et al, 2016). Capaian
Pembelajaran Jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
berupaya
untuk menempatkan kurikulum PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan sekolah
dasar dalam satu lajur pembelajaran (learning progression) sehingga
ujung capaian kurikulum adalah titik berangkat di kelas 1 sekolah dasar,
dan terus dibangun hingga usainya fase A, di kelas 2 sekolah dasar. Hal
ini yang diharapkan akan mendukung kesiapan bersekolah anak dalam rentang
usia tersebut.
Kesiapan
bersekolah dimaknai sebagai hadirnya hasil interaksi dari tiga dimensi:
peserta didik yang siap (ready children), keluarga siap (ready
family), dan sekolah yang siap (ready school) (UNICEF, 2012).
Sesuai dengan teori Bronfenbrenner (1979 dan 1989), ketiga dimensi
ini berada dalam sebuah ekosistem besar yang dipengaruhi oleh nilai
budaya serta kerangka kebijakan yang berlaku. Kesiapan bersekolah
merupakan kondisi yang terus dibangun berdasarkan kemitraan antara satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), keluarga, sekolah dasar kelas rendah.
- 5 -
Komponen penting dari kesiapan
bersekolah yang dapat didukung satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
diantaranya adalah:
●
Kematangan
emosi yang cukup untuk mengatasi masalahnya sehari-hari.
●
Keterampilan
sosial yang memadai untuk berinteraksi sehat dengan teman
sebaya.
●
Kematangan
kognitif yang cukup untuk berkonsentrasi saat bermain-belajar.
●
Pengembangan
keterampilan motorik dan perawatan diri yang memadai untuk dapat
berpartisipasi di lingkungan sekolah secara mandiri.
Keterampilan
umum ini dipelajari di lingkungan dimana anak-anak memiliki kesempatan
untuk berinteraksi, dimana ada masalah masalah yang perlu mereka selesaikan
ketika berinteraksi dengan teman. Pendidik juga perlu siap mendukung
anak-anak untuk terlibat secara baik dengan orang lain, menyelesaikan
perselisihan secara konstruktif, dan mengelola emosi mereka. Pendidik
juga perlu mengajari anak cara mendengarkan dengan cermat, dan
memberikan stimulus untuk membangun konsentrasi dan keterampilan
mengingat anak untuk mendukung kesiapan bersekolah.
Ketiga,
menguatkan artikulasi penanaman literasi, matematika, sains, teknologi,
rekayasa, dan seni sejak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA). Literasi dan
matematika awal tersirat di dalam kurikulum terdahulu namun dalam
pelaksanaannya, masih ada satuan yang menghindari penggunaan aspek
pembelajaran ini ditengarai karena kekhawatiran terjadinya schoolification
(anak belajar secara klasikal di mana fokus lebih ke muatan
pembelajaran di ruangan kelas dalam waktu lama dengan kertas dan pensil),
sementara penting dalam pembelajarannya anak usia dini untuk
mengeksplorasi diri dan lingkungan. Pengenalan pada sains, matematika,
teknologi, rekayasa, dan seni dihadirkan di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
untuk membantu anak memecahkan masalah dan berkreasi. Kemampuan literasi
dan matematika di sini tidaklah diartikan sebagai keharusan membaca,
menulis, atau berhitung karena semua pendidikan di PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA) kembali pada prinsip berpusat pada kebutuhan anak.
Artinya, kemampuan literasi dan matematika adalah kemampuan dasar
yang
- 6 -
dibutuhkan
anak untuk dapat memahami dunia, serta dapat menggunakan kemampuan
tersebut dalam kegiatan sehari-harinya. Agar anak memiliki kemampuan
literasi dan matematika awal dalam makna yang luas, maka penggunaan
metode drilling yang secara sempit memaknai kemampuan ini sebagai
kemampuan baca, tulis, hitung –
harus
dihindarkan. Hal yang diperlukan adalah pemahaman yang meluas di satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan komunitas orang tua mengenai
perkembangan literasi dini, matematika awal, sains, teknologi, rekayasa,
dan seni dalam PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) yang mencakup
pengembangan:
● Kemampuan
menyimak dan mengolah informasi.
●
Kemahiran
berbahasa yang memadai untuk berpartisipasi dalam percakapan sehari-hari,
mengekspresikan gagasan, pendapat, dan perasaan, menjelaskan berbagai
peristiwa yang dekat dengan kehidupan anak, mendengarkan secara efektif,
dan merespons dengan tepat.
●
Kecintaan
pada buku, yang dipupuk dengan mendengarkan berbagai cerita serta teks
informasi sederhana dan menarik sehingga dapat mendorong anak untuk
mengekspresikan tanggapan mereka.
●
Pengalaman
langsung yang memadai dalam menghitung di antaranya berbagai jenis jumlah
kecil, menyortir objek yang berbeda dengan cara yang berbeda, menggunakan
bahasa matematika untuk mengidentifikasi objek yang panjang,
pendek, berat, ringan, penuh, kosong, cepat, lambat, dan juga untuk
menjelaskan beberapa bentuk sederhana di lingkungan mereka; dan
●
Pengalaman
yang cukup dalam mengeksplorasi berbagai elemen lingkungan alam mereka
serta alat-alat sederhana, teknologi dan bahan konstruksi agar mereka
terbiasa dan mampu menggambarkan pengalaman mereka dan apa yang telah
mereka pelajari.
Keterampilan
awal ini dikembangkan melalui kegiatan belajar-bermain dengan tetap
memperhatikan keunikan anak. Setiap anak memiliki minat yang berbeda dan
tingkat keterampilan yang berbeda, oleh karena itu pendidik perlu
mengenali dan menanggapi hal ini.
- 7 -
Keterampilan
keaksaraan awal PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus fokus pada
pengembangan keterampilan bahasa lisan. Anak perlu meningkatkan
perbendaharaan kata dan keterampilan berbicara serta menyimak, dengan
cara terlibat dalam percakapan dengan pendidik dan orang tua/wali.
Percakapan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas bahasa lisan
reseptif dan ekspresif anak.
Demikian
pula, untuk mengembangkan keterampilan matematika awal, pendidik perlu
terlibat dalam percakapan dengan setiap anak di mana mereka membantu anak
untuk memahami dan menggunakan beberapa ide dan bahasa matematika
sederhana yang berlaku dalam kegiatan bermain. Pengalaman sains,
teknologi, dan kerekayasaan yang
sesuai
untuk anak-anak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memerlukan penyediaan materi
untuk dimainkan anak agar dapat merangsang eksplorasi mereka. Setiap
elemen lingkungan alam yang menjadi bagian dari PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) dapat menjadi stimulus untuk mendorong anak berpikir secara ilmiah.
Perangkat mekanis sederhana yang dapat digunakan anak untuk bermain
dengan aman, atau bahan yang dapat digunakan untuk konstruksi
memungkinkan anak untuk mengeksplorasi elemen teknologi dan kerekayasaan.
Peran pendidik, sekali lagi, untuk terlibat dalam percakapan empat mata
dengan setiap anak, setiap hari mencari tahu apa yang sedang dieksplorasi
oleh anak, apa yang membuat mereka penasaran dan menanyakan jenis
pertanyaan yang akan mendorong anak untuk mengeksplorasi lebih banyak dan
memikirkan tentang hasilnya.
Keempat,
lebih memberikan pijakan bagi anak untuk memahami dirinya dan dunia.
Hasil pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) menekankan pentingnya
untuk membantu anak-anak memahami dan bangga akan identitas mereka, dan
untuk memperkuat pemahaman mereka tentang dunia dimulai dengan
menjelajahi lingkungan sekitarnya. Anak-anak membutuhkan kepercayaan diri
dan kepercayaan pada kemampuan mereka agar dapat secara efektif
menjelajahi dan belajar tentang dunia mereka. Mereka perlu merasa bangga
terhadap dirinya sendiri, budaya asal mereka, penampilan dan cara hidup
mereka. Pendidik perlu mendukung anak-anak untuk mengembangkan identitas
yang kuat dan positif dengan menghormati
- 8 -
dan
menyambut masing-masing keunikan anak serta latar belakang sosial dan
budaya mereka.
Relevansi
PAUD sangat ditentukan oleh manfaat yang dirasakan secara konkret oleh
keluarga dan anak. Keluarga perlu melihat jejak serta dampak dari
partisipasi anak-anaknya di PAUD (Smith, 1996), karenanya tujuan dari
setiap pembelajaran perlu dikaitkan dengan pengalaman anak sehari-hari
dan kontekstual (selaras dengan nilai sosial budaya lingkungan) sehingga
menumbuhkan kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungannya
serta meningkatkan kompetensi dirinya untuk dapat berperan dalam kegiatan
sehari
hari.
Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) secara spesifik
menekankan pentingnya pendampingan anak dalam menemukan jati dirinya,
serta menguatkan pemahaman anak terhadap dunianya melalui eksplorasi
terhadap lingkungan sekitar.
B. Tujuan Capaian
Pembelajaran
Pembelajaran
di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah pembelajaran yang
mengintegrasikan semua aspek perkembangan anak dengan penekanan pada
kesejahteraannya. Tujuan capaian pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) adalah memberikan arah yang sesuai dengan usia perkembangan anak
pada semua aspek perkembangan anak (nilai agama-moral, fisik motorik,
emosi-sosial, bahasa, dan kognitif) dan menarasikan kompetensi
pembelajaran yang diharapkan dicapai anak pada akhir PAUD (TK/RA/BA, KB,
SPS, TPA), agar anak siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.
C.
Karakteristik Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) Pembelajaran di PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memiliki karakteristik yang memandang setiap
anak dipandang unik dan memiliki potensi (kelebihan/kekuatan)
masing-masing sehingga memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut
melalui dalam lingkungan yang dirancang dengan cermat di mana stimulasi
bermain diberikan dan pembelajaran disediakan oleh pendidik. Scaffolding
(perancah, dukungan belajar secara terstruktur) sangat penting
diberikan pendidik dengan cara terlibat dalam percakapan sehari-hari
dengan setiap anak, yang seiring waktu akan memberikan tantangan,
dukungan dan bimbingan bagi anak untuk mengembangkan keterampilan
motorik, keterampilan sosial dan nilai-nilai moral,
- 9 -
keterampilan bahasa lisan dan
kemampuan anak untuk secara produktif memikirkan dan mengeksplorasi
lingkungan.
Pembelajaran
di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu memperhatikan beberapa
karakteristik spesifik yaitu:
1.
Mendukung terbentuknya kesejahteraan diri (well-being) anak. 2.
Menghargai dan menghormati anak.
3. Mendorong rasa ingin tahu
anak.
4.
Menyesuaikan dengan usia, tahap perkembangan, minat dan kebutuhan
anak.
5. Memberikan stimulasi secara
holistik integratif.
6.
Memberikan tantangan, bimbingan, dan dukungan pada pembelajaran tiap anak
melalui percakapan dan interaksi bermakna dengan tiap anak.
7. Melibatkan keluarga sebagai
mitra.
8.
Memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar. 9. Menggunakan
penilaian otentik (penilaian yang diperoleh bersamaan dengan
berlangsungnya proses pembelajaran).
D. Lingkup Capaian
Pembelajaran
Lingkup
capaian pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) mencakup tiga
elemen stimulasi yang saling terintegrasi. Tiga elemen stimulasi tersebut
merupakan elaborasi aspek-aspek perkembangan nilai agama dan moral, fisik
motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan nilai Pancasila serta bidang-bidang
lain untuk optimalisasi tumbuh kembang anak sesuai dengan kebutuhan
pendidikan abad 21 dalam konteks Indonesia. Tiap elemen stimulasi
mengeksplorasi aspek-aspek perkembangan secara utuh dan tidak terpisah.
Ketiga elemen stimulasi tersebut adalah: 1) Nilai agama dan budi pekerti,
yang mencakup kemampuan dasar-dasar agama dan akhlak mulia; 2) Jati
diri mencakup pengenalan jati diri anak Indonesia yang sehat secara
emosi dan sosial dan berlandaskan Pancasila, serta memiliki
kemandirian fisik. 3) Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi,
Rekayasa, dan Seni yang mencakup kemampuan memahami berbagai informasi
dan
berkomunikasi serta berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca. Setiap
elemen stimulasi harus digunakan sebagai dasar untuk
- 10
-
mengeksplorasi
aspek perkembangan anak secara keseluruhan, bukan secara
terpisah.
E. Rumusan
Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) Pada akhir fase fondasi,
anak menunjukkan kegemaran mempraktikkan dasar-dasar nilai agama dan budi
pekerti; kebanggaan terhadap dirinya; dasar-dasar kemampuan literasi,
matematika, sains, teknologi, rekayasa, dan seni untuk membangun sikap
positif terhadap belajar dan kesiapan untuk mengikuti pendidikan
dasar.
Elemen Capaian
Pembelajaran
1. Nilai Agama dan Budi
Pekerti:
Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai mengenal dan mempraktikkan
ajaran pokok sesuai dengan agama dan kepercayaanNya.
Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan, kesehatan dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa sayang terhadap dirinya dan rasa syukur pada Tuhan
Yang Maha Esa. Anak menghargai
sesama manusia dengan berbagai perbedaannya
dan mempraktikkan perilaku baik dan berakhlak mulia. Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan
menunjukkan rasa sayang terhadap
makhluk hidup yang merupakan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Jati Diri:
Anak
mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi diri serta membangun
hubungan sosial secara sehat. Anak mengenal dan memiliki perilaku positif
terhadap diri dan lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat, negara, dan
dunia) serta rasa bangga sebagai anak Indonesia yang berlandaskan
Pancasila. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan, aturan, dan norma yang
berlaku. Anak menggunakan fungsi gerak (motorik kasar, halus, dan taktil)
untuk mengeksplorasi dan memanipulasi berbagai objek dan lingkungan
sekitar sebagai bentuk pengembangan diri.
- 1 -
SALINAN
LAMPIRAN
II
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN STANDAR,
KURIKULUM,
DAN ASESMEN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN
TEKNOLOGI
NOMOR
033/H/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN
ANAK USIA
DINI, JENJANG PENDIDIKAN
DASAR, DAN
JENJANG PENDIDIKAN
MENENGAH
PADA KURIKULUM MERDEKA
CAPAIAN
PEMBELAJARAN UNTUK SD/MI/PROGRAM PAKET A, SMP/MTS/PROGRAM PAKET B, DAN
SMA/MA/PROGRAM PAKET C PADA KURIKULUM MERDEKA
I.1.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
A. Rasional
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti secara bertahap dan holistik diarahkan untuk menyiapkan
peserta didik agar mantap secara spiritual, berakhlak mulia, dan memiliki
pemahaman akan dasar-dasar agama Islam serta cara penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti secara umum
harus mengarahkan peserta didik kepada (1) kecenderungan kepada
kebaikan (al-ḥanīfiyyah), (2)
sikap memperkenankan (al-samḥah),
(3) akhlak mulia (makārim al-akhlāq), dan (4) kasih sayang untuk
alam semesta (raḥmat li
al-ālamīn).
Dengan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, dasar-dasar tersebut
kemudian diterapkan oleh peserta didik dalam beriman dan bertakwa kepada
Allah Swt., menjaga diri, peduli atas kemanusiaan dan lingkungan alam.
Deskripsi dari penerapan ini akan tampak dalam beberapa elemen
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terutama dalam akhlak pribadi dan
sosial, akidah, syari’at dan sejarah peradaban Islam.
- 2 -
Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti bisa menjadi pedoman bagi peserta didik
dalam menjaga diri dan menerapkan akhlak mulia setiap hari. Berbagai
persoalan di masyarakat seperti krisis akhlak, radikalisme dan krisis
lingkungan hidup dan lain-lain mempunyai jawaban dalam tradisi agama
Islam. Dengan mempelajari dan menghayati Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, peserta didik mampu menghindari segala perubahan negatif yang
terjadi di dunia sehingga tidak mengganggu perkembangan dirinya baik
dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama warga negara,
sesama manusia, maupun alam semesta.
Dengan
konteks Indonesia pada abad 21 yang semakin kompleks, pemahaman yang
mendalam tentang agama sangat dibutuhkan, terutama dalam menghormati dan
menghargai perbedaan. Pelajaran agama tidak hanya membahas hubungan
manusia dengan Allah (ḥabl
min Allāh),
namun juga hubungan dengan diri sendiri, sesama warga negara, sesama
manusia (ḥabl min
al-nās)
dan alam semesta. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan yang beragam dalam
proses belajar agama yang tidak hanya berupa ceramah, namun juga
diskusi
interaktif,
proses belajar yang bertumpu pada keingintahuan dan penemuan (inquiry
and discovery learning), proses belajar yang berpihak pada anak (student-centered
learning), proses belajar yang berbasis pada pemecahan masalah (problem
based learning), pembelajaran berbasis proyek nyata dalam kehidupan (project
based learning), dan proses belajar yang kolaboratif (collaborative
learning). Berbagai pendekatan ini memberi ruang bagi tumbuhnya
keterampilan yang berharga seperti budaya berpikir kritis, kecakapan
berkomunikasi dan berkolaborasi, dan menjadi peserta didik yang
kreatif.
Melalui
muatan materi yang disajikannya dalam 5 (lima) elemen keilmuan Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti antara lain al Quran dan hadis, akidah, akhlak,
fiqih, dan sejarah peradaban Islam, pelajaran agama Islam dapat
berkontribusi dan menguatkan terbentuknya profil pelajar pancasila
sebagai pelajar sepanjang hayat (min al-mahdi ila al-laḥdi) yang
beriman dan bertakwa, serta berakhlak mulia, menyadari dirinya bagian
dari penduduk dunia dengan
- 3 -
berkepribadian
dan punya kompetensi global, mandiri, kreatif, kritis, dan bergotong
royong.
B.Tujuan
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada praktiknya,
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditujukan
untuk:
1.
memberikan bimbingan kepada peserta didik agar mantap spiritual,
berakhlak mulia, selalu menjadikan kasih sayang dan sikap toleran sebagai
landasan dalam hidupnya;
2.
membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang memahami dengan baik
prinsip-prinsip agama Islam terkait akhlak mulia, akidah yang benar (‘aqīdah
ṣaḥīḥah) berdasar
paham ahlus sunnah wal jamā`ah, syariat, dan perkembangan sejarah
peradaban Islam, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam hubungannya dengan sang pencipta, diri sendiri, sesama
warga negara, sesama manusia, maupun lingkungan alamnya dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3.
membimbing peserta didik agar mampu menerapkan prinsip prinsip Islam dalam
berfikir sehingga benar, tepat, dan arif dalam menyimpulkan sesuatu dan
mengambil keputusan;
4.
mengkonstruksi kemampuan nalar kritis peserta didik dalam menganalisa
perbedaan pendapat sehingga berperilaku moderat (wasaṫiyyah) dan
terhindar dari radikalisme ataupun liberalisme;
5.
membimbing peserta didik agar menyayangi lingkungan alam sekitarnya dan
menumbuhkan rasa tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah di bumi. Dengan
demikian dia aktif dalam mewujudkan upaya-upaya melestarikan dan merawat
lingkungan sekitarnya; dan
6.
membentuk peserta didik yang menjunjung tinggi nilai persatuan sehingga
dengan demikian dapat menguatkan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah
basyariyyah), persaudaraan seagama (ukhuwwah Islāmiyyah), dan
juga persaudaraan sebangsa dan senegara (ukhuwwah waṫaniyyah) dengan
segenap kebinekaan agama, suku dan budayanya.
- 4 -
C.Karakteristik
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup elemen keilmuan yang meliputi (1)
Al-Qur’an-Hadis, (2) Akidah, (3) Akhlak, (4) Fikih, dan (5) Sejarah
Peradaban Islam.
Elemen-Elemen
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Elemen |
Deskripsi |
Al-Qur’an dan Hadis |
Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti menekankan kemampuan baca dan tulis Al-Qur’an dan hadis
dengan baik dan benar. Ia juga mengantar peserta didik dalam memahami
makna secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
juga menekankan cinta dan penghargaan tinggi kepada Al-Qur’an dan
Hadis Nabi sebagai pedoman hidup utama seorang muslim. |
Akidah |
Berkaitan dengan prinsip
kepercayaan yang akan mengantarkan peserta didik dalam mengenal
Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, para Nabi dan Rasul,
serta memahami konsep tentang hari akhir serta qadā’ dan qadr.
Keimanan inilah yang kemudian menjadi landasan dalam melakukan
amal saleh, berakhlak mulia dan taat hukum. |
Akhlak |
Merupakan perilaku yang
menjadi buah dari ilmu dan keimanan. Akhlak akan menjadi mahkota
yang mewarnai keseluruhan elemen dalam Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti. Ilmu akhlak mengantarkan peserta didik dalam
memahami pentingnya akhlak mulia pribadi dan akhlak sosial, dan
dalam membedakan antara perilaku baik (maḥmūdah) dan tercela (mażmūmah).
Dengan memahami perbedaan ini, peserta didik bisa menyadari
pentingnya menjauhkan diri dari perilaku tercela dan mendisiplinkan
diri dengan perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
konteks pribadi maupun sosialnya. Peserta didik juga akan memahami
pentingnya melatih (riyāḍah), disiplin (tahżīb) dan upaya sungguh sungguh dalam
mengendalikan diri (mujāhadah). Dengan akhlak, peserta didik
menyadari bahwa landasan dari perilakunya, baik untuk Tuhan,
dirinya sendiri, sesama manusia dan alam sekitarnya adalah cinta (maḥabbah). Pendidikan Akhlak
juga mengarahkan mereka untuk menghormati dan menghargai sesama
manusia sehingga tidak ada kebencian atau prasangka buruk atas
perbedaan agama atau ras yang ada. Elemen akhlak ini harus menjadi
mahkota yang masuk pada semua topik bahasan pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, akhlak harus menghiasai
keseluruhan konten dan menjadi |
- 5 -
Elemen |
Deskripsi |
buah dari pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti . |
|
Fikih |
Merupakan interpretasi atas
syariat. Fikih merupakan aturan hukun yang berkaitan dengan
perbuatan manusia dewasa (mukallaf) yang mencakup ritual atau
hubungan dengan Allah Swt. (‘ubudiyyah) dan
kegiatan yang berhubungan dengan sesama manusia (mu‘āmalah).
Fikih mengulas berbagai pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan
dan ketentuan hukum dalam Islam serta implementasinya dalam ibadah
dan mu‘āmalah. |
Sejarah Peradaban Islam |
Menguraikan catatan
perkembangan perjalanan hidup manusia dalam membangun peradaban
dari masa ke masa. Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam (SPI)
menekankan pada kemampuan mengambil hikmah dari sejarah masa
lalu, menganalisa pelbagai macam peristiwa dan menyerap berbagai
kebijaksanaan yang telah dipaparkan oleh para generasi terdahulu.
Dengan refleksi atas kisah-kisah sejarah tersebut, peserta didik
mempunyai pijakan historis dalam menghadapi permasalahan dan
menghindari dari terulangnya kesalahan untuk masa sekarang maupun
masa depan. Aspek ini akan menjadi keteladanaan (‘ibrah) dan
menjadi inspirasi generasi penerus bangsa dalam menyikap dan
menyelesaikan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni,
dan lain-lain dalam rangka membangun peradaban di zamannya. |
- 6 -
D.Capaian
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Setiap
Fase
1. Fase A
(Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir
Fase A, pada elemen Al-Qur’an-Hadis peserta didik dapat mengenal huruf
hijaiyah dan harakatnya, huruf hijaiyah bersambung, dan mampu membaca
surah-surah pendek Al-Qur’an dengan baik. Dalam elemen akidah, peserta
didik mengenal rukun iman, iman kepada Allah melalui nama-namanya yang
agung (asmaulhusna) dan mengenal para malaikat dan tugas yang
diembannya. Pada elemen akhlak, peserta didik terbiasa mempraktikkan nilai-nilai
baik dalam kehidupan sehari-hari dalam ungkapan-ungkapan positif baik
untuk dirinya maupun sesama manusia, terutama orang tua dan guru. Peserta didik
juga memahami pentingnya tradisi memberi dalam ajaran agama Islam. Mereka
mulai mengenal norma yang ada di lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga
terbiasa percaya diri mengungkapkan pendapat pribadinya dan belajar
menghargai pendapat yang berbeda. Peserta didik juga terbiasa melaksanakan
tugas kelompok serta memahami pentingnya mengenali kekurangan diri dan kelebihan
temannya demi terwujudnya suasana saling mendukung satu sama lain. Dalam elemen
fikih, peserta didik dapat mengenal rukun Islam dan kalimah syahadatain,
menerapkan tata cara bersuci, salat fardu, azan, ikamah, zikir dan berdoa
setelah salat. Dalam pemahamannya tentang sejarah, peserta didik
mampu menceritakan secara sederhana kisah beberapa nabi yang wajib
diimani.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Al-Qur’an dan Hadis |
Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti menekankan kemampuan mengenal huruf hijaiyah dan
harakatnya, huruf hijaiyah bersambung, dan kemampuan membaca
surah surah pendek Al-Qur’an dengan baik. |
Akidah |
Peserta didik mengenal rukun
iman kepada Allah melalui nama-namanya yang agung (asmaulhusna)
dan mengenal para malaikat dan tugas yang diembannya. |
Akhlak |
Peserta didik terbiasa
mempraktikkan nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari dalam |
- 7 -
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
ungkapan-ungkapan positif baik
untuk dirinya maupun sesama manusia, terutama orang tua dan guru.
Peserta didik juga memahami pentingnya tradisi memberi dalam ajaran
agama Islam. Mereka mulai mengenal norma yang ada di lingkungan
sekitarnya. Peserta didik juga terbiasa percaya diri mengungkapkan
pendapat pribadinya dan belajar menghargai pendapat yang berbeda.
Peserta didik juga terbiasa melaksanakan tugas kelompok serta
memahami pentingnya mengenali kekurangan diri dan kelebihan
temannya demi terwujudnya suasana saling mendukung satu sama lain. |
|
Fikih |
Peserta didik mampu mengenal
rukun Islam dan kalimah syahadatain, menerapkan tata cara bersuci,
salat fardu, azan, ikamah, zikir dan berdoa setelah salat. |
Sejarah Peradaban Islam |
Peserta didik mampu
menceritakan secara sederhana kisah beberapa nabi yang wajib
diimani. |
2. Fase B
(Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir
Fase B, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik mampu membaca
surah-surah pendek atau ayat Al-Qur’an dan menjelaskan pesan pokoknya
dengan baik. Peserta didik mengenal hadis tentang kewajiban salat dan
menjaga hubungan baik dengan sesama serta mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pada elemen akidah peserta didik memahami
sifat-sifat bagi Allah,
beberapa
asmaulhusna, mengenal kitab-kitab Allah, para nabi dan rasul Allah yang
wajib diimani. Pada elemen akhlak, peserta didik menghormati dan berbakti
kepada orang tua dan guru, dan menyampaikan ungkapan-ungkapan positif (kalimah
ṫayyibah)
dalam keseharian.
Peserta didik memahami arti keragaman sebagai sebuah ketentuan dari Allah
SWT. (sunnatullāh). Peserta didik mengenal norma yang ada di
lingkungan sekitarnya dan lingkungan yang lebih luas, percaya diri
mengungkapkan pendapat pribadi, memahami pentingnya musyawarah untuk
mencapai kesepakatan dan pentingnya persatuan. Pada elemen fikih,
peserta didik dapat melaksanakan puasa, salat jumat dan salat sunah
dengan baik, memahami konsep baligh dan tanggung jawab yang menyertainya
(taklīf). Dalam pemahamannya tentang sejarah, peserta didik mampu
menceritakan kondisi Arab pra Islam, masa
- 8 -
kanak-kanak
dan remaja Nabi Muhammad SAW. hingga diutus menjadi Rasul, berdakwah,
hijrah dan membangun Kota Madinah.
Fase B berdasarkan elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Al-Qur’an dan Hadis |
Peserta didik mampu membaca
surah-surah pendek atau ayat Al-Qur’an dan menjelaskan pesan
pokoknya dengan baik. Peserta didik mengenal hadis tentang kewajiban
salat dan menjaga hubungan baik dengan sesama serta mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari hari. |
Aqidah |
Peserta didik memahami
sifat-sifat bagi Allah, beberapa asmaulhusna, mengenal kitab-kitab
Allah, para nabi dan rasul Allah yang wajib diimani. |
Akhlak |
Pada elemen akhlak, peserta
didik menghormati dan berbakti kepada orang tua dan guru, dan
menyampaikan ungkapan ungkapan positif (kalimah ṫayyibah) dalam keseharian.
Peserta didik memahami arti keragaman sebagai sebuah ketentuan
dari Allah SWT. (sunnatullāh). Peserta didik mengenal
norma yang ada di lingkungan sekitarnya dan lingkungan yang lebih
luas, percaya diri mengungkapkan pendapat pribadi, memahami
pentingnya musyawarah untuk mencapai kesepakatan dan pentingnya
persatuan. |
Fikih |
Pada elemen fikih, peserta
didik dapat melaksanakan puasa, salat jumat dan salat sunah
dengan baik, memahami konsep balig dan tanggung jawab yang menyertainya
(taklīf). |
Sejarah Peradaban Islam |
Dalam pemahamannya tentang
sejarah, peserta didik mampu menceritakan kondisi Arab pra Islam,
masa kanak-kanak dan remaja Nabi Muhammad saw. hingga diutus menjadi
rasul, berdakwah, hijrah dan membangun Kota Madinah. |
3. Fase C
(Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir
Fase C, pada elemen Al-Qur’an Hadits peserta didik mampu membaca,
menghafal, menulis, dan memahami pesan pokok surah-surah pendek dan ayat
Al-Qur’an tentang keragaman dengan baik dan benar. Pada elemen akidah, peserta
didik dapat mengenal Allah melalui asmaulhusna, memahami
keniscayaan peritiwa hari akhir, qadāʾ dan qadr. Pada elemen
akhlak, peserta didik mengenal dialog antar agama dan kepercayaan
dan menyadari peluang dan tantangan yang bisa muncul dari
- 9 -
keragaman
di Indonesia. Peserta didik memahami arti ideologi secara sederhana dan
pandangan hidup dan memahami pentingnya menjaga kesatuan atas
keberagaman. Peserta didik juga memahami pentingnya introspeksi diri
untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Peserta didik
memahami pentingnya pendapat yang logis, menerima perbedaan pendapat,
dan menemukan titik kesamaan (kalimah sawā’) untuk
mewujudkan persatuan dan kerukunan. Peserta didik memahami peran
manusia sebagai khalifah Allah di bumi untuk menebarkan kasih
sayang dan tidak membuat kerusakan di muka bumi. Pada elemen fikih,
peserta didik mampu memahami zakat, infak, sedekah dan hadiah, memahami
ketentuan haji, halal dan haram serta mempraktikkan puasa sunnah. Pada
elemen sejarah, peserta didik menghayati ibrah dari kisah Nabi Muhammad
saw. di masa separuh akhir kerasulannya serta kisah al-khulafā
al-rāsyidin.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Al-Qur’an dan Hadis |
Peserta didik mampu membaca,
menghafal, menulis, dan memahami pesan pokok surah surah pendek dan
ayat Al-Qur’an tentang keragaman dengan baik dan benar. |
Aqidah |
Peserta didik dapat mengenal
Allah melalui asmaulhusna, memahami keniscayaan peritiwa hari
akhir, qadāʾ dan qadr. |
Akhlak |
Peserta didik mengenal dialog
antar agama dan kepercayaan dan menyadari peluang dan tantangan
yang bisa muncul dari keragaman di Indonesia. Peserta didik memahami
arti ideologi secara sederhana dan pandangan hidup dan memahami
pentingnya menjaga kesatuan atas keberagaman. Peserta didik juga
memahami pentingnya introspeksi diri untuk menjadi pribadi yang
lebih baik setiap harinya. Peserta didik memahami pentingnya pendapat
yang logis, menerima perbedaan pendapat, dan menemukan titik
kesamaan (kalimah sawāʾ) untuk mewujudkan
persatuan dan kerukunan. Peserta didik memahami peran manusia
sebagai khalifah Allah di bumi untuk menebarkan kasih sayang dan tidak
membuat kerusakan di muka bumi. |
Fikih |
Pada elemen fikih, peserta
didik mampu memahami zakat, infak, sedekah dan hadiah, memahami
ketentuan haji, halal dan haram serta mempraktikkan puasa sunnah. |
- 10
-
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sejarah Peradaban Islam |
Pada elemen sejarah, peserta
didik menghayati ibrah dari kisah Nabi Muhammad saw. di masa
separuh akhir kerasulannya serta kisah al khulafā al-rāsyidin. |
4. Fase D
(Umumnya untuk kelas VII, VII, dan IX SMP/MTs/ Program Paket B)
Pada akhir
Fase D, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik memahami definisi
Al-Qur’an dan Hadis Nabi dan posisinya sebagai sumber ajaran agama Islam.
Peserta didik juga memahami pentingnya pelestarian alam dan lingkungan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam ajaran Islam. Peserta didik
juga mampu menjelaskan pemahamannya tentang sikap moderat dalam
beragama. Peserta didik juga memahami tingginya semangat keilmuan beberapa
intelektual besar Islam. Dalam elemen akidah, peserta didik mendalami
enam rukun Iman. Dalam elemen akhlak, peserta didik mendalami peran
aktivitas salat sebagai bentuk penjagaan atas diri sendiri dari
keburukan. Peserta didik juga memahami pentingnya verifikasi (tabayyun)
informasi sehingga dia terhindar dari kebohongan dan berita palsu.
Peserta didik juga memahami definisi toleransi dalam tradisi Islam
berdasarkan ayat ayat Al-Qur’an dan Hadis-Hadis Nabi. Peserta didik juga
mulai mengenal dimensi keindahan dan seni dalam Islam termasuk
ekspresi-ekspresinya. Dalam elemen ibadah, peserta didik memahami
internalisasi nilai-nilai dalam sujud dan ibadah salat, memahami konsep mu‘āmmalah,
riba, rukhsah, serta mengenal beberapa mazhab fikih, dan ketentuan
mengenai ibadah qurban. Dalam elemen sejarah, peserta didik mampu
menghayati penerapan akhlak mulia dari kisah-kisah penting dari
Bani Umayyah, Abbasiyyah, Turki Usmani, Syafawi dan Mughal sebagai
pengantar untuk memahami alur sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Al-Qur’an dan Hadis |
Peserta didik memahami
definisi Al-Qur’an dan Hadis Nabi dan posisinya sebagai sumber ajaran
agama Islam. Peserta didik juga memahami pentingnya pelestarian alam
dan lingkungan sebagai bagian yang tidak |
- 11
-
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
terpisahkan dalam ajaran
Islam. Peserta didik juga mampu menjelaskan pemahamannya tentang
sikap moderat dalam beragama. Peserta didik juga memahami
tingginya semangat keilmuan beberapa intelektual besar Islam. |
|
Akidah |
Peserta didik mendalami enam rukun Iman. |
Akhlak |
Peserta didik mendalami peran
aktivitas salat sebagai bentuk penjagaan atas diri sendiri dari
keburukan. Peserta didik juga memahami pentingnya verifikasi (tabayyun)
informasi sehingga dia terhindar dari kebohongan dan berita
palsu. Peserta didik juga memahami definisi toleransi dalam tradisi
Islam berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis Hadis Nabi. Peserta didik juga
mulai mengenal dimensi keindahan dan seni dalam Islam termasuk
ekspresi-ekspresinya. |
Fikih |
Peserta didik memahami
internalisasi nilai-nilai dalam sujud dan ibadah salat, memahami
konsep muʿāmalah, riba, rukhsah, serta
mengenal beberapa mazhab fikih, dan ketentuan mengenai ibadah qurban. |
Sejarah Peradaban Islam |
Peserta didik mampu menghayati
penerapan akhlak mulia dari kisah-kisah penting dari Bani
Umayyah, Abbasiyyah, Turki Usmani, Syafawi dan Mughal sebagai pengantar
untuk memahami alur sejarah masuknya Islam ke Indonesia. |
5. Fase E
(Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir
Fase E, dalam elemen Al-Qur’an dan Hadis, peserta didik mampu
menganalisis ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang perintah untuk
berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas
dan zina; dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil, menghafal dengan fasih
dan lancar ayat Al-Qur’an serta Hadis tentang perintah untuk berkompetisi
dalam kebaikan dan etos kerja serta bahaya dari pergaulan bebas dan zina;
dapat menyajikan konten dan paparan tentang perintah untuk
berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas
dan zina; meyakini bahwa sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja
serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina adalah perintah
agama; dan membiasakan sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja
serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina dengan lebih
berhati-hati dan menjaga kehormatan diri.
- 12
-
Dalam
elemen aqidah, peserta didik menganalisis makna syu‘ab al īmān (cabang-cabang
iman), pengertian, dalil, macam dan manfaatnya; mempresentasikan makna syu‘ab
al-īmān (cabang cabang iman), pengertian, dalil, macam dan manfaatnya;
meyakini bahwa dalam iman terdapat banyak cabang-cabangnya; serta
menerapkan beberapa sikap dan karakter sebagai cerminan cabang iman dalam
kehidupan.
Dari elemen
akhlak, peserta didik menganalisis manfaat menghindari akhlak mażmūmah;
membuat karya yang mengandung konten manfaat menghindari sikap mażmūmah;
meyakini bahwa akhlak mażmūmah adalah larangan dan akhlak mahmūdah
adalah perintah agama; serta membiasakan diri untuk menghindari akhlak mażmūmah
dan menampilkan akhlak mahmūdah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
elemen fikih, peserta didik mampu menganalisis implementasi fikih mu‘āmalah
dan al-kulliyyāt al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam;
menyajikan paparan tentang fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt
al-khamsah meyakini bahwa ketentuan fikih mu‘āmalah dan
al-kulliyyāt al-khamsah adalah ajaran agama; serta menumbuhkan
jiwa kewirausahaan, kepedulian, dan kepekaan sosial.
Dalam
elemen sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu menganalisis sejarah
dan peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia; dapat membuat
bagan timeline sejarah tokoh ulama penyebar ajaran Islam di
Indonesia dan memaparkannya; meyakini bahwa perkembangan peradaban di
Indonesia adalah sunatullah dan metode dakwah yang santun, moderat, bi
al-ḥikmah wa
al
mau‘iẓat al-ḥasanah adalah
perintah Allah SWT; membiasakan sikap kesederhanaan dan kesungguhan
mencari ilmu, tekun, damai, serta semangat menghargai adat istiadat dan
perbedaan keyakinan orang lain.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Al-Qur’an dan Hadis |
Peserta didik mampu
menganalisis ayat Al Qur’an dan hadis tentang perintah untuk
berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja |
- 13 -
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
serta larangan pergaulan bebas
dan zina; dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil, menghafal dengan
fasih dan lancar ayat Al-Qur’an serta Hadis tentang perintah untuk
berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta bahaya dari
pergaulan bebas dan zina; dapat menyajikan konten dan paparan
tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja
serta larangan pergaulan bebas dan zina; meyakini bahwa sikap
kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta menghindari
pergaulan bebas dan perbuatan zina adalah perintah agama; dan
membiasakan sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta
menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina dengan lebih berhati
hati dan menjaga kehormatan diri. |
|
Aqidah |
Peserta didik menganalisis
makna syu‘ab al īmān (cabang-cabang iman), pengertian,
dalil, macam dan manfaatnya; mempresentasikan makna syu‘ab
al-īmān (cabang-cabang iman), pengertian, dalil, macam dan
manfaatnya; meyakini bahwa dalam iman terdapat banyak
cabang-cabangnya; serta menerapkan beberapa sikap dan karakter sebagai
cerminan cabang iman dalam kehidupan. |
Akhlak |
Peserta didik menganalisis
manfaat menghindari akhlak mażmūmah; membuat karya yang
mengandung konten manfaat menghindari sikap mażmūmah;
meyakini bahwa akhlak mażmūmah adalah larangan dan akhlak maḥmūdah adalah perintah agama;
serta membiasakan diri untuk menghindari akhlak mażmūmah dan
menampilkan akhlak maḥmūdah dalam kehidupan sehari-hari. |
Fikih |
Peserta didik mampu
menganalisis implementasi fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt
al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam; menyajikan paparan
tentang fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah
meyakini bahwa ketentuan fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt
al khamsah adalah ajaran agama; serta menumbuhkan jiwa
kewirausahaan, kepedulian, dan kepekaan sosial. |
Sejarah Peradaban Islam |
Peserta didik mampu
menganalisis sejarah dan peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam
di Indonesia; dapat membuat bagan timeline sejarah tokoh ulama
penyebar ajaran Islam di Indonesia dan memaparkannya; meyakini
bahwa perkembangan peradaban di Indonesia adalah sunatullah dan metode
dakwah yang santun, moderat, bi al-ḥikmah wa al-mau‘iẓat al ḥasanah adalah perintah Allah
Swt.; membiasakan sikap kesederhanaan dan kesungguhan mencari
ilmu, tekun, damai, |
- 14
-
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
serta semangat menghargai adat
istiadat dan perbedaan keyakinan orang lain. |
6. Fase F
(Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir
Fase F dalam elemen Al-Qur’an dan Hadits, peserta didik dapat
menganalisis Al-Qur’an dan Hadits tentang berfikir kritis, ilmu
pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia,
musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama; mempresentasikan
pesan-pesan Al-Qur’an dan Hadits tentang pentingnya berfikir kritis (critical
thinking), ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara
kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi
beragama; membiasakan membaca Al-Qur’an dengan meyakini bahwa
berfikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi,
memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan
moderasi beragama adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa ingin
tahu, berfikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, dan teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta damai,
semangat kebangsaan, dan tanggung jawab, sabar, tabah, pantang menyerah,
tawakal, dan selalu berprasangka baik kepada Allah Swt. dalam menghadapi
ujian dan musibah, cinta tanah air, dan moderasi dalam beragama.
Dalam elemen
akidah, peserta didik menganalisis cabang-cabang iman, keterkaitan antara
iman, Islam dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam;
mempresentasikan tentang cabang-cabang iman, dasar-dasar, tujuan dan
manfaat ilmu kalam; meyakini bahwa cabang-cabang iman, keterkaitan antara
iman, Islam dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu
kalam adalah ajaran agama; membiasakan sikap tanggung jawab,
memenuhi janji, menyukuri nikmat, memelihara lisan, menutup aib orang
lain, jujur, peduli sosial, ramah, konsisten, cinta damai, rasa ingin
tahu dan pembelajar sepanjang hayat.
Dari elemen
akhlak, peserta didik dapat memecahkan masalah perkelahian antarpelajar,
minuman keras (miras), dan narkoba
- 15
-
dalam
Islam; menganalisis adab menggunakan media sosial dalam Islam,
menganalisis dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala
dalam kehidupan sehari hari, sikap inovatif dan etika berorganisasi;
mempresentasikan cara memecahkan masalah perkelahian antarpelajar dan
dampak pengiringnya, minuman keras (miras), dan narkoba; menganalisis
adab menggunakan media sosial dalam Islam, dampak negatif sikap munafik,
keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari hari; meyakini
bahwa agama melarang melakukan perkelahian antarpelajar, minuman keras,
dan narkoba, munafik, keras hati, dan keras kepala, meyakini bahwa adab
menggunakan media sosial dalam Islam dapat memberi keselamatan bagi
individu dan masyarakat dan meyakini bahwa sikap inovatif dan etika
berorganisasi merupakan perintah agama; membiasakan sikap taat pada
aturan, peduli sosial, tanggung jawab, cinta damai, santun, saling
menghormati, semangat kebangsaan, jujur, inovatif, dan rendah hati.
Dalam
elemen fikih, peserta didik mampu menganalisis ketentuan pelaksanaan
khutbah, tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris,
dan konsep ijtihad; mempresentasikan tentang ketentuan pelaksanaan khutbah,
tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep
ijtihad; menerapkan ketentuan khutbah, tablig, dan dakwah,
ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan meyakini bahwa
ijtihad merupakan salah satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap
menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, komitmen,
bertanggung jawab, menepati janji, adil, amanah, terbuka terhadap
ilmu pengetahuan, dan menghargai perbedaan pendapat.
Dalam
elemen sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu menganalisis peran
dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia,
perkembangan peradaban Islam di dunia, dan peran organisasi-organisasi
Islam di Indonesia; mempresentasikan peran dan keteladanan tokoh ulama
penyebar ajaran Islam di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di
dunia, dan peran ormas (organisasi masyarakat) Islam di Indonesia;
mengakui keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia, meyakini
kebenaran
- 16
-
perkembangan
peradaban Islam pada masa modern, peradaban Islam di dunia, meyakini
pemikiran dan pergerakan organisasi organisasi Islam berdasarkan ajaran agama;
membiasakan sikap gemar membaca, menulis, berprestasi, dan kerja keras,
tanggung jawab, bernalar kritis, semangat kebangsaan, berkebinekaan
global, menebarkan Islam raḥmat li
al-ālamīn,
rukun, damai, dan saling bekerjasama.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Al-Qur’an dan Hadis |
Peserta didik dapat
menganalisis Al-Qur’an dan Hadis tentang berfikir kritis, ilmu
pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan
manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama;
mempresentasikan pesan pesan Al-Qur’an dan Hadits
tentang pentingnya berfikir kritis (critical thinking),
ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan
manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama;
membiasakan membaca Al-Qur’an dengan meyakini bahwa berfikir kritis,
ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan
manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama
adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa ingin tahu, berfikir
kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
dan teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta damai, semangat
kebangsaan, dan tanggung jawab, sabar, tabah, pantang menyerah,
tawakal, dan selalu berprasangka baik kepada Allah Swt. dalam
menghadapi ujian dan musibah, cinta tanah air, dan moderasi dalam
beragama. |
Akidah |
Peserta didik menganalisis
cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam dan ihsan,
serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam; mempresentasikan
tentang cabang-cabang iman, dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu
kalam; meyakini bahwa cabang cabang iman, keterkaitan
antara iman, Islam dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan
manfaat ilmu kalam adalah ajaran agama; membiasakan sikap tanggung
jawab, memenuhi janji, menyukuri nikmat, memelihara lisan,
menutup aib orang lain, jujur, peduli sosial, ramah, konsisten,
cinta damai, rasa ingin tahu dan pembelajar sepanjang hayat. |
Akhlak |
Peserta didik dapat memecahkan
masalah perkelahian antarpelajar, minuman keras (miras), dan
narkoba dalam Islam; menganalisis adab menggunakan media sosial dalam
Islam, |
- 17 -
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
menganalisis dampak negatif
sikap munafik, keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan
sehari hari, sikap inovatif dan etika berorganisasi; mempresentasikan
cara memecahkan masalah perkelahian antarpelajar dan dampak
pengiringnya, minuman keras (miras), dan narkoba; menganalisis
adab menggunakan media sosial dalam Islam, dampak negatif sikap
munafik, keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari
hari; meyakini bahwa agama melarang melakukan perkelahian
antarpelajar, minuman keras, dan narkoba, munafik, keras hati, dan
keras kepala, meyakini bahwa adab menggunakan media sosial dalam
Islam dapat memberi keselamatan bagi individu dan masyarakat dan
meyakini bahwa sikap inovatif dan etika berorganisasi merupakan
perintah agama; membiasakan sikap taat pada aturan, peduli sosial, tanggung
jawab, cinta damai, santun, saling menghormati, semangat kebangsaan,
jujur, inovatif, dan rendah hati. |
|
Fikih |
Peserta didik mampu
menganalisis ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah,
ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad;
mempresentasikan tentang ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig
dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep
ijtihad; menerapkan ketentuan khutbah, tabligh, dan dakwah,
ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan meyakini bahwa ijtihad
merupakan salah satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap
menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, komitmen, bertanggung jawab, menepati janji, adil, amanah,
terbuka terhadap ilmu pengetahuan, dan menghargai perbedaan
pendapat. |
Sejarah Peradaban Islam |
Peserta didik mampu
menganalisis peran dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran
Islam di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di dunia, dan peran
organisasi-organisasi Islam di Indonesia; mempresentasikan peran
dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia,
perkembangan peradaban Islam di dunia, dan peran ormas
(organisasi masyarakat) Islam di Indonesia; mengakui keteladanan
tokoh ulama Islam di Indonesia, meyakini kebenaran perkembangan
peradaban Islam pada masa modern, peradaban Islam di dunia,
meyakini pemikiran dan pergerakan organisasi-organisasi Islam
berdasarkan ajaran agama; membiasakan sikap gemar membaca,
menulis, berprestasi, dan kerja keras, tanggung jawab, bernalar kritis,
semangat kebangsaan, berkebinekaan global, menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, rukun, damai, dan
saling bekerjasama. |
- 18
-
I.2.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI
PEKERTI
A. Rasional
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Pendidikan agama
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Dengan
demikian, pendidikan agama dapat menjadi perekat bangsa dan memberikan
anugerah yang sebesar-sebesarnya bagi kemajuan dan kesejahteraan
bangsa.
Pendidikan
agama memberikan penekanan pada pembentukan iman, takwa, dan akhlak mulia
menyiratkan bahwa pendidikan agama bukan hanya bertujuan mengasah
kecerdasan spiritual dan iman juga aspek ketaatan pada ajaran agama.
Namun lebih dari itu, pendidikan agama harus mampu membentuk manusia
yang manusiawi. Jadi, mengukur keberimanan peserta didik tidak
hanya dilihat dari ketakwaan dan ketaatan pada ajaran agama serta
pengetahuan secara kognitif melainkan apakah peserta didik telah menjadi
manusia yang manusiawi.
Hal tersebut sesuai dengan fungsi Pendidikan Agama
Kristen yang memberikan pengajaran
akan pengetahuan dan kehidupan iman serta
perilaku yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus yang terdapat dalam Alkitab. Pengajaran yang diberikan merupakan pengembangan
pendidikan
yang diarahkan bagi pembinaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Agama diyakini sebagai acuan pembentukan sikap, moral, karakter, spiritualitas,
berpikir dan bertindak sesuai keyakinan imannya. Berbagai harapan
tersebut dapat dicapai melalui proses internalisasi nilai-nilai agama dalam
kehidupan pribadi,keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Nilai
moderasi beragama diimplementasikan dalam sikap keterbukaan, kebebasan
berpikir, sadar akan keterbatasan, kerendahan hati, dan berpikir untuk
kemanusiaan. Ajaran Kristen dalam nuansa moderasi beragama sangat dibutuhkan
untuk menginternalisasikan karakter kekristenan yang toleran, terbuka,
humanis,penuh kasih dan damai yang sejati. Keadaan ini bersandingan
dengan tujuan pendidikan nasional yang diarahkan pada berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
- 19
-
Yang
Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Moderasi
beragama merupakan wadah untuk menumbuhkan toleransi dalam
kehidupanbermasyarakat, bagi terwujudnya “Tri-Kerukunan Umat Agama” di
Indonesia, yakni: kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat
beragama, dan kerukunan antara umat
beragama
dengan pemerintah. Nilai-nilai moderasi beragama senantiasa mejadi sikap
penting bagi umat beragama melaksanakan tugas panggilan dalam interaksi
dengan sesama.Seluruh eksistensi orang percaya dipanggil dan diutus
melaksanakan pekerjaan Tuhan di dunia. Komponen esensial kepribadian
manusia adalah nilai
(values) dan
kebajikan (virtues). Kondisi ini merupakan dasar pengembangan
kehidupan manusia yang memiliki peradaban, kebaikan, dan kebahagiaan secara
individual maupun sosial. Pelayanan pendidikan agama Kristen sebagai
perpanjangan tangan gereja yang berfungsi sebagai penyemaian iman
kristiani, pengembangan kedewasaan spiritualitas, dan jadi pelaku firman
(bnd. Yakobus 1:22) serta menghasilkan buah (Yoh. 16:16).
Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti, disajikan dalam bentuk mata pelajaran
pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang mengacu pada capaian
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Penyusunan capaian
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
didasarkan pada dua elemen, yaitu: Allah Tritunggal dan Nilai-nilai
Kristiani. Dua elemen tersebut masih sangat umum dan belum dapat
menggambarkan substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen secara
spesifik.
Secara
sepesifik, kedua dua elemen dijabarkan menjadi empat elemen yaitu: Allah
Berkarya, Manusia dan Nilai-nilai Kristiani, Gereja dan Masyarakat
Majemuk, Alam dan Lingkungan Hidup, yang dapat mengakomodir seluruh
substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti pada
jenjang SD/Program Paket A, SMP/Program Paket B, dan SMA/Program Paket C.
Masing-masing elemen dan sub elemen merupakan pilar dalam
pengembangan Capaian Pembelajaran dan materi pembelajaran.
- 20
-
B.Tujuan
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bertujuan untuk membantu
peserta didik:
1. Mengenal
serta mengimani Allah yang berkarya menciptakan alam semesta dan manusia;
2.
Mengimani keselamatan kekal dalam karya penyelamatan Yesus Kristus;
3.
Mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai penolong dan pembaru
hidup manusia;
4.
Mewujudkan imannya dalam perbuatan hidup setiap hari dalam interaksi
dengan sesamadan memelihara lingkungan hidup; 5. Memahami hak dan kewajibannya
sebagai warga gereja dan warga negara serta cinta tanah air;
6.
Membangun manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara
bertanggung jawab dan berakhlak mulia serta menerapkan prinsip moderasi
beragama dalam masyarakat majemuk;
7.
Membentuk diri menjadi anak-anak dan remaja Kristen yang memiliki
kedewasaan berpikir, berkata-kata dan bertindak sehingga menampakkan karakter
kristiani;
8.
Membentuk sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan intern dan antara
umat beragama, serta umat beragama dengan pemerintah;
9. Memiliki
kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam berpikir dan bertindak berdasarkan
Firman Allah; dan 10. Mewujudkan peran nyata di tengah keluarga, sekolah,
gereja, dan masyarakat Indonesia yang majemuk.
C.Karakteristik
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha yang dilakukan
secara terencana dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan
peserta didik agar dengan pertolongan RohKudus dapat memahami dan
menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam
kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan. Setiap orang yang
terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan
kebenaran dan
- 21
-
tanda-tanda
Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas
dalam konteks masyarakat majemuk. Masyarakat Indonesia yang majemuk
dipandang sebagai berkat Tuhan dan dalam konteks pemahaman iman Kristen
merupakan medan layan bagi orang Kristen untuk membangun kehidupan
bersama yang adil dan setara. Panggilan iman orang Kristen ini secara
historis telah dibangun sejak proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena
itu, karakteristik Pendidikan Agama Kristen yang kontekstual harus menegaskan
peran hidup orang beriman dalam mewujudkan tanggungjawabnya membangun bangsa
Indonesia yang berketuhanan, bersatu, setara, dan berkeadilan, serta menghargai
kemajemukan dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.
Pendidikan
Agama Kristen harus mampu menyikapi perkembangan zaman, sehingga peserta
didik mampu menyelesaikan dan menjawab segala problematika yang dihadapi.
Dengan demikian, Pendidikan Agama Kristen harus memiliki muatan pembelajaran
kontekstual, artinya materi yang ada di dalam Pendidikan Agama Kristen
selalu dikaitkan dengan situasi dan konteks agar dapat menjelaskan kasus
kasus yang dialami dalam kehidupan nyata. Fakta yang diperoleh dari
kajian bagi program pendidikan Kristen, yaitu: 1) Pelaku telah diberi karunia
Roh; 2) Bertujuan mendewasakan umat melayani; 3) Menghasilkan dan
hubungan harmonis; 4) Bersifat kebenaran teologis; 5) Penuh kasih karunia
dan kebenaran; 6) Saling membantu dan berkembang secara harmonis.
Pendidikan
Agama Kristen di Indonesia berlangsung dalam keluarga, gereja dan lembaga
pendidikan formal. Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di lembaga pendidikan
formal menjadi tanggung jawab utama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Kristen, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan
Gereja. Oleh karena itu kerjasama yang bersinergi antara lembaga lembaga
tersebut perlu terus dibangun.
Berdasarkan
karakteristik Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti disusun empat
elemen yang mengikat capaian pembelajaran dan materi dalam satu kesatuan
yang utuh pada semua jenjang. Secara holistik capaian pembelajaran dan
lingkup materi mengacu
- 22
-
pada empat
elemen tersebut yang selalu diintegrasikan dengan Alkitab.
Elemen dan
deskripsi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
No. |
Elemen |
Deskripsi |
1. |
Allah Berkarya |
Pada elemen Allah berkarya
peserta didik belajar untuk memahami Allah yang diimaninya
sebagai Pencipta, Pemelihara, Penyelamat, dan Pembaru. Manusia
diciptakan menurut gambar Allah yang diberi mandat untuk
membangun, memanfaatkan, dan memelihara ciptaan Allah bagi
kesejahteraan manusia. Allah memelihara manusia dengan menciptakan
flora dan fauna bagi keseimbangan ekosistem dan kebutuhan manusia.
Allah hadir dalam berbagai peristiwa kehidupan. Allah melengkapi
manusia dengan kemampuan berpikir, berkarya dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Manusia diselamatkan
melalui pengorbanan Yesus Kristus. Manusia menjalani kehidupan
sebagai makhluk sosial yang berbudaya, mengembangkan demokrasi,
dan hak azasi manusia. Allah membarui manusia melalui karya Roh
Kudus. |
2. |
Manusia dan Nilai-nilai Kristiani |
Pada elemen manusia dan
nilai-nilai kristiani peserta didik belajar tentang hakikat
manusia sebagai ciptaan Allah yang terbatas. Dalam
keterbatasannya, manusia diberi hak dan tanggung jawab. Memahami dan
menerapkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari hari, melalui sikap rendah
hati, peduli terhadap sesama, menerapkan kasih, setia dan
keadilan. dalam kehidupan. Perwujudan nilai-nilai kristiani juga
nampak melalui sikap kritis terhadap berbagai bentuk
diskriminasi, menghargai perbedaan, rukun, toleran serta
menerapkan disiplin hidup dalam masyarakat majemuk. |
3. |
Gereja dan Masyarakat Majemuk |
Pada elemen gereja dan
masyarakat majemuk peserta didik belajar tentang hidup bergereja
dan bermasyarakat serta memahami tanggung jawab terhadap gereja, bangsa
dan negara. Peserta didik memahami makna kehadiran gereja bagi
umat Kristen dan dunia serta mengkritisi berbagai bentuk pelayanan
gereja. Mensyukuri keragaman suku, budaya bangsa, dan agama
sebagai anugerah Allah. Mengembangkan kehidupan harmonis dalam |
- 23
-
No. |
Elemen |
Deskripsi |
kehidupan bersama melalui
sikap terbuka, toleran, dan inklusif terhadap sesama dalam masyarakat
majemuk. Memahami model-model dialog dan kerja sama antar umat
beragama dalam rangka moderasi beragama. |
||
4. |
Alam dan Lingkungan Hidup |
Pada elemen alam dan
lingkungan hidup, peserta didik belajar membangun hubungan yang
harmonis dengan alam, memelihara dan melestarikan alam sebagai wujud
syukur kepada Allah. Pada elemen ini peserta didik mensyukuri
bahwa Allah Mahakuasa hadir melalui alam ciptaan. Menyadari bahwa
manusia diberi tugas oleh Allah untuk mengolah dan memelihara alam
dengan mengkritisi tindakan manusia yang merusak alam dan
menerapkan sikap ugahari. |
Elemen dan
Sub Elemen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
No |
Elemen |
Sub Elemen |
1. |
Allah Berkarya |
Allah Pencipta |
Allah Pemelihara |
||
Allah Penyelamat |
||
Allah Pembaharu |
||
2. |
Manusia dan Nilai-nilai
Kristiani |
Hakikat Manusia |
Nilai-nilai Kristiani |
||
3. |
Gereja dan Masyarakat
Majemuk |
Tugas Panggilan Gereja |
Masyarakat Majemuk |
||
4. |
Alam dan Lingkungan Hidup |
Alam Ciptaan Allah |
Tanggung Jawab Manusia Terhadap Alam |
Implementasi
elemen dan sub elemen di atas, proses penalarannya bersumber dari Kitab Suci.
Peserta didik belajar membaca dan merenungkan Kitab Suci yang berisi
pengajaran iman Kristen sebagai acuan dalam kehidupan.
D.Capaian
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
setiap Fase
Capaian
pembelajaran (CP) ditempatkan dalam fase-fase menurut usia dan jenjang
pendidikan yang dikelompokkan dalam kelas mulai dari fase A hingga fase
F.
1.
Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) Peserta didik memahami
kasih Allah melalui keberadaan dirinya
- 24
-
yang istimewa serta berterima
kasih pada Allah dengan cara merawat tubuh, memelihara lingkungan
sekitarnya, menjaga kerukunan di rumah dan sekolah, serta toleran dengan
sesama yang berbeda dengan dirinya. Diharapkan peserta didik mampu
memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya di
dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan terdekatnya. Pada kelas awal
tingkat SD/Program Paket A peserta didik tentang Allah masih cukup abstrak.
Karena itu, peserta didik membutuhkan visualisasi atau perwujudan dari sesuatu
yang dapat menunjukkan siapa Allah itu. Mereka akan lebih mudah memahami
siapa Allah dengan melihat keberadaan dirinya. Dengan demikian Allah yang
mereka kenal adalah Allah yang menciptakan manusia dan semua anggota
tubuh untuk dipakai dengan benar sesuai dengan fungsinya yaitu untuk tujuan
mulia.
Fase A Berdasarkan Elemen dan
Sub Elemen
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase A |
1. Allah Berkarya |
Allah Pencipta |
Memahami Allah menciptakan
dirinya sebagai pribadi yang istimewa dalam hubungannya dengan keluarga,
teman, guru sebagai orang-orang terdekat dan membangun interaksi yang baik
melalui tindakan sederhana |
Allah Pemelihara |
Memahami pemeliharaan Allah
pada dirinya melalui kehadiran orang tua, keluarga, teman, dan guru serta
melakukan tindakan nyata sebagai wujud syukur |
|
Allah Penyelamat |
- |
|
Allah Pembaru |
- |
|
2. Manusia dan Nilai nilai Kristiani |
Hakikat Manusia |
Memahami dirinya yang memiliki
berbagai anggota tubuh dan bermanfaat untuk tujuan mulia, serta bersyukur
pada Allah melalui tindakan nyata memelihara tubuhnya. |
Nilai-nilai Kristiani |
Bergaul dengan semua orang,
menghargai perbedaan, menjaga kerukunan di rumah dan di sekolah |
|
3. Gereja dan
Masyarakat Majemuk |
Tugas Panggilan Gereja |
Menerima tugas panggilan
gereja untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani |
Masyarakat Majemuk |
Mensyukuri keragaman suku,
budaya, bangsa, dan agama sebagai anugerah Allah |
|
4. Alam dan Lingkungan |
Alam Ciptaan Allah |
Mensyukuri Allah hadir dalam
seluruh alam ciptaan |
- 25
-
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase A |
Hidup |
Tanggung Jawab Manusia Terhadap
Alam |
Melakukan tindakan sederhana
dalam upaya tanggung jawab terhadap alam dan lingkungan
sekitarnya |
2. Fase B
(Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A)
Setelah
mempelajari mengenai Allah Maha kasih yang berkarya dalam dirinya
pribadi, keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat yang
terdekat dengannya, peserta didik juga belajar mengenal karya Allah
melalui ciptaan lainnya. Manusia dan seluruh ciptaan yang ada di alam
memerlukan pemeliharaan Allah. Langit dan bumi beserta isinya, tumbuhan,
hewan peliharaan, hewan yang bebas di alam, benda langit pada saat
siang dan malam, berbagai gejala alam seperti cuaca, peristiwa siang dan
malam, angin, hujan, petir semua dalam pemeliharaan Allah. Dengan
mempelajari semua kebesaran Allah itu, peserta didik hendaknya memiliki
sikap mengasihi sesama, memelihara lingkungan, takluk, tunduk, dan taat
pada kuasa Allah serta percaya kepada-Nya.
Fase B Berdasarkan Elemen dan
Sub Elemen
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase B |
1. Allah Berkarya |
Allah Pencipta |
Memahami Allah menciptakan,
manusia (perempuan dan laki-laki), flora dan fauna, dan melakukan
tindakan nyata sebagai wujud syukur |
Allah Pemelihara |
Memahami pemeliharaan Allah
pada manusia secara umum dan dirinya melalui kehadiran orang tua,
keluarga, dan guru serta melakukan tindakan nyata sebagai wujud
syukur |
|
Allah Penyelamat |
- |
|
Allah Pembaru |
- |
|
2. Manusia dan Nilai nilai Kristiani |
Hakikat Manusia |
Memahami dirinya memiliki
berbagai anggota tubuh yang bermanfaat serta menunjukkan sikap
bertanggung jawab menjaga tubuh untuk tetap sehat |
Nilai-nilai Kristiani |
Mengasihi dan bergaul dengan
semua orang, menghargai perbedaan, menjaga kerukunan, dan menerapkan
hidup disiplin di rumah dan di sekolah |
|
3. Gereja dan
Masyarakat Majemuk |
Tugas Panggilan Gereja |
Menerima tugas panggilan
gereja untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani |
- 26
-
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase B |
Masyarakat Majemuk |
Mensyukuri keragaman suku,
budaya, bangsa, dan agama sebagai anugerah Allah |
|
4. Alam dan Lingkungan
Hidup |
Alam Ciptaan Allah |
Mensyukuri Allah hadir dalam
seluruh alam ciptaan dan berbagai fenomena alam |
Tanggung Jawab Manusia Terhadap Alam |
Melakukan tindakan sederhana
dalam upaya tanggung jawab terhadap alam dan lingkungan
sekitarnya |
3. Fase C
(Umumnya untuk kelas IV dan V SD/Program Paket A)
Peserta
didik mengakui kemahakuasaan Allah yang hadir melalui berbagai peristiwa
dalam kehidupannya. Dengan mengakui kemahakuasaan Allah, peserta didik
memahami Allah yang Mahakuasa itu mengampuni dan menyelamatkan
manusia melalui Yesus Kristus. Pemahaman terhadap keselamatan yang
diberikan Allah kepada manusia memotivasi peserta didik untuk memahami
arti pertobatan dan hidup dalam pertobatan. Hidup dalam pertobatan ditunjukkan
melalui bersahabat dengan semua orang, berbela rasa, tolong-menolong
tanpa membeda-bedakan suku bangsa, budaya, dan agama, serta memelihara
alam dan lingkungan.
Selanjutnya
pada fase ini, peserta didik memahami bahwa Allah Pencipta hadir dalam
kehidupan masyarakat. Pemahaman itu diwujudkan dengan mempraktikkan sikap
peduli kepada sesama. Peserta didik juga belajar dari teladan tokoh-tokoh
Alkitab yang berkaitan dengan pertobatan dan menjadi manusia baru.
Dalam terang manusia baru peserta didik menerapkan nilai-nilai
Kristiani dalam interaksi dengan sesama untuk membangun kepekaan terhadap
bentuk-bentuk ketidakadilan termasuk didalamnya ketidakadilan terhadap
mereka yang berkebutuhan khusus, ketidakadilan terhadap alam dan
lingkungan hidup. Fase ini merupakan fase akhir dari pendidikan di
SD/Program Paket A, peserta didik mempersiapkan diri untuk masuk ke
jenjang SMP/Program Paket B. Oleh karena itu peserta didik dibekali
dengan pemahaman mendasar tentang Allah yang tidak pernah absen dari
kehidupan manusia. Pemahaman ini memberikan penguatan pada peserta didik
untuk lebih mendalami kasih Allah
- 27
-
dalam hidupnya. Kelak ketika di
SMA/Program Paket C mereka dapat bertumbuh menjadi manusia yang dewasa
secara holistik.
Fase C Berdasarkan Elemen dan
Sub Elemen
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase C |
1. Allah Berkarya |
Allah Pencipta |
Memahami Allah Pencipta
berkarya dalam kehidupan keluarga, sekolah, dan masyarakat |
Allah Pemelihara |
Memahami Allah memelihara
seluruh umat manusia termasuk mereka yang berkebutuhan khusus,
serta menyukuri pemeliharaan Allah dalam hidup manusia |
|
Allah Penyelamat |
Memahami Allah
menyelamatkan manusia dalam diri Yesus Kristus dan mensyukuri
keselamatan yang sudah diterimanya |
|
Allah Pembaru |
Memahami Allah membarui
hidup manusia dan mempraktikkan sikap hidup manusia baru |
|
2. Manusia dan Nilai nilai Kristiani |
Hakikat Manusia |
Memahami bahwa manusia
berdosa karena itu membutuhkan pertobatan |
Nilai-nilai Kristiani |
Memahami nilai-nilai kristiani
dalam interaksi antar manusia serta bersikap kritis terhadap
berbagai bentuk diskriminasi |
|
3. Gereja dan Masyarakat
Majemuk |
Tugas Panggilan Gereja |
Memahami makna pelayanan
terhadap sesama sebagai tanggung jawab orang beriman dan
mempraktikkannya dalam kehidupan |
Masyarakat Majemuk |
Memahami keberagaman suku
bangsa, budaya, dan agama dalam masyarakat majemuk |
|
4. Alam dan
Lingkunga n Hidup |
Alam Ciptaan Allah |
Memahami dan menyukuri kemahakuasaan
Allah dalam berbagai fenomena alam |
Tanggung Jawab Manusia Terhadap Alam |
Melakukan tindakan nyata
dalam memelihara alam dan lingkungan sekitar sebagai wujud
tanggung jawab orang beriman |
4. Fase D
(Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B)
Peserta
didik memahami karya Allah dalam Yesus Kristus yang menyelamatkan umat
manusia dan dunia. Manusia berada dalam kuasa pemeliharaan Allah. Allah
memelihara, menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus, dan
memperbarui oleh kuasa Roh Kudus. Peserta didik menyadari bahwa
karya Allah yang dirasakan dalam hidupnya harus diwujudkan dalam
ucapan syukur. Pernyataan syukur diwujudkan dalam bentuk
- 28
-
kasih
terhadap Allah dan sesama manusia. Peserta didik mempraktikkan sikap
hidup sebagai orang benar, beriman, dan berpengharapan. Pada fase ini
peserta didik mampu mewujudkan pemahaman iman melalui pengakuan akan
Allah Penyelamat yang berkarya dalam seluruh aspek kehidupan. Sikap hidup
sebagai orang yang telah diselamatkan mewujud dalam kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).
Sebagai
implementasi dari keselamatan, manusia terhisap dalam persekutuan dengan
Allah, terpanggil untuk bersaksi dan melayani. Hal ini tampak ketika
peserta didik hidup sebagai manusia yang dapat mempertanggungjawabkan
pikiran, perkataan dan perbuatan sebagai pribadi dan bagian dari
komunitas di sekolah, keluarga, gereja, dan masyarakat. Peserta didik
mampu memahami karya Allah melalui dan dalam pertumbuhan gereja. Dalam
interaksi antar sesama dan berkarya dalam berbagai situasi, peserta didik
akan memelihara lingkungan hidup sebagai amanah untuk menjaga
keutuhan ciptaan dan wujud tanggung jawab umat yang diselamatkan.
Fase D Berdasarkan Elemen dan
Sub Elemen
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase D |
1. Allah Berkarya |
Allah Pencipta |
Memahami Karya Allah dalam
hidup manusia yang mengubah masa depan manusia dan dunia secara
keseluruhan, mensyukuri perkembangan IPTEK dan bertanggungjawab
terhadap IPTEK, memahami karya Allah melalui berbagai perubahan
yang dihadirkan gereja. |
Allah Pemelihara |
Memahami dan menyajikan
bukti-bukti Allah memelihara seluruh ciptaan-Nya, bahwa hidup
manusia yang dinamis berada dalam kuasa dan pemeliharaan Allah,
meyakini bahwa Allah memelihara, memberi isnpirasi kehidupan dan
mensyukuri pemeliharaan Allah sepanjang kehidupan. |
|
Allah Penyelamat |
Mengakui bahwa hanya Allah
yang dapat mengampuni dan menyelamatkan manusia dalam Yesus
Kristu dan meneladani Yesus dalam hidup beriman melalui berbagai
aktifitas. |
|
Allah Pembaru |
Bersikap sebagai orang yang
dipimpin dan dibaharui oleh Roh Kudus dan menerapkan makna hidup
beriman dan |
- 29
-
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase D |
berpengharapan dalam menghadapi berbagai tantangan. |
||
2. Manusia dan
Nilai nilai Kristiani |
Hakikat Manusia |
Memahami teladan Yesus Kristus
dan menerapkan-nya dalam kehidupan bagi sesama manusia, memahami
berbagai bentuk fenomena dan tantangan pergaulan remaja masa
kini. |
Nilai-nilai Kristiani |
Menerapkan nilai-nilai
kristiani dalam kehidupan sehari-hari, bersikap rendah hati, dan
peduli terhadap sesama. |
|
3. Gereja dan
Masyarakat Majemuk |
Tugas Panggilan Gereja |
Memahami karya Allah
dalam pelayanan gereja yang membawa pembaruan bagi dunia secara
keseluruhan, memperkenalkan misi pelayanan gereja masa kini serta
memahami makna kehadiran gereja bagi umat Kristen dan bagi dunia,
memahami berbagai bentuk pelayanan gereja masa kini dan mengkritisinya. |
Masyarakat Majemuk |
Mengembangkan sikap
terbuka, toleran, dan inklusif terhadap sesama dalam masyarakat
majemuk, memahami model-model dialog dan kerja sama antar agama
dalam rangka moderasi beragama serta merencanakan kegiatan
sederhana yang dapat menunjukkan sikap hidup inklusif dalam
masyarakat majemuk. |
|
4. Alam dan
Lingkunga n Hidup |
Alam Ciptaan Allah |
Memahami bahwa pemeliharaan
Allah terus berlangsung terhadap alam dan manusia dalam segala
situasi dan manusia meresponsnya melalui tanggung jawab dan
berbagai aktifitas memelihara alam. |
Tanggung Jawab Manusia Terhadap
Alam |
Memahami bahwa manusia diberi
tugas oleh Allah untuk mengolah serta memelihara alam dan
lingkungan hidup. |
5. Fase E
(Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C)
Peserta
didik bertumbuh sebagai manusia dewasa secara holistik, baik secara
biologis, sosial maupun spiritual dan keyakinan iman. Aktualisasi pribadi
yang dewasa harus didukung oleh kesadaran akan kemahakuasaan Allah. Rasa
bersyukur dan kritis dalam menghadapi berbagai persoalan hidup termasuk
dalam menyikapi konsekuensi logis perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sejalan dengan pertumbuhan menjadi dewasa, maka peserta didik
memiliki hidup baru dalam Kristus. Menjadi manusia baru dibuktikan dengan
cara mengembangkan
- 30
-
kesetiaan,
kasih, keadilan dan bela rasa terhadap sesama serta memiliki perspektif
baru terhadap pemeliharaan dan perlindungan terhadap alam. Praktik hidup
sebagai manusia dewasa yang sudah hidup baru diwujudkan juga dalam
pemahamannya terhadap keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidik
utama. Hidup sebagai manusia dewasa juga dibuktikan melalui komitmen dan
praktik hidup yang berpihak pada penyelamatan alam. Terus membaharui diri
dan membangun pemahaman yang komprehensive mengenai nilai-nilai
iman Kristen yang diwujudkan dalam praktik kehidupan.
Fase E Berdasarkan Elemen dan
Sub Elemen
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase E |
2. Allah Berkarya |
Allah Pencipta |
Menganalisis pertumbuhan diri
sebagai pribadi dewasa melalui cara berpikir, berkata dan
bertindak |
Allah Pemelihara |
Memahami bentuk-bentuk
pemeliharaan Allah dalam kehidupan |
|
Allah Penyelamat |
Memahami nilai-nilai iman
Kristen dalam keluarga serta menjabarkan peran keluarga dan orang
tua sebagai pendidik utama |
|
Allah Pembaru |
Mengakui bahwa Allah membarui
hidup orang beriman |
|
2. Manusia dan Nilai nilai Kristiani |
Hakikat Manusia |
Menganalisis indikator manusia
yang bertumbuh menjadi dewasa |
Nilai-nilai Kristiani |
Menerapkan prinsip kesetiaan,
kasih dan keadilan dalam kehidupan sosial yang lebih luas |
|
3. Gereja dan
Masyaraka t Majemuk |
Tugas Panggilan Gereja |
Menganalisis issu-issu ras,
etnis dan gender dalam rangka mewujudkan keadilan |
Masyarakat Majemuk |
Memahami sekolah sebagai
lembaga pendidik |
|
4. Alam dan Lingkungan
Hidup |
Alam Ciptaan Allah |
Memahami berbagai bentuk
tindakan pencegahan kerusakan alam |
Tanggung Jawab Manusia Terhadap
Alam |
Mengkritisi tindakan manusia
dalam tanggungawabnya memelihara alam ciptaan Allah |
6. Fase F
(Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C)
Pada fase F
peserta didik telah mencapai tahap sebagai manusia dewasa dan memiliki
hidup baru, maka pada fase ini, peserta didik terus berproses menjadi
lebih dewasa terutama dalam menjalankan tanggung jawab sosial
kemasyarakatan. Identitas peserta didik sebagai remaja Indonesia yang
beragama Kristen
- 31
-
ditampakkan melalui tanggung
jawab sebagai anggota gereja dan warga negara. Pada fase ini peserta
didik memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan yang lebih luas,
Yaitu: turut serta memperjuangkan keadilan, kebenaran, kesetaraan,
demokrasi, hak azasi manusia, serta moderasi beragama. Peserta didik
menjadi pembawa damai sejahtera dalam kehidupan tanpa kehilangan
identitas. Peserta didik memahami, menghayati, dan mewujudkan kedewasaan
iman yang ditunjukkan melalui kemampuan peserta didik beradaptasi dalam
berbagai kondisi. Aktualisasi kedewasaan didukung kesadaran akan adanya
Allah yang berkarya, mencipta, memelihara, menyelamatkan dan
membarui manusia serta dunia sebagai kesadaran akan harkat kemanusiaan
dan penerapan nilai-nilai kristiani.
Fase F Berdasarkan Elemen dan Sub
Elemen
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase F |
1. Allah Berkarya |
Allah Pencipta |
Mengalisis perkembangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, memahami demokrasi
dan HAM sebagai anugerah Allah dan menjabarkannya dalam praktik |
Allah Pemelihara |
Mensyukuri dan mengembangkan
talenta pemberian Allah dan menggunakannya untuk kepentingan
bangsa |
|
Allah Penyelamat |
Menganalisis tantangan
dalam kehidupan keluarga dan membangun komunikasi yang baik
serta mewujudkan nilai-nilai demokrasi dan HAM pada konteks lokal
dan global |
|
Allah Pembaru |
Memahami bahwa Allah
membaharui, memulihkan kehidupan keluarga, gereja dan bangsa |
|
2. Manusia dan
Nilai-nilai Kristiani |
Hakikat Manusia |
Mewujudkan tanggung
jawabnya sebagai manusia dewasa serta memahami keadilan sebagai
dasar demokrasi dan HAM. |
Nilai-nilai Kristiani |
Memahami nilai iman sebagai
landasan hidup berkeluarga, bersikap proaktif dalam keluarga dan
masyarakat serta memahami makna damai sejahtera menurut Alkitab
dan memjadi pembawa damai sejahtera dalam kehidupan |
|
3. Gereja dan
Masyarakat Majemuk |
Tugas Panggilan Gereja |
Menelaah karakter tokoh-tokoh
dialog antar umat beragama yang mengabdikan hidupanya bagi persaudaraan
dan solidaritas serta menganalisis issu-issu ras, etnis, dan
gender dalam rangka mewujudkan keadilan. |
- 32 -
Elemen |
Sub Elemen |
Capaian Fase F |
Masyarakat Majemuk |
Melakukan transformasi sosial
dalam lingkup masyarakat majemuk, serta berpartisipasi aktif
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dalam rangka mewujudkan moderasi beragama |
|
3. Alam dan
Lingkungan Hidup |
Alam Ciptaan Allah |
Memahami prinsip pemeliharaan
dan pelestarian alam serta keutuhan ciptaan Allah. |
Tanggung Jawab Manusia Terhadap Alam |
tanggung jawab memelihara alam
dan memahami mewujudkannya dalam tindakan serta menerapkan sikap
ugahari demi kelestarian alam. |
- 33
-
I.3.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI
PEKERTI
A. Rasional
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Pendidikan pada
dasarnya merupakan tanggungjawab utama dan pertama orangtua, demikian
pula dalam hal pendidikan iman anak. Pendidikan iman pertama-tama harus dimulai
dan dilaksanakan di lingkungan keluarga, tempat dan lingkungan dimana
anak mulai mengenal dan mengembangkan iman. Pendidikan iman yang
dimulai dalam keluarga perlu dikembangkan lebih lanjut dalam Gereja
(Umat Allah), dengan bantuan pastor paroki, katekis dan guru Pendidikan
Agama Katolik di sekolah.
Negara juga
mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi agar pendidikan iman bisa
terlaksana dengan baik sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Salah satu bentuk dukungan negara adalah dengan menyelenggarakan pendidikan
iman (agama) secara formal di sekolah yaitu Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Belajar
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mendorong peserta didik menjadi
pribadi beriman yang mampu menghayati dan mewujudkan imannya dalam
kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
yang bersumber dari Kitab Suci, Tradisi, Ajaran Gereja (Magisterium), dan
pengalaman iman peserta didik. Kurikulum Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti diharapkan mampu mengembangkan kemampuan memahami,
menghayati, mengungkapkan dan mewujudkan iman para peserta didik. Mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti disusun secara terencana
dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sesuai ajaran iman Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan
penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan
juga untuk menciptakan hubungan antar umat beragama yang harmonis dalam
masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya persatuan nasional.
- 34
-
B.Tujuan
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan:
1. agar
peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun
hidup yang semakin beriman (beraklak mulia); 2. membangun hidup beriman
Kristiani yang berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang
memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah
merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan, situasi dan perjuangan
untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan
dan kesetiaan, dan kelestarian lingkungan hidup; dan
3.
mendidik pesera didik menjadi manusia paripurna yang berkarakter mandiri,
bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global
sesuai dengan tata paham dan tata nilai yang diajarkan dan dicontohkan
oleh Yesus Kristus sehingga nilai-nilai yang dihayati dapat tumbuh dan
membudaya dalam sikap dan perilaku peserta didik.
C.Karakteristik
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti diorganisasikan dalam
lingkup empat elemen konten dan empat kecakapan. Empat elemen konten
tersebut adalah:
Elemen |
Deskripsi |
Pribadi Peserta Didik |
Elemen ini membahas tentang
diri sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan dan
keterbatasan kelebihan dan kekurangan, yang dipanggil untuk
membangun relasi dengan sesama serta lingkungannya sesuai dengan
Tradisi Katolik. |
Yesus Kristus |
Elemen ini membahas tentang
pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan
Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru, agar peserta didik berelasi dengan Yesus
Kristus dan meneladani-Nya. |
- 35
-
Elemen |
Deskripsi |
Gereja |
Elemen ini membahas tentang
makna Gereja agar peserta didik mampu mewujudkan kehidupan
menggereja. |
Masyarakat |
Elemen ini membahas tentang
perwujudan iman dalam hidup bersama di tengah masyarakat sesuai
dengan Tradisi Katolik. |
Kecakapan
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah
memahami, menghayati, mengungkapkan, dan mewujudkan. Dengan memiliki
kecakapan memahami, peserta didik diharapkan memiliki pemahaman ajaran
iman Katolik yang otentik. Kecakapan menghayati membantu peserta didik
dapat menghayati iman Katoliknya sehingga mampu mengungkapkan iman
dalam berbagai ritual ungkapan iman dan pada akhirnya mampu
mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Kecakapan ini
merupakan dasar pengembangan konsep belajar Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti.
D.Capaian
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
setiap Fase
1. Fase A
(Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A)
Pada akhir
Fase A, peserta didik mengenal dirinya sebagai bagian dari keluarga,
sekolah, dan lingkungan di sekitarnya, yang mampu mensyukuri dirinya
sebagai ciptaan Tuhan, melalui kebiasaan doa sebagai anggota Gereja,
mewujudkan imannya dengan cara melakukan perbuatan baik, sesuai dengan
teladan Yesus dan tokoh-tokoh Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Pribadi Peserta Didik |
Peserta didik mampu mengenal
dirinya sebagai pribadi yang dicintai Tuhan; yang memiliki
anggota tubuh yang sangat berguna serta memahami cara merawatnya;
mengenal temannya, lingkungan rumah dan sekolah tempat dirinya
berkembang. Peserta didik mampu mengenal
diri, lingkungan keluarga, serta teman-temannya, agar memiliki
kebiasaan bekerja sama dengan anggota keluarga dan teman. |
- 36
-
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Yesus Kristus |
Peserta didik menyadari bahwa
bumi langit dan seluruh isinya adalah ciptaan Tuhan, serta
menyadari bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang istimewa. Peserta didik mengenal
tokoh-tokoh iman di dalam Perjanjian Lama (Nuh, Abraham, Ishak dan
Yakub); mengenal kisah kelahiran Tuhan Yesus dan tiga orang
Majus, serta mengenal masa kanak-kanak Yesus yang menetap di Nasaret,
dipersembahkan di Bait Allah dan diketemukan di Bait Allah. |
Gereja |
Peserta didik mampu
mengungkapkan iman dalam hidup sehari-hari, dengan cara membuat tanda
salib, berdoa Bapa Kami, berdoa salam Maria dan doa
Kemuliaan. Peserta didik mampu mewujudkan
imannya dengan melaksanakan perintah Allah, berjuang melawan
godaan serta membiasakan diri berdoa pujian, syukur dan permohonan. |
Masyarakat |
Peserta didik mewujudkan
imannya di tengah masyarakat melalui kebiasaan hidup rukun dengan
tetangga serta mengembangkan kebiasaan bergotong royong merawat
lingkungan. |
2. Fase B
(Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A)
Pada akhir
Fase B, peserta didik mengenal dirinya sebagai bagian dari keluarga,
sekolah, dan lingkungan di sekitarnya (baik fisik maupun non fisik),
mampu mensyukuri dirinya sebagai ciptaan Tuhan, melalui kebiasaan doa
sebagai anggota Gereja, serta terpanggil untuk mengembangkan kemampuan
yang dimiliki (seperti menyampaikan pendapat, bermusyawarah, dll)
dan mewujudkan imannya dengan cara melakukan perbuatan baik, membangun
semangat persatuan, sesuai dengan teladan Yesus dan tokoh-tokoh Kitab
Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Pribadi Peserta Didik |
Peserta didik mampu mengenal
diri sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang dan mampu
melakukan kebaikan. Peserta didik mampu mengenal
diri sebagai pribadi yang unik, sehingga memunculkan rasa syukur
dan mau mengembangkan keunikan dirinya bersama orang lain atau
lingkungannya. |
- 37
-
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Yesus Kristus |
Peserta
didik mengenal Allah yang menyelamatkan manusia sebagaimana tercermin
pada tokoh Perjanjian Lama (Kisah Yusuf, Kisah Musa dan Kisah Yosua);
dan di dalam diri Yesus yang dibaptis, Yesus yang memberi makan
lima ribu orang dan Yesus yang mengampuni. Peserta
didik memahami kisah-kisah suci dalam Perjanjian Lama (Sepuluh perintah
Allah sebagai pedoman hidup, Bangsa Israel memasuki tanah terjanji,
Allah memberkati para pemimpin Israel: Samuel, Saul dan Daud);
dan Perjanjian Baru (kisah Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui
Perumpamaan dan mukjizat-Nya). |
Gereja |
Peserta didik mengenal
sakramen-sakramen dalam Gereja (sakramen baptis, sakramen ekaristi
dan sakramen tobat). Peserta didik mampu
mengungkapkan doa syukur, doa pribadi, doa bersama, serta
mewujudkan semuanya itu melalui sikap dan tindakan dalam hidup
sehari-hari. |
Masyarakat |
Peserta didik mewujudkan
imannya di tengah masyarakat melalui kebiasaan menghormati
pemimpin masyarakat, menghargai tradisi masyarakat serta melestarikan
lingkungan alam. Peserta didik memiliki rasa
hormat kepada orang tua, menghormati hidup, dan menghormati milik
orang lain. |
3. Fase C
(Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A)
Pada akhir
Fase C, peserta didik memahami dirinya sebagai citra Allah, sebagai
laki-laki atau perempuan, dan mampu mensyukurinya dengan melibatkan diri
dalam kehidupan menggereja (melalui kebiasaan doa dan perayaan sakramen
Baptis, Ekaristi dan Tobat, sebagai tanda keselamatan Allah), dan
mewujudkan imannya dalam kehidupan bermasyarakat dengan menunjukkan rasa
bangga sebagai warga negara Indonesia dengan menjunjung tinggi hati
nurani, serta membangun semangat dialog antar agama dan kepercayaan,
sesuai dengan ajaran Gereja dan teladan Yesus Kristus.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Pribadi Peserta Didik |
Peserta didik mampu memahami
diri sebagai perempuan atau laki-laki sebagai citra Allah, yang
sederajat dan saling melengkapi. Peserta didik mampu memahami
hak dan kewajiban sebagai warga negara dan bangga sebagai bangsa
Indonesia, menyadari diri sebagai warga dunia, |
- 38
-
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
sehingga terdorong melakukan
kegiatan dialog antar umat beragama dan berkepercayaan. |
|
Yesus Kristus |
Peserta didik mengenal
tokoh-tokoh Perjanjian Lama (Daud sebagai pemimpin, Salomo yang
bijaksana dan Ester perempuan pemberani) dan tokoh Perjanjian
Baru (Maria dan Elisabet); meneladan Yesus yang taat kepada Allah,
Yesus yang mengajarkan pengampunan dan memanggil orang berdosa;
memahami Yesus yang menderita, wafat, dan bangkit, serta mengutus Roh
Kudus untuk menguatkan para rasul, dan semua orang yang
percaya. Peserta didik mengenal kisah
jatuh bangun Israel di bawah bimbingan nabi Elia, nabi Amos
pejuang keadilan, nabi Yesaya yang menubuatkan kedatangan juru
selamat, mengenal kisah Yesus yang mewartakan kerajaan Allah dengan
kata-kata, tindakan, dan seluruh pribadi-Nya. |
Gereja |
Peserta didik mewujudkan iman
dalam hidup sehari hari, dengan cara terlibat dalam hidup menggereja,
hidup bersama yang dijiwai Roh Kudus. Peserta didik memahami Gereja
yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik, serta persekutuan para
kudus. |
Masyarakat |
Peserta didik terlibat dalam
pelestarian lingkungan, dan mengembangkan sikap jujur. Peserta didik dapat bertindak
menurut hati nurani, menegakkan keadilan, dan mewujudkan semuanya
ini dalam hidupnya sehari-hari sebagai orang beriman kristiani. |
4. Fase D
(Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP/Program Paket B)
Pada akhir
Fase D, peserta didik menyadari dan mensyukuri diri sebagai citra Allah,
sebagai laki-laki atau perempuan, yang memiliki kemampuan dan
keterbatasan, untuk mengembangkan diri melalui peran keluarga, sekolah,
teman, masyarakat dan Gereja dengan meneladani pribadi Yesus Kristus,
sehingga terpanggil untuk mengungkapkan imannya dalam kehidupan
menggereja (melalui kebiasaan doa, perayaan sakramen dan terlibat secara
aktif di dalam kehidupan menggereja); serta mewujudkan imannya
dalam hidup bermasyarakat (melaksanakan hak dan kewajiban, bersikap
toleran, dan menghormati martabat manusia).
- 39
-
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Pribadi Peserta Didik |
Peserta didik mampu memahami
manusia sebagai citra Allah yang unik, dan sederajat, baik
sebagai perempuan ataupun laki-laki, yang memiliki kemampuan dan
keterbatasan, sehingga bangga dan bersyukur. Peserta didik menyadari
dirinya yang tumbuh dan berkembang berkat peran keluarga, teman,
sekolah dan Gereja. |
Yesus Kristus |
Peserta didik mengenal dan
memahami pribadi Yesus yang berbelas kasih dan pengampun sehingga
mampu membangun relasi dengan-Nya. Peserta didik mampu memahami
pribadi dan karya Yesus sebagai pemenuhan janji Allah, yang mewartakan
Kerajaan Allah melalui sabda, tindakan, dan mukjizat-Nya; yang
memanggil dan mengutus para murid-Nya, mengalami sengsara, wafat
dan kebangkitan serta naik ke surga, selanjutnya mengutus Roh
Kudus yang memberi daya dan kekuatan bagi para murid. |
Gereja |
Peserta didik memahami Gereja
sebagai komunitas yang hidup, yang melakukan berbagai karya, dan
menjadi tanda dan sarana keselamatan serta mewujudkan sakramen
keselamatan, melalui sakramen Inisiasi dan Sakramen Penyembuhan.
Pada akhirnya Peserta didik dapat mewujudkan dalam hidupnya sehari-hari
sebagai murid-murid Yesus dan anggota Gereja. Peserta didik mampu memahami
makna Sakramen Perkawinan, Sakramen Tahbisan, dan membangun masa
depan. |
Masyarakat |
Peserta didik mewujudkan
imannya melalui upaya membangun kehidupan bersama berlandaskan
pada Kebebasan sebagai Anak-anak Allah dan Sabda Bahagia. Peserta didik mengimani Allah
sebagai sumber keselamatan yang sejati dan menanggapinya dalam
kebersamaan dengan jemaat serta meneladan Maria; beriman di tengah
masyarakat dengan mewujudkan hak dan kewajiban sebagai anggota Gereja
dan masyarakat, menghargai keluhuran martabat manusia dengan
mengembangkan budaya kehidupan, mengembangkan
keadilan dan kejujuran, bersahabat dengan alam; beriman dengan
membangun persaudaraan dengan semua orang berdasar sikap Gereja Katolik
terhadap agama dan kepercayaan lain sehingga
dapat membangun kebersamaan. Akhirnya peserta didik dapat mewujudkan
makna iman dalam perilaku hidupnya |
- 40
-
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
sehari-hari, karena iman tanpa
perbuatan adalah mati. |
5. Fase E
(Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C)
Pada akhir
Fase E, peserta didik memahami dirinya sebagai pibadi yang unik, sebagai
laki-laki dan perempuan yang memiliki kesetaraan sebagai Citra Allah;
yang memiliki suara hati, sehingga mampu bersikap kritis dan bertanggung
jawab terhadap pengaruh media massa, ideologi dan gaya hidup yang
berkembang saat ini; memahami Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium
sebagai sumber untuk mengenal pribadi Yesus dan karya-Nya; memahami
peran Roh Kudus dan Allah Tri Tunggal; meneladan Yesus sebagai idola,
sahabat sejati, Putera Allah dan Juru selamat serta membangun hidup yang
berpolakan pribadi Yesus Kristus dalam mewujudkan imannya di tengah
masyarakat.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Pribadi Peserta Didik |
Peserta didik mampu memahami
dirinya sebagai pibadi yang unik, setara antara laki-laki dan
perempuan, serta memiliki kean sebagai Citra Allah; memiliki suara hati
sehingga mampu bersikap kritis dan bertanggung jawab terhadap pengaruh
media massa, ideologi dan gaya hidup yang berkembang saat
ini. |
Yesus Kristus |
Peserta didik memahami Kitab
Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tradisi Suci dan
Magisterium sebagai sumber untuk mengenal pribadi Yesus dan
karya-Nya yang mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah, sengsara,
wafat, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga; memahami peran
Roh Kudus dan Allah Tri Tunggal. Pada akhirnya peserta didik
mampu meneladan Yesus sebagai idola, sahabat sejati, Putera Allah dan
Juru selamat serta membangun hidup yang berpolakan pribadi Yesus
Kristus sebagai perwujudan imannya di tengah masyarakat. |
Gereja |
- |
Masyarakat |
- |
- 41
-
6. Fase F
(Umumnya untuk kelas X dan XII SMA/Program Paket C)
Pada akhir
Fase F, peserta didik memahami arti, makna, dan sifat Gereja; karya
pastoral Gereja; peran hierarki dan awam; ajaran sosial dan Hak Asasi
Manusia; mengembangkan budaya kasih, menghormati kehidupan; memahami
makna panggilan hidup, nilai
nilai
penting dalam masyarakat, menghargai keberagaman, membangun dialog dan
kerjasama; mewujudkan sifat serta karya pastoral Gereja di dalam
kehidupan sehari-hari di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Pribadi Peserta Didik |
Peserta didik mampu memahami
makna panggilan hidup (berkeluarga, membiara, karya/profesi). |
Yesus Kristus |
- |
Gereja |
Peserta didik mampu memahami
arti dan makna Gereja, sifat Gereja (Satu, Kudus, Katolik,
Apostolik), peran hierarki dan awam dalam Gereja, karya pastoral
Gereja (Liturgia, Kerygma, Martyria, Koinonia, Diakonia). |
Masyarakat |
Peserta didik mampu memahami
hubungan Gereja dan dunia, Ajaran Sosial Gereja, Hak Asasi
Manusia dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja; mengembangkan
budaya kasih, menyadari hidup itu milik Allah (contoh kasus moral
aktual: aborsi, bunuh diri, euthanasia dan hukuman mati), memilih
gaya hidup sehat (bebas dari HIV/AIDS dan obat terlarang). Pada
akhirnya peserta didik dapat mengambil bagian dalam mewujudkan
sifat-sifat dan karya pastoral Gereja dalam hidupnya serta menjadi agen
dalam pengembangan moral hidup kristiani dalam
masyarakat. Peserta didik mampu
memperjuangkan nilai-nilai penting dalam masyarakat yang bermartabat
seturut ajaran Yesus; menghargai keberagaman dalam masyarakat
sebagai anugerah Allah, membangun dialog dan kerja sama antar umat
beragama dan berkepercayaan serta berperan dalam pembangunan
bangsa Indonesia, sebagai perwujudan imannya dalam hidup sehari-hari di
tengah keluarga, Gereja dan masyarakat. |
- 42
-
I.4.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI
A. Rasional
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang sangat cepat menumbuhkan
budaya-budaya baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perkembangan
yang pesat tersebut menimbulkan perubahan pada perilaku yang dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Pendidikan agama merupakan
pendidikan yang berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang unggul
dan mempunyai moralitas yang mulia. Pendidikan Agama Hindu memiliki
berbagai konsep yang dapat memberikan kendali atau kontrol pada umatnya
untuk mengendalikan diri dari pengaruh negatif pada perkembangan
zaman.
Kehidupan
sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma Negara dan Dharma
Agama, yang telah tertuang dalam pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia Pusat, tersurat dan tersirat baik secara langsung maupun tidak
langsung, mendukung keutuhan NKRI, diantaranya:
1. Agama
Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan antara manusia
dengan Sang Hyang Widhi, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan alam lingkungan;
2.
Agama Hindu selalu menanamkan pada setiap umat tentang ajaran tri kaya
parisudha (berpikir baik, berkata baik, dan berbuat
baik).
Selain itu
banyak konsepsi ajaran Hindu yang terkait nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, cinta tanah air, musyawarah, dan keadilan sosial seperti: sraddha
dan bhakti, tat twam asi, wasudhaiwa kutumbakam,
asah-asih-asuh, dan seterusnya yang berkaitan dengan kearifan lokal
Hindu di Nusantara.
Kurikulum
rumpun Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti berfokus pada:
1.
Pertama, Kitab Suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu yang
menekankan kepada pemahaman nilai-nilai kebenaran (satyam),
kesucian (siwam) dan keindahan (sundaram);
- 43
-
2.
Kedua, Sraddha dan Bhakti yang terkait dengan aspek
keimanan dan ketaqwaan terhadap Hyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa
sebagai sumber ciptaan alam semesta beserta isinya;
3.
Ketiga, Susila yang merupakan konsepsi tentang akhlak mulia dalam
ajaran agama Hindu yang menekankan pada penguasaan etika dan moral yang
baik sehingga tercipta insan-insan Hindu yang sādhu (bijaksana),
siddha (kerja keras), śuddha (bersih), dan siddhi (cerdas);
4.
Keempat, Acara yang merupakan implementasi dari Weda yang
merupakan praktik keagamaan (ibadah) dalam agama Hindu sesuai dengan
kearifan lokal Hindu di nusantara;
5.
Kelima, Sejarah Agama Hindu yang menekankan kepada sejarah perkembangan
agama dan kebudayaan Hindu di lokal, nasional, dan
internasional.
Kecakapan
yang diharapkan adalah peserta didik mampu mengenal, mengetahui,
memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran agama Hindu dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara
yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dalam rangka membangun hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan
alam. Kecakapan ini diharapkan dapat menciptakan kerukunan intern
beragama, antar umat beragama, dan kerukunan secara luas dalam bingkai
kebangsaan serta tumbuhnya sikap toleransi terhadap suku, agama, ras, dan
antar-golongan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
B.Tujuan
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Tujuan dari
pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
adalah agar peserta didik mampu:
1. Menjiwai
dan menghayati nilai-nilai universal pesan moralitas yang terkandung
dalam Weda;
2.
Menunjukkan sikap dan perilaku yang dilandasi sraddha dan bhakti
(beriman dan bertaqwa), menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas
diri antara lain: percaya diri, rasa ingin tahu, santun, disiplin, jujur,
mandiri, peduli, toleransi, bersahabat, dan bertanggung jawab dalam hidup
bermasyarakat,
- 44
-
serta
mencerminkan pribadi yang berbudi pekerti luhur dan cinta tanah
air;
3.
Menumbuhkan sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya (jujur),
ahimsa (tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi), rajin,
bertanggungjawab, tekun, mandiri, mampu bekerjasama, gotong royong dengan
lingkungan sosial dan alam;
4.
Memahami Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti (tattwa dan
keimanan), Susila (etika), Acara dan Sejarah Agama Hindu secara
faktual, konseptual, substansial, prosedural dan meta kognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang berwawasan ketuhanan,
kemanusiaan, kebangsaan, permusyawaratan, dan keadilan sesuai dengan
perkembangan peradaban dunia;
5. Berpikir
dan bertindak efektif secara sekala (konkret) dan niskala (abstrak)
melalui puja bhakti (sembahyang, japa, dan doa), chanda (dharmagita,
nyanyian Tuhan, kidung, tembang, suluk, kandayu, bhajan,
dan sejenisnya), meditasi, upacara-upakara, tirthayatra (perjalanan
suci), yoga, dharma wacana, dan dharma tula;
6.
Berperan aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat
berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Hindu di Nusantara serta membangun
masyarakat yang damai dan inklusif dengan menunjung tinggi nilai-nilai
toleransi, gotong royong, berkeadilan sosial, berorientasi pada
pembangunan berkelanjutan, dan memenuhi kewajiban sebagai warganegara
untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan
harmonis.
C.Karakteristik
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Karakteristik
mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah:
1. Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diorganisasikan dalam 5
elemen (strand) kecakapan dan konten.
2.
Elemen kecakapan yang ada dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti terdiri dari: empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis,
kreatif, dan kolaborasi.
- 45 -
No. |
Elemen Kecakapan |
Deksripsi Elemen Kecakapan |
1 |
Empati |
Empati adalah kepedulian
terhadap diri sendiri, lingkungan dan situasi di mana dia berada.
Hal ini diwujudkan dengan sikap saling menghormati dan menghargai
orang lain serta alam di mana dia berada sehingga tercipta rasa
kesetiakawanan tanpa batas dengan menunjung tinggi prinsip tat
twam asi dan wasudhaiwa kutumbakam |
2 |
Komunikasi |
Komunikasi merupakan interaksi
baik verbal maupun non-verbal untuk menunjang hubungan baik
personal, antar personal maupun intra personal. Hal ini
ditunjukkan dengan pembelajaran agama Hindu yang berorientasi
pada ajaran Tri Hita Karana (jalinan hubungan antara
manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam) dengan mengemban
prinsip tri kaya parisudha (berpikir, berkata dan berbuat yang
baik) |
3 |
Refleksi |
Refleksi adalah melihat
kenyataan sebagai bagian dari upaya pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan diri, kepekaan sosial dalam kaitannya
dengan kemampuan personal. Hal ini tampak pada pembelajaran agama
Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menjadi orang yang mulat
sarira (introspeksi diri) dengan menasehati dirinya sendiri (dama)
untuk kebaikan dan kualitas diri dalam kehidupan sehingga bisa
mengatasi permasalahan hidup |
4 |
Berpikir kritis |
Berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir secara logis (nyaya), reflektif (dhyana),
sistematis (kramika) dan produktif (saphala) yang
diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan
keputusan yang baik. Hal ini diwujudkan pada pembelajaran agama
Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menganalisis sesuatu
dalam situasi dan kondisi apa pun guna mencapai kebenaran baik
dalam lingkup diri sendiri, orang lain dan masyakarakat luas
sebagai bentuk penerapan nilai-nilai prasada atau berpikir dan
berhati suci serta tanpa pamrih. |
- 46
-
No. |
Elemen Kecakapan |
Deksripsi Elemen Kecakapan |
5 |
Kreatif |
Kreatif artinya dapat
mengkreasikan atau memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Hal ini diwujudkan dalam pembelajaran Agama Hindu yang
mengarahkan peserta didik untuk berkreasi dan mengupayakan agar nilai nilai Agama Hindu dapat
dipahami secara fleksibel sesuai kearifan lokal Hindu di
Nusantara berdasarkan prinsip desa, kala, dan patra (tempat,
waktu, dan kondisi). |
6 |
Kolaborasi |
Kolaborasi merupakan suatu
bentuk proses sosial, di mana didalamnya terdapat aktivitas
tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan
saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Hal ini
tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta
didik untuk dapat hidup berdampingan satu dengan yang lain,
saling bekerjasama dan bergotong royong |
3.
Elemen konten dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Pekerti terdiri dari: Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti, Susila,
Acara, dan Sejarah. Adapun penjelasan dari masing-masing elemen
konten ini sebagai berikut.
No. |
Elemen Konten |
Deksripsi Elemen Konten |
1 |
Kitab Suci Weda (Sebagai
Sumber Ajaran Hindu) |
Kitab Suci Weda adalah
sumber ajaran agama Hindu yang berasal dari wahyu Tuhan (Hyang
Widhi Wasa). Kitab Suci Weda ini bersifat sanatana dan nutana
dharma (abadi dan fleksibel sesuai kearifan lokal yang ada), apauruseya
(bukan karangan manusia), dan anadi ananta (tidak
berawal dan tidak berakhir). Secara umum kodifikasi Kitab Suci
Weda oleh Maharsi Wyasa terdiri dari 2 bagian utama yaitu: a. Weda Sruti Weda Sruti adalah wahyu
yang didengarkan secara langsung oleh para maharsi. Weda Sruti
terbagi menjadi: Rg Weda, Yajur Weda, Sama Weda, dan Atharwa
Weda, yang |
- 47 -
No. |
Elemen Konten |
Deksripsi Elemen Konten |
masing-masing memiliki
kitab Mantra, Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad; b. Weda Smerti Weda Smerti adalah Weda
yang berdasarkan ingatan Maharsi dan tafsir atau penjelasan dari Weda
Sruti. Weda Smerti terdiri dari: Wedangga (Siksa,
Nirukta, Jyotisa, Chanda, Wyakarana, dan Kalpa) dan Upaweda
(Arthasastra, Ayurweda, Gandharwaweda, Dhanurweda), dan
Nibanda. Peserta didik diharapkan dapat memahami dan
menghayati alur sejarah kitab suci Weda, pembagiannya, pemahaman
dari masing-masing kitab Suci Weda serta menerapkan nilai-nilai
ajaran Weda dalam kehidupan sehari-hari. |
||
2 |
Sraddha dan Bhakti,
(Sebagai pokok keimanan dan ketaqwaan Hindu) |
Sraddha dan Bhakti adalah
pokok keimanan Hindu yang berisi ajaran tattwa atau ajaran
kebenaran untuk meyakinkan umat Hindu agar memiliki rasa bhakti.
Dalam berbagai teks Jawa Kuna dan bahasa daerah di Nusantara,
istilah tattwa menunjuk pada prinsip-prinsip kebenaran
tertinggi. Tattwa agama Hindu di Indonesia merupakan hasil
konstruksi dari ajaran filosofis yang terkandung dalam kitab Suci
Weda. Peserta didik dalam proses pembelajaran diharapkan
dapat: meyakini ajaran Panca Sraddha untuk menumbuhkan rasa
bhakti serta mengamalkan nilai-nilai kebenaran, kesucian
dan keharmonisan dalam masyarakat lokal, nasional, dan
internasional. |
3 |
Susila (Sebagai Konsepsi
dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) |
Susila adalah ajaran etika
dan moralitas dalam kehidupan untuk kesejahteraan dalam
tatanan masyarakat lokal, nasional, dan internasional. Peserta
didik mampu menerapkan nilai-nilai Susila berdasarkan wiweka,
prinsip tri hita karana, tri kaya parisudha, tat
twam asi, dan wasudaiwa kutumbhakam. |
- 48 -
No. |
Elemen Konten |
Deksripsi Elemen Konten |
Selain itu, peserta didik
peka terhadap persoalan-persoalan sosial yang berkembang di
bermasyarakat dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan yang
berkelanjutan |
||
4 |
Acara
(Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) |
Acara merupakan praktik
keagamaan Hindu yang diterapkan dalam bentuk pelaksanaan yajna
atau korban suci sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara.
Peserta didik dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai acara
agama dalam berbagai bentuk aktifitas keagamaan Hindu sesuai
kearifan lokal dan budaya setempat antara lain berupa ritual dan
seni yang harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya
bangsa. |
5 |
Sejarah Agama Hindu |
Sejarah adalah kajian tertulis
tentang peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Peserta didik mampu mengenal, mengetahui, memahami dan
menganalisis tokoh dan peristiwa pada masa lampau yang terkait
dengan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu. Selanjutnya
peserta didik mampu meneladani nilai-nilai ketokohan Hindu yang
relevan dengan kehidupan masyarakat lokal, nasional, dan
internasional. Pembelajaran sejarah agama Hindu diharapkan dapat
membentuk jati diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa
Indonesia yang menjujung tinggi nilai luhur budaya local, nasional,
dan internasional untuk mempererat jalinan persaudaraan,
persatuan dan kesatuan bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras,
dan antargolongan. |
- 49
-
D.Capaian
Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Pekerti
1. Fase A
(Umumnya Kelas I dan II SD/Program Paket A)
Pada akhir
Fase A, peserta didik meneladani tokoh yang ada dalam Ramayana dan
Mahabharata. Dan membiasakan berdoa dan bersembahyang dan mengenal
ciptaan Hyang Widhi Wasa. Selain itu, mampu mengenal ajaran tri kaya
parisudha dan perilaku orang suci dalam kehidupan serta mengenal
sarana persembahyangan.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sraddha dan Bhakti |
Peserta didik mengenal aspek
Keyakinan dan Ketuhanan ini peserta didik dapat mengenal ciptaan
Hyang Widhi Wasa. |
Susila |
Peserta didik dapat mengenal
nilai-nilai tri kaya parisudha dan perilaku orang suci di
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal. |
Acara |
Peserta didik mengenal bentuk
korban suci yang ada dalam Hindu. Dalam hal ini peserta didik
mampu mengembangkan keingintahuan tentang korban suci yang biasa
dilakukan di lingkungan keluarga. |
Kitab suci Weda |
peserta didik dapat mengenal
dan menunjukan karakter tokoh pada cerita Ramayana dan
Mahabharata yang sering dijumpai di lingungan keluarga dan sekolah. |
Sejarah |
Peserta didik mampu mengenal
kerajan Hindu di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
nama tokoh dan kerajaan bercorak Hindu di Nusantara. |
2. Fase B
(Umumnya Kelas III dan IV SD/Program Paket A)
Pada akhir
Fase B peserta didik mampu mengetahui nilai-nilai dalam kitab Ramayana
dan Purana yang berwawasan kearifan lokal. Selanjutnya mengenal aspek panca
sraddha dengan memahami ajaran Tri Murti sebagai perwujudan Hyang
Widhi Wasa sekaligus menunjukan kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai cadhu
śakti. Selain itu pada aspek susila peserta didik memahami sad
ripu
sebagai
perilaku yang harus dihindari, memahami ajaran subha dan asubha
karma. Hal lain terkait dengan penghormatan terhadap
- 50
-
bentuk
tempat suci Agama Hindu yang ada di seluruh Indonesia sebagai bentuk
penghayatan nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu juga dapat mengambil
keteladanan dari tokoh yang ada dalam sejarah Hindu.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sraddha dan Bhakti |
Peserta didik mampu
menunjukan kemahakuasaan Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta alam
semesta pada aspek trimurti dan caduśakti. |
Susila |
Peserta didik mampu memahami
baik tri parartha dan subha asubha karma serta sifat wiweka (membedakan
baik dan buruk), sehingga mampu menentukan aspek susila dalam
ajaran Hindu untuk keselamatan diri dan lingkungan tempat tinggal. |
Acara |
Peserta didik dapat mengenal
hari suci dan tempat suci sebagai dasar pelaksanaan panca
yājña yang merupakan bagian integral dari pelaksanaan kehidupan
sosial agama Hindu |
Kitab suci Weda |
Peserta didik dapat mengenal
mitologi Hindu dalam Purana dan nilai-nilai dalam Ramayana. |
Sejarah |
Peserta didik mampu
menceritakan kembali latar tokoh pada kerajaan tersebut dan
meneladaninya dalam kehidupan baik di keluarga, sekolah dan lingkungan
tempat tinggal. |
3. Fase C
(Umumnya Kelas V dan VI SD/Program Paket A)
Pada akhir
Fase C, peserta didik dapat memahami kitab suci Weda. Selain itu,
mengetahui alam semesta beserta dengan isinya serta huku keadilan
tertinggi di alam semesta. Kemudian, peserta didik memahami ajaran catur
guru dan catur asrama sebagai aspek susila dalam kehidupan.
Selain itu, dapat memahami panca yājña dalam kehidupan dan aspek
sejarah perkembangan Hindu di Indonesia.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sraddha dan Bhakti |
Peserta didik memahami konsep
ketuhanan dalam bentuk unsur panca mahabhuta dan hukum
sebab akibat. Hal ini juga dapat diaktualisaiskan dalam kehidupan. Hal
ini |
- 51
-
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
dilakukan untuk melatih
dirinya untuk memahami akan kecintaanya kepada Hyang Widhi dan
menerapkanya dalam kehidupan keluarga, sekolah. |
|
Susila |
Peserta didik dapat
menjabarkan Hindu pada aspek catur asrama dan catur guru dalam
ajaran etika Hindu dengan isu yang teraktual untuk lebih memahami
moralitas dalam bingkai sosial dan kenegaraan. |
Acara |
Peserta didik dapat mengetahui
korban suci atau lebih dikenal dengan panca yājña dan manggalaning
yājña sebagai bagian integral dari pelaksanaan kehidupan sosial
agama Hindu |
Kitab suci Weda |
Peserta didik dapat Mengetahui
nilai-nilai dalam Mahabharata dan subbagian dari Weda Sruti dan
Smrti sebagai pedoman dalam penerapan agama kaitannya dengan
IPTEKS untuk menyelaraskan dharma agama dan dharma
negara. |
Sejarah |
Peserta didik dapat mengetahui
sejarah Hindu di Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan.
Peserta didik dapat menjabarkan dinamika yang terjadi dalam
perkembangannya. Hal ini dilakukan Sebagai pedoman dalam kehidupan,
menghargai sejarah dan pelestarian agama dan budaya. |
4. Fase D
(Umumnya Kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B)
Pada akhir
Fase D, peserta didik dapat menguraikan upaweda, wedangga dan jyotisa
dalam kerangka pemahaman umat Hindu pada kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya peserta didik memahami konsep atman serta
kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai asta aiswarya yang berkaitan
dengan jalan menuju Hyang Widhi. Kemudian, peserta didik dalam aspek
susila mampu memahami konsep tri hita karana, catur purusartha,
panca yama, dan nyama bratha untuk membentuk karakter dalam
rangka pembentukan jati diri. Selain itu, peserta didik mampu memahami
sejarah perkembangan Agama Hindu di Asia, yang dalam penjabarannya
memuat tentang ajaran Weda, kepemimpinan, ritual keagamaan (yājña).
Dan peserta didik juga mampu memahami budaya hidup
- 52
-
sehat dari
sudut pandang kitab suci Weda serta dharma gita sesuai dengan
kearifan lokal.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sraddha dan Bhakti |
Peserta didik dapat,
menerapkan dan mengaplikasikan asta asiwarya dan catur
marga dalam kehidupan sosial keagamaan. Hal ini dilakukan untuk
melatih dirinya untuk memahami akan kecintaanya kepada Hyang
Widhi Wasa dan menerapkanya dalam kehidupan keluarga, sekolah,
masyarakat. |
Susila |
Peserta didik dapat
menerapkan, menilai dari tri hita karana, catur purusartha dan panca
yama dan nyama sebagai aplikasi nilai-nilai susila untuk
diterapkan dalam kehidupan untuk keseimbangan manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam agar
terbentuk pribadi yang unggul. |
Acara |
Peserta didik dapat
menganalisis dan mengidentifikasi bentuk kearifan lokal kaitannya
dengan nilai-nilai budaya bangsa dan kebangsaan. Hal ini dilakukan
untuk melestarikan budaya daerah dan penerapan nilai keagamaan
Hindu di Nusantara. |
Kitab suci Weda |
Peserta didik dapat
menganalisis kitab suci Hindu bagian upaweda, wedangga dan
jyotisa dengan penerapan tri kerangka Hindu (tattwa, susila dan
acara) sebagai pedoman kehidupan pada lingkup keluarga. |
Sejarah |
Peserta didik dapat
menganalisis kontribusi sejarah Hindu dalam perkembangan
kekinian. Peserta didik dapat menjadikan sejarah sebagai sumber
pembelajaran positif pada kehidupan kekinian dan berupaya
melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan Hindu di
Indonesia. |
5. Fase E (Umumnya Kelas X
SMA/Program Paket C)
Pada akhir
Fase E, peserta didik mampu menganalisis ajaran dharmasastra dalam
kehidupan, punarbhawa untuk memperbaiki kualitas diri.
Selanjutnya, peserta didik mampu menganalisa hakekat yājña yang terkandung
dalam Ramayana. Selain itu, pada aspek susila peserta didik mampu
memahami ajaran catur warna.
- 53
-
Kemudian,
serta memahami sejarah perkembangan kebudayaan peninggalan Hindu di
Asia.
Fase E Berdasarkan elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sraddha dan Bhakti |
Peserta didik dapat menerapkan
prinsip prinsip ajaran punarbhawa sebagai aspek untuk memperbaiki
kualitas diri. Hal ini dilakukan untuk melatih dirinya untuk
memahami akan kecintaanya kepada Hyang Widhi dan menerapkanya dalam
kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara. |
Susila |
Peserta didik dapat
menerapkan, menilai dan menciptakan dari nilai-nilai susila Hindu
tentang catur warna untuk diterapkan dalam kehidupan untuk
keseimbangan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan
manusia dengan alam agar terbentuk pribadi yang unggul. |
Acara |
Peserta didik dapat
menganalisis, mengidentifikasi dan membuat kreatifitas yajna dalam
Ramayana dan bentuk kearifan lokal kaitannya dengan nilai-nilai
budaya bangsa dan kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk
melestarikan budaya daerah dan penerapan nilai keagamaan Hindu di
Nusantara. Serta mewujudkan tri kerukunan umat beragama agar
tercipta kehidupan harmonis. |
Kitab suci Weda |
Peserta didik dapat
menerapkan, menganalisis menilai kitab suci Hindu bagian
dharmasastra sebagai sumber hukum Hindu dengan penerapan tri
kerangka Hindu (tattwa, susila dan acara) sebagai pedoman
kehidupan pada lingkup masyarakat. |
Sejarah |
Peserta didik dapat
menganalisis, mengkreasikan serta kontribusi sejarah Hindu dalam
perkembangan kekinian. Peserta didik dapat menjadikan sejarah
sebagai sumber pembelajaran positif pada kehidupan kekinian dan
berupaya melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan Hindu di
Asia. |
- 54
-
6. Fase F
(Umumnya Kelas XI dan XII SMA/Program Paket C)
Pada akhir
Fase F, peserta didik mampu menganalisis ajaran upanisad, dharsana.
Mokṣa sebagai
tujuan akhir menurut agama Hindu, ajaran Yogacara dalam Hindu.
Selanjutnya, peserta didik mampu menganalisa hakekat yājña yang
terkandung dalam Mahabharata. Selain itu, pada aspek susila peserta didik
mampu memahami ajaran triguna serta pilar keluarga Sukhinah menuju
keluarga yang rukun, bahagia, sejahtera, dan damai. Kemudian, serta
memahami sejarah perkembangan kebudayaan peninggalan Hindu di
dunia.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sraddha dan Bhakti |
Peserta didik dapat menalar,
menganalisis tentang darsana dan mokṣa. Hal ini dilakukan
untuk melatih dirinya untuk memahami akan kecintaanya kepada
Hyang Widhi Wasa dan menerapkan dalam kehidupan keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara serta warga global. |
Susila |
Peserta didik dapat
menerapkan, menilai dan menciptakan dari nilai-nilai susila Hindu
pada lingkup keluarga sukinah dan triguna untuk diterapkan
dalam kehidupan untuk keseimbangan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia dan manusia dengan alam agar terbentuk pribadi
yang unggul. |
Acara |
Peserta didik dapat
menganalisis, mengidentifikasi dan membuat kreatifitas bentuk
yajna dalam Mahabharata dan yogacara sesuai dengan kearifan
lokal kaitannya dengan nilai-nilai budaya bangsa dan kebangsaan.
Hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya daerah dan penerapan
nilai keagamaan Hindu di Nusantara. Serta mewujudkan tri kerukunan umat
beragama agar tercipta kehidupan harmonis. |
Kitab suci Weda |
Peserta didik dapat
menerapkan, menganalisis menilai kitab suci Hindu bagian upanisad
dan kodifikasi Weda dalam Hindu dengan penerapan tri kerangka
Hindu (tattwa, susila dan acara) sebagai pedoman
kehidupan pada lingkup berbangsa. |
- 55 -
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sejarah |
Peserta didik dapat
menganalisis, mengkreasikan serta kontribusi sejarah Hindu dalam
perkembangan kekinian. Peserta didik dapat menjadikan sejarah
sebagai sumber pembelajaran positif pada kehidupan kekinian dan
berupaya melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan Hindu di
Dunia. |
- 56
-
I.5.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI
A.
Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan
Agama Buddha dan Budi Pekerti membentuk peserta didik menjadi Pelajar
Pancasila yang memiliki pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan
kepribadian yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global berlandaskan
pada nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara.
Muatan materi belajar dari agama merupakan nilai-nilai agama Buddha yang
terintegrasi dalam ajaran moralitas, meditasi, serta kebijaksanaan, yang
diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara. Pendidikan Agama
Buddha dan Budi Pekerti secara holistik menginternalisasi peserta
didik dengan nilai-nilai agama Buddha diselaraskan dengan
nilai-nilai Pancasila dasar negara melalui pembelajaran nilai,
pembelajaran berpusat pada siswa, teladan, dan pembiasaan. Belajar dari
agama Buddha akan membentuk mental peserta didik dengan kesadaran
dapat mengamalkan cara hidup, dalam keterhubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa dan Tiratana, diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa
yang majemuk, makhluk lain, dan lingkungan alam. Pendidikan Agama Buddha
dan Budi Pekerti membantu peserta didik menumbuhkembangkan karakter, dan
potensi diri dengan menyelami empat pengembangan holistik sebagai entitas
Pendidikan Agama Buddha yang mencakup pengembangan fisik,
pengembangan moral atau sosial, pengembangan mental, serta
pengembangan pengetahuan atau kebijaksanaan.
B.Tujuan
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Buddha
dan Budi Pekerti bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam menerima dan menghayati nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai
Pancasila dasar negara yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Secara khusus, melalui Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, peserta didik
diharapkan dapat:
- 57
-
1.
Mengembangkan rasa ingin tahu terhadap nilai-nilai agama Buddha yang
selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai fondasi moral
sehingga dapat memengaruhi cara hidup sebagai individu, anggota
masyarakat yang majemuk, warga negara, dan bagian alam semesta;
2.
Memiliki kesadaran untuk mengembangkan pribadi, menjaga moralitas,
meditasi, dan kebijaksanaan selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar
negara dalam kehidupan nyata, sebagai perwujudan keyakinan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan Tiratana, mencintai diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan negaranya;
3.
Mengembangkan keterampilan belajar inovasi, berpikir kritis, kreatif, dan
mandiri sebagai individu, anggota masyarakat, bagian alam semesta, dan
warga negara yang baik berdasarkan nilai-nilai agama Buddha;
4.
Menghormati, menghargai, dan menjaga kemajemukan (kebinekaan) agama atau
kepercayaan dan kearifan lokal, serta gotong-royong dalam peningkatan
kualitas kehidupan manusia sebagai warga Indonesia dan warga dunia.
C.Karakteristik
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Pendidikan
Agama Buddha dan Budi Pekerti berorientasi untuk membentuk peserta didik
yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global berlandaskan nilai-nilai
agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila yang terintegrasi dalam ajaran
moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan. Menurut Grimmitt (2000) belajar
dari agama melibatkan peserta didik dalam mengevaluasi yang telah
mereka pelajari tentang agama, baik secara impersonal maupun
personal. Mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti diarahkan
untuk mempelajari konten Pendidikan Agama Buddha pada penerapan esensi
nilai, tidak hanya berada pada ranah pengetahuan keagamaan. Auto kritik
terhadap ajaran agama Buddha dimungkinkan terjadi, akan tetapi diarahkan
pada pengembangan kondisi batin sesuai dengan entitas Pendidikan Agama
Buddha dan Budi Pekerti.
- 58
-
Proses
pelaksanaan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti harus didukung oleh
pendidik dan lingkungan sosial yang membudayakan pengembangan
kebijaksanaan dan cinta kasih serta dilakukan melalui tiga tahapan
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti yang terintegrasi yaitu antara
mempelajari teori,
mempraktikkan
teori, dan memperoleh hasil dari mempraktikkan teori. Tiga tahapan
tersebut merupakan tahapan belajar dharma atau Buddhasasana yang dalam
proses Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dilakukan peserta didik
dengan: (1) belajar dari nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila
dasar negara melalui internalisasi nilai oleh pendidik dan lingkungan
dengan menerapkan pembelajaran nilai dan pembelajaran berpusat pada
siswa, melalui teladan, dan pembiasaan untuk mengamalkan nilai-nilai; (2)
praktik nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar
negara dengan menerima dan menghayatinya; dan (3) mencapai hasil
belajar nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara
yaitu menjadi Pelajar Pancasila yang berakhlak mulia dan
berkebinekaan global dengan memiliki empat pengembangan holistik
mencakup pengembangan fisik, pengembangan moral atau sosial,
pengembangan mental, dan pengembangan pengetahuan atau
kebijaksanaan.
Pengembangan
fisik adalah perilaku peserta didik yang dikembangkan dalam
keterhubungannya dengan lingkungan fisik dan lingkungan alam.
Pengembangan dilakukan menggunakan indra dan pikiran dengan penuh
kesadaran melalui kegiatan ritual, meditasi, maupun aktivitas fisik
lainnya untuk memperhatikan jasmani dan perilaku secara bijaksana dalam
keterhubungannya dengan lingkungan dan alam. Melalui pengembangan fisik,
peserta didik memiliki dasar keterampilan hidup dan perilaku yang
baik, menghayati kebenaran, mampu menghayati kehidupan secara
bijak, dan penuh perhatian terhadap aktivitas jasmani.
Pengembangan
moral atau sosial adalah perilaku baik yang dikembangkan dalam
keterhubungan peserta didik dengan lingkungan sosial yang berbeda, negara
dan bangsa yang majemuk, dan makhluk lain. Pengembangan moral dan sosial
merupakan perilaku yang berlandaskan ajaran moralitas dan disiplin
yang
- 59
-
tercermin
melalui ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, dan
kebijaksanaan sebagai bentuk keterampilan hidup di lingkungan
sosial.
Pengembangan
mental adalah kesadaran yang dikembangkan melalui usaha benar, perhatian,
dan meditasi, didukung kegiatan ritual, dan menghayati ajaran kebenaran.
Pengembangan mental menghasilkan konsentrasi, kesadaran, kesehatan
mental, kecerdasan emosional,
senang
belajar, dan kemauan meningkatkan kualitas diri maupun batin.
Pengembangan mental peserta didik tercermin melalui ucapan dan perilaku
yang berlandaskan pikiran cinta kasih, belas kasih, simpati, dan
keseimbangan batin. Perilaku peserta didik yang memiliki mental sehat
akan memiliki rasa terima kasih, murah hati, malu berbuat jahat, takut
akibat perbuatan jahat, bersikap hormat, lemah lembut, tidak serakah,
semangat, sabar, jujur, dan bahagia dalam keterhubungannya dengan diri
sendiri, lingkungan sosial, dan lingkungan alam.
Pengembangan
pengetahuan atau kebijaksanaan adalah pengembangan pengetahuan terhadap
nilai-nilai agama Buddha yang dikembangkan melalui pandangan benar dan
berdasarkan keyakinan yang bijaksana terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Tiratana, dan hukum kebenaran. Pengembangan pengetahuan dan
kebijaksanaan diarahkan pada kemampuan berpikir kritis dan berpikir benar
bagi peserta didik yang berfungsi untuk mengikis keserakahan,
kebencian, dan kebodohan batin. Pengembangan pengetahuan dan
kebijaksanaan tercermin dari pengalaman keagamaan peserta didik yang
mampu memaknai hidup, memaknai diri sendiri, mengontrol emosi, penuh
kesadaran, membedakan baik dan buruk, mampu berkomunikasi, serta mampu
mengelola dan memecahkan permasalahan dalam semua aspek kehidupan,
berlandaskan pengetahuan terhadap nilai-nilai agama Buddha serta
nilai-nilai Pancasila dasar negara.
Nilai-nilai
agama Buddha menjadi fondasi peserta didik untuk memiliki empat
pengembangan, sehingga menjadiv peserta didik yang berakhlak mulia dan
berkebinekaan global. Secara operasional, proses dan tahapan Pendidikan
Agama Buddha dan Budi Pekerti
- 60
-
untuk
membentuk peserta didik menjadi Pelajar Pancasila dicapai melalui tiga
elemen berikut.
Elemen |
Deskripsi |
Sejarah |
Elemen sejarah memuat sejarah
dan kisah sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai sejarah agama
Buddha, nilai nilai Pancasila dasar negara, nilai-nilai sejarah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Pengetahuan pada elemen sejarah bersumber dari kitab suci agama Buddha,
kitab komentar, kitab subkomentar, kronik, biografi, autobiografi, tinggalan
sejarah, tinggalan budaya, dan sumber sejarah lainnya. Sejarah dan
kisah agama Buddha mencakup sejarah penyiaran agama, sejarah
kitab suci agama Buddha, kisah kehidupan Buddha, kisah kehidupan
Bodhisattva, kisah kehidupan siswa utama, kisah kehidupan penyokong dan
pendukung agama Buddha, kisah kehidupan tokoh inspiratif Buddhis,
identitas agama Buddha, dan identitas diri sebagai bagian dari agama
Buddha. Nilai nilai sejarah Negara Kesatuan
Republik Indonesia mencakup nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai
musyawarah dalam pendirian bangsa, tokoh pendiri bangsa, serta
keterhubungannya dengan identitas diri sebagai bagian keluarga,
bagian lingkungan sosial, bagian lingkungan tempat tinggal di
wilayah NKRI, serta identitas diri yang terbentuk oleh budaya dan
bahasa sebagai bagian dari keragaman budaya bangsa. Nilai nilai dalam elemen sejarah
menjadi sumber internalisasi, sumber teladan, dan sumber kesadaran
peserta didik dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila dasar negara
serta dalam mengekspresikan emosi keagamaannya secara bijaksana.
Hasil belajar dari elemen sejarah tercermin melalui cara berpikir,
berucap, bersikap bijaksana sebagai bentuk pengembangan fisik, moral
dan sosial, mental, serta pengetahuan dan kebijaksanaan yang terbuka
terhadap kemajemukan dan keragaman budaya agama Buddha maupun
budaya bangsa. |
Ritual |
Elemen ritual merupakan sarana
internalisasi pengetahuan tentang keragaman dan nilai-nilai ritual dari
berbagai aliran atau tradisi dalam agama Buddha serta keragaman agama
dan kepercayaan di Indonesia. Pengetahuan keragaman dan nilai nilai ritual dalam agama
Buddha secara holistik menjadi landasan pengamalan nilai-nilai
Pancasila dasar negara, sarana memperkuat keyakinan, pengembangan
keterampilan keagamaan, dan pembentukan mental, kesadaran moral,
disiplin, serta sikap religius peserta didik. Pengalaman nyata elemen
ritual diwujudkan dalam kegiatan ibadah, hidup berkesadaran, upacara,
perayaan, ziarah, menggunakan peralatan ritual dan upacara, melibatkan
diri dalam menjalankan tradisi dalam aliran atau tradisi agama
Buddha. Kegiatan ritual dalam kegiatan sehari-hari merupakan
wujud akhlak mulia dilandasi keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha |
- 61 -
Elemen |
Deskripsi |
Esa dan Tiratana serta sebagai
bentuk ekspresi emosi dan pengamalan keagamaan peserta didik. Sikap
religius mendukung peserta didik dalam mengembangkan moralitas, meditasi,
dan kebijaksanaan dalam keterhubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan
Tiratana, diri sendiri, agamanya, lingkungan sosial, negara, dan
lingkungan alam. Elemen ritual yang berhubungan dengan keragaman ritual
atau tradisi dalam agama Buddha serta keragaman agama dan
kepercayaan di Indonesia merupakan sarana memperteguh pengamalan
Pancasila dasar negara, serta untuk menumbuhkan sikap inklusif peserta
didik yang bersikap terbuka terhadap kemajemukan dan perbedaan. Pengetahuan
dan pemahaman terhadap elemen ritual diperdalam melalui pengalaman
langsung melalui kunjungan dan dialog antaraliran atau antartradisi
agama Buddha, serta antaragama dan kepercayaan di Indonesia, sehingga
terbentuk peserta didik yang bersikap terbuka dan bijaksana dalam
menghargai dan menghormati keragaman intern agama Buddha dan antarumat
beragama. |
|
Etika |
Elemen etika merupakan etika
Buddhis selaras dengan nilai nilai Pancasila dasar negara yang minimal
mencakup etika sosial, etika ekonomi, dan etika alam. Elemen etika
berfungsi sebagai sarana membentuk peserta didik yang berakhlak
mulia dan berkebinekaan global serta sebagai pedoman bagi peserta didik
untuk hidup dengan mengembangkan secara holistik antara pengembangan
fisik, moral dan sosial, mental, serta pengetahuan dan kebijaksanaan.
Secara filosofis, etika Buddhis merupakan hasil proses pencarian makna
kehidupan berdasarkan nilai-nilai dari Buddha Dhamma, hukum
kebenaran yang terdiri dari Empat Kebenaran Mulia, Hukum Kelahiran Kembali,
Hukum Karma, Hukum Tiga Corak Universal, dan Hukum Sebab Musabab yang
Saling Bergantungan, yang diselaraskan dengan nilai-nilai
Pancasila dasar negara. Nilai-nilai kunci agama Buddha yang
selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai fondasi
dalam mengamalkan etika Buddhis adalah kemurahan hati, moralitas,
perbuatan baik, kediaman luhur, jalan bodhisattva, sila bodhisattva,
meditasi, kebijaksanaan, nilai-nilai Buddha Dhamma lainnya, dan
nilai-nilai musyawarah dalam pendirian bangsa. Melalui elemen etika,
peserta didik dapat mengklasifikasikan dan memilih nilai etis untuk
diamalkan dalam keterhubungannya dengan diri sendiri, lembaga
sosial keagamaan, lingkungan sosial yang beragam dan majemuk,
makhluk lain, kehidupan global, isu-isu sosial, isu ekonomi, dan isu
lingkungan alam yang dilandasi oleh moralitas, meditasi, dan
kebijaksanaan. |
- 62
-
D.Capaian
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Setiap Fase
1. Fase A
(Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) Pada akhir Fase A, peserta
didik mengabstraksi informasi dan menerima dengan cinta kasih identitas
dirinya dan identitas keluarganya serta memiliki keterbukaan untuk
menghargai perbedaan identitas dan budaya teman-temannya di
lingkungan sekolah, rumah, dan rumah ibadah; menghayati sifat-sifat
bijaksana dan nilai-nilai kebajikan dari kehidupan para Bodhisattva, para
Buddha, atau tokoh inspiratif Buddhis dalam menyayangi diri sendiri
dengan menjaga kesehatan fisik dan batin di rumah dan di sekolah serta
dalam membiasakan diri untuk bersikap hormat dan menjaga ucapan di
lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat; menerima keteladanan
Bodhisattva dalam kisah Jataka dengan menghargai sesama manusia di
lingkungan terdekatnya dan lingkungan tempat tinggalnya. Peserta
didik menerima keragaman identitas dan simbol-simbol keagamaan
agama Buddha serta agama dan kepercayaan lain di lingkungan rumah dan
sekolahnya; menyadari bahwa ia merupakan bagian dari suatu kelompok
dengan anggota yang beragam identitas agama dan kepercayaannya di
lingkungan rumah dan sekolahnya; menghargai keragaman simbol keagamaan di
lingkungan rumah dan sekolahnya dengan melakukan kegiatan pengamatan
atau kunjungan. Peserta didik menerima dan menjalankan nilai-nilai
kediaman luhur dan Pancasila dasar negara berlandaskan pada kesadaran
terhadap nilai-nilai umum Hukum Karma dalam menjalankan aturan dan sopan
santun di lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah; memenuhi kebutuhan
pergaulan dan kebutuhan mempertahankan hidup dalam hubungannya
dengan orang terdekatnya; membantu antarsesama di lingkungan rumah,
sekolah, dan rumah ibadah; dan melakukan musyawarah sederhana untuk
mufakat di lingkungan sekolahnya.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sejarah |
Pada akhir fase A, peserta
didik mengabstraksi informasi dan menerima dengan cinta kasih identitas
dirinya dan identitas keluarganya serta memiliki keterbukaan untuk
menghargai |
- 63
-
perbedaan identitas dan budaya
teman-temannya di lingkungan sekolah, rumah, dan rumah ibadah;
menghayati sifat-sifat bijaksana dan nilai-nilai kebajikan dari
kehidupan para Bodhisattva, para Buddha, atau tokoh inspiratif Buddhis
dalam menyayangi diri sendiri dengan menjaga kesehatan fisik dan
batin di rumah dan di sekolah serta dalam membiasakan diri untuk
bersikap hormat dan menjaga ucapan di lingkungan sekolah, rumah, dan
masyarakat; menerima keteladanan Bodhisattva dalam kisah Jataka dengan
menghargai sesama manusia di lingkungan terdekatnya dan lingkungan
tempat tinggalnya. |
|
Ritual |
Pada akhir fase A, peserta didik
menerima keragaman identitas dan simbol-simbol keagamaan agama Buddha
serta agama dan kepercayaan lain di lingkungan rumah dan
sekolahnya; menyadari bahwa ia merupakan bagian dari suatu
kelompok dengan anggota yang beragam identitas agama dan kepercayaannya
di lingkungan rumah dan sekolahnya; menghargai keragaman simbol
keagamaan di lingkungan rumah dan sekolahnya dengan melakukan kegiatan
pengamatan atau kunjungan. |
Etika |
Pada akhir fase A, peserta
didik menerima dan menjalankan nilai nilai kediaman luhur dan Pancasila dasar
negara berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai umum Hukum
Karma dalam menjalankan aturan dan sopan santun di lingkungan rumah,
sekolah, dan rumah ibadah; memenuhi kebutuhan pergaulan dan kebutuhan
mempertahankan hidup dalam hubungannya dengan orang terdekatnya;
membantu antarsesama di lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah;
dan melakukan musyawarah sederhana untuk mufakat di lingkungan
sekolahnya. |
2. Fase B
(Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A) Pada akhir Fase B, peserta
didik mengenal informasi dan mengolah dengan cinta kasih identitas Buddha
Gotama sebagai dasar keyakinan terhadap agama Buddha, serta memiliki
keterbukaan untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya orang lain
di lingkungan tempat tinggalnya; meneladan sifat-sifat Pangeran
Siddharta dalam menghargai sesama manusia dan dalam menyelesaikan masalah
pergaulan di lingkungan terdekatnya, serta menghargai lingkungan sekolah
dan lingkungan rumah ibadah; dan kebijaksanaan serta keterbukaan
Bodhisattva terhadap keragaman di lingkungan sosialnya, serta mengakui
peran budaya dan bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai
pembentuk identitas diri di lingkungan terdekatnya. Peserta didik
menyusun rencana dan menjalankan secara rutin doa Buddhis dalam kegiatan
sehari-
- 64
-
hari
disertai keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana; menjaga
persatuan dan kesatuan melalui keterlibatannya dalam doa antaragama dan
kepercayaan lain di lingkungan sekolahnya sebelum melakukan kegiatan
sehari-hari; serta mengenali dan menghargai identitas masing-masing
aliran atau tradisi dalam agama Buddha dan menunjukkan sikap bersatu
dalam perbedaan dengan berperan serta mendukung kegiatan keagamaan aliran
atau tradisi agama Buddha. Peserta didik mengklasifikasikan dan
menjalankan nilai-nilai Pancasila Buddhis, kesempurnaan (parami),
dan sila Bodhisattva berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai
sederhana Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan dalam melaksanakan
aturan dan sopan santun di rumah, sekolah, dan rumah ibadah; memenuhi
kebutuhan pergaulan dan kebutuhan mempertahankan hidup dalam
hubungannya dengan orang terdekatnya; membantu antarsesama di lingkungan
rumah, sekolah, dan rumah ibadah; dan melakukan musyawarah sederhana
untuk mufakat dalam menyelesaikan masalah sosial di lingkungan sekolahnya
serta masalah kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sejarah |
Pada akhir fase B, peserta
didik mengenal informasi dan mengolah dengan cinta kasih identitas
Buddha Gotama sebagai dasar keyakinan terhadap agama Buddha, serta
memiliki keterbukaan untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya
orang lain di lingkungan tempat tinggalnya; meneladan sifat-sifat
Pangeran Siddharta dalam menghargai sesama manusia dan dalam
menyelesaikan masalah pergaulan di lingkungan terdekatnya, serta
menghargai lingkungan sekolah dan lingkungan rumah ibadah; dan
kebijaksanaan serta keterbukaan Bodhisattva terhadap keragaman di
lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya dan bahasa dalam
agama Buddha maupun bangsa sebagai pembentuk identitas diri di
lingkungan terdekatnya. |
Ritual |
Pada akhir fase B, peserta
didik menyusun rencana dan menjalankan secara rutin doa Buddhis dalam
kegiatan sehari-hari disertai keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
Tiratana; menjaga persatuan dan kesatuan melalui keterlibatannya
dalam doa antaragama dan kepercayaan lain di lingkungan sekolahnya
sebelum melakukan kegiatan sehari-hari; serta mengenali dan menghargai
identitas masing-masing aliran atau tradisi dalam agama Buddha dan
menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan |
- 65
-
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
dengan berperan serta
mendukung kegiatan keagamaan aliran atau tradisi agama Buddha. |
|
Etika |
Pada akhir fase B, peserta
didik mengklasifikasikan dan menjalankan nilai-nilai Pancasila Buddhis,
kesempurnaan (parami), dan sila Bodhisattva berlandaskan pada
kesadaran terhadap nilai-nilai sederhana Hukum Sebab Akibat yang
Saling Bergantungan dalam melaksanakan aturan dan sopan santun di
masyarakat; dan melakukan musyawarah sederhana untuk mufakat dalam
menyelesaikan masalah sosial di lingkungan sekolahnya serta masalah
kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar. |
3. Fase C
(Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A) Pada akhir Fase C, peserta
didik menyimpulkan informasi dan meneladan sifat-sifat tokoh pendiri
bangsa dalam mempertahankan NKRI dengan bersikap bijaksana dan terbuka
terhadap keragaman budaya di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran
budaya dan bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai
pembentuk identitas dirinya di masyarakat; meneladan sifat-sifat
Buddha, Bodhisattva dan nilai-nilai moral dari kisah kehidupan Pangeran
Siddharta dalam berterima kasih, menghadapi hambatan untuk meraih
kesuksesan, dan masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
melalui musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan. Peserta didik menyusun
rencana dan menghargai keragaman cara dan peralatan puja dari berbagai
aliran atau tradisi agama Buddha dengan dilandasi keyakinan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana; dan menunjukkan sikap bersatu dalam
perbedaan dengan berperan serta melakukan dialog antaraliran atau antartradisi
agama Buddha serta antar agama dan kepercayaan lain; menghormati
pelaksanaan ibadah umat dari berbagai aliran atau tradisi agama Buddha,
serta umat dari agama dan kepercayaan lain; dan menunjukkan sikap bersatu
dalam perbedaan dengan berperan serta mendukung kegiatan puja dari
berbagai aliran atau tradisi agama Buddha, serta kegiatan ibadah agama
dan kepercayaan lain di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Peserta didik menyimpulkan dan mengamalkan nilai-nilai Buddha Dhamma,
Pancasila Buddhis dan nilai-nilai
0 Response to "KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 033/H/KR/2022"
Post a Comment